Shampoo and Conditioner.

116 10 0
                                    

(iii) Shampoo and Conditioner. (iii)
Jiung, Jingga. Intak, (J)idan.
Local version of Jintak.
If you a homophobic, please go away.


tw // mention of suicide , self-harm , violence

note; bagian kali ini mengandung konten soal kekerasan dalam rumah tangga, menyakiti diri sendiri (menyinggung soal darah) dan keinginan untuk bunuh diri. jika pembaca tidak menyukainya, harap lewati saja bagian ini.

“Kak Jingga, nanti malem kosong, ga?” Pemuda dengan surai berwarna blonde dan hitam di bagian poninya itu menoleh, mendapati seseorang yang duduk diseberangnya mengajak bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kak Jingga, nanti malem kosong, ga?” Pemuda dengan surai berwarna blonde dan hitam di bagian poninya itu menoleh, mendapati seseorang yang duduk diseberangnya mengajak bicara.

“Kosong, kenapa?”

“Jalan, yuk.”

Perhatian Jingga yang semula diambil oleh novel di tangannya teralih. Jingga menatap adik kelasnya yang sekarang sedang merasa gugup karena tatapan Jingga.

“Ayo aja, yang nyamper Idan atau aku?” Tanya Jingga.

Rumah mereka memang bersebelahan, sudah jadi hal biasa memang jika salah satu dari mereka saling mengunjungi rumah masing-masing.

“Ayah kakak, ada?” Jidan melihat raut wajah Jingga berubah total ketika dia mempertanyakan hal itu. Tapi Jingga dengan cepat tersenyum dan menjawab pertanyaan Jidan.

“Aman, kok. Ayahku keluar kota sampai minggu depan.”

“Oke, nanti aku yang nyamper, jam tujuh malem,”

“Siap. Mau kemana emang?”

“Kakak lihat aja nanti,”

Jingga tersenyum kecil menanggapinya. Jidan kembali fokus kepada makanan yang ada dihadapannya. Jingga entah kenapa, masih memperhatikan adik kelasnya.

“Kenapa, kak?” Tanya Jidan begitu sadar jika Jingga masih memperhatikannya.

“Gapapa, mikir aja. Kalau aku ga ketemu kamu delapan tahun yang lalu, kira-kira aku masih hidup apa engga, ya?”

Jidan benci topik ini, tapi dia tetap tersenyum kemudian menanggapi Jingga.

“Masih. Aku yakin, walau kakak ga ketemu aku, pasti ada orang lain yang mau bantu kakak sampai saat ini,”

“Kenapa kamu yakin banget?”

“Karena aku tahu, kakak berhak bahagia. Walau mungkin kesannya tuhan bisa bikin kakak lebih bahagia, tapi aku yakin tuhan bakal kasih kesempatan salah satu makhluk-nya ini buat bahagia di dunia, sebelum tuhan bahagiain kakak dengan caranya sendiri.”

“Idan,”

“Iya, kak?”

“Makasih.”

Jidan tersenyum mendengarnya.



























































Butterfly Effect (Oneshot/Twoshot Jiung Intak from P1Harmony)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang