SA | 0.5 He

21 4 6
                                    

"Bim"

"Hm?"

"Mau sampai kapan nyontek ke gue?" Bima melirik sekilas pada teman sebangkunya dan melanjutkan kegiatannya yang sedang menyalin tugas.

"Sampai gue di notice mbak iu"

"Halu lo anjir"

"Yaudah diem aja deh, Dika" lelaki yang dipanggil Dika itu mendengus tidak suka pada Bima. Kenapalah dia tahan satu tempat duduk sama cowo menyebalkan ini.

"Bim" panggilnya sekali lagi yang sukses membuat Bima ikut kesal.

"Ya allah, Darien Chandika, apaan?!"

Chandika atau sering dipangil Dika itu tersenyum senang, karna akhirnya perhatian Bima tertuju padanya. "Lo gak mau ikut ekskul band?"

Bima menaikkan satu alisnya, "Memangnya ada? Baru tau sumpah" balasnya dengan tatapan polosnya. Sumpah, ingin rasanya Dika menoyor pala Bima sekuat mungkin.

Menyebalkan.

"Serius lo baru tau? Padahal lo kan temenan sama ketua osis udah dari lama" Bima mendengus, apa hubungannya coba sama Surya?

"Apa hubungannya sama osis anjir"

Plak!

Bima meringis ketika tenguk kepalanya dipukul oleh Dika, memangnya apa salahnya coba? Kan cuma nanya aja.

"Apa salahku?!"

"Salahmu banyak omong-omong," Bima menatap Dika dengan tatapan sinisnya, sembari tangannya masih mengusap-usap tenguk kepalanya yang baru saja dipukul oleh Dika itu.

"Serius deh, lo tau itu darimana?"

"Kakak lo," Bima hanya menggangguk saja ketika mendengar jawaban dari Dika. Ethan memang anak band dulu, tapi ia kini beralih pada Basket.

Bisa-bisanya dia lupa jika Dika itu berteman dengan kakaknya juga.

"Katanya angkatan kali ini butuh gitaris, lo kan bisa main gitar, ikut aja"

              ✦️️✦️️✦️️

Kamal tersenyum pada siapapun yang menyapanya, memang pada dasarnya dia ramah. "Kak Bima!" Serunya dan berjalan menuju Bima disebrang sana.

"Oy, Kamal"

Kamal menghampiri Bima yang menurutnya sedang bingung, terlihat dari raut wajahnya. "Kakak kok terlihat bingung? Kenapa? Pelajarannya sulit kah?"

"Nggak Mal, cuma bingung aja."

"Kenapa?"

"Gue mau ikut ekskul band, tapi daftar ke siapa?" Tanya Bima, dengan harapan Kamal dapat mengetahui jawabannya.

"Katanya sih ke bang Ethan atau Satya, Rangga juga bisa." Bima mengernyitkan keningnya, Rangga ikut band?

"Lah, rangga ikut band juga?" Kamal mengangguk, "Iya, dia ikut band. Kakak kan tau sendiri suaranya bagus"

"Suaramu juga Mal, suara gue gak bagus"

Kamal memutarkan bola matanya ketika mendengar kata-kata terakhir yang keluar dari mulut Bima. Merendah untuk meroket memang.

"Ngaca, suara kakak juga bagus. Jangan merendah untuk meroket ya"

"Ya ya ya terserah. Lo mau kemana by the way, anjay sok inggris banget gue" Kamal hanya menatap Bima dengan tatapan malasnya. Kumat, pikirnya.

"Kok gue ditinggal? Woi Kamal Huening!"

•••

Langkah kaki Bima yang mengejar Kamal pun terhenti ketika melihat Kamal yang hampir menabrak dua orang gadis. Untung saja Bima dengan cepat berhenti, jika tidak, ia sudah menabrak Kamal juga tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Subito Amores | dalam revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang