"Alen!" Teriak seseorang dari belakang saat Alenna berjalan sambil sibuk memainkan ponselnya.
"Ada apa Jen? Bisa enggak sih gausah teriak-teriak." Ucap Alenna.
"Abisnya lo di panggil dari parkiran enggak ngedenger sih. Kan gue cape jadinya harus lari ngejar lo." Jawab Jeanne sambil mengatur nafasnya.
Alenna berhenti melangkah dan menyimpan ponselnya di tas yang ia bawa.
"Lo pasti mau ngasih tau soal kegiatan BEM kan? Gue udah ngerjain ko apa yang disuruh kak Farell, sekarang gue mau fokus dulu buat UAS beberapa minggu lagi." Ucap Alen.
Jeanne menggelengkan kepalanya, "Bukan, makannya dengerin dulu jangan asal nebak."
"Terus, apa?"
Jeanne membuka tas dan mengeluarkan ponsel miliknya, "Nih, lo baca sendiri"
Alenna mengambil ponsel Jeanne, melihat layar ponsel yang menyala berisi chatting Jeanne dengan seseorang. Seseorang itu adalah Xavier, pria satu jurusan yang dulu pernah mendekati Alenna. Karena dirasa tidak penting, Alenna memberikan ponsel itu kepada pemiliknya.
"Udah kan?" Tanya Alenna.
Mendapatkan respond yang tidak sesuai harapan, Jeanne menggeram dengan kesal kepada Alenna.
"Ih gimana sih, dia nyariin lo. Lo enggak bales chat nya dia? Gue cape di terror terus nih. Nanti cowok gue cemburu kalau dia nge-chat terus gue." Ujar Jeanne.
"Terus gue harus gimana, Jen? Kalau lo ngerasa risih nanti gue bilangin ke Ancel." Jawab Alenna.
"Lo mau ngomong apa ke Ancel?"
"Gue suruh Ancel ngobrol sama Xavier biar enggak ganggu lo lagi. Udah kan, itu yang lo mau?" Tanya Alenna.
Jeanne menghela nafasnya dengan kasar, memang jika dihubungkan dengan seorang pria, Alenna sudah malas bahkan bodo amat dengan lingkungannya. Dulu Alenna pernah disebut Wanita perebut cowok orang lain hanya karena Alenna dekat dan pulang bersama dengan pria tersebut. Padahal sifat Alenna yang friendly membuatnya dekat dengan siapapun.
"Udahlah ah, Jen. Gue males sama cowok, nanti dikira gue ngebucinin cowok orang lain. Diakhir kuliah gue gamau ada masalah, gue cuman pengen tenang." Ujar Alenna.
"Hmm, okey deh. Itu pilihan lo, gue cuman perantara aja untuk menyampaikan amanah. Gue tau lo udah males sama hal beginian, tapi seengannya lo respond dia. Kan itu dulu, sekarang dia udah jomblo. Dua semester loh dia ngejar lo, apa lo enggak cape lari terus dari dia?" Tanya Jeanne.
"Baru dua semester, bukan dua abad. Jadi masih I'ts okay aja. Udah yu ah kita masuk kelas, bentar lagi dosen masuk." Alenna menarik lengan Jeanne yang masih ingin beradu mulut dengan Alenna.
Alenna menghindar perbincangan hal ini, topik nya terlalu sensitif dengan posisi Alenna yang masih menyembuhkan diri dari trauma nya pacaran. Orang lain tidak mengetahui, bahkan Jeanne sekalipun sebagai sahabatnya. Alenna ingin menyimpan hal itu di dalam dirinya sendiri, cukup dirinya.
¤¤¤
Alenna kini sedang bergabung dan berbincang dengan squad nya. Namanya ialah Team 8, Squad Alenna ini terdiri dari 6 orang pria dan 2 orang wanita, itulah mengapa namanya team 8. Anggota Team 8 diantaranya ialah Tristan, Ancel, Felix, Aamauri, Rinaldo, Richard, dan Violette. Dari mereka ber-8 hanya menyisakan 3 orang yang sedang masa jomblo yaitu Alenna, Tristan, dan Rinaldo. Sisanya bisa diketahui bersama, yang pastinya sudah berikatan dengan pasangannya masing-masing.
Berbeda dengan Jeanne, Jeanne tidak termasuk dalam squadnya , ia termasuk anak introvert yang senang dan menghabiskan waktu sendiri, namun Jeanne tetap lah sahabat Alenna.
"Len, lo mau ikut main bareng kita gak?" Tanya Felix.
"Emang kalian mau pada main kemana? Nanti tiba-tiba kalian pada bawa pasangan terus gue jadi kamcong. Ogah ah."Ucap Alenna.
"Heh, lo udah punya temen yang jomblo juga disini. Ada gue, ada Aldo. Kalau mereka bawa pasangan, kita pergi aja bertiga." Saut Tristan.
Sebelum rencana main kesekian kalinya ini, mereka juga pernah pergi bersama ke suatu tempat. Namun, tidak disangka bahwa teman-temannya membawa pasangannya masing-masing dan saat itu status jomblo hanya Alenna. Hal ini membuat Alenna malas jika diajak main terencana dengan ketujuh temannya ini.
"Lah enggak ada yang tau ya, siapa tau lo sama Aldo bawa cewek bayaran." Ujar Alenna kepada Tristan.
"Anjir, Len. Sejak kapan gue berani main cewek, gue enggak se bobrok itu ya." Bela Rinaldo, yang biasa disapa Aldo.
"Emang lo bobrok, di depan Alenna aja lo baik. Di belakang mah beda lagi." Saut Ancel yang diikuti suara tertawa yang lainnya.
Aldo hanya diam, melihat teman-temannya yang sedang menertawakan dirinya.
"Yaudah gue mau, tapi enggak bawa orang luar ya. Kecuali sama-sama kita kenal." Ucap Alenna.
"Okey!" Jawab Felix.
¤¤¤
Perkuliahan telah usai, Alenna dan beberapa teman sekelasnya masih duduk di bangku kelas. Ada yang sedang membahas kembali materi yang tadi dijelaskan, ada juga yang sedang bergibah ria, dan ada juga yang sedang bucin.
Alenna tidak salah satu dari ketiganya, Alenna memisahkan diri dari teman-temannya. Ia sibuk memainkan ponsel dan memasang earphone di telinganya. Lebih kepada menyibukan diri. Itulah kebiasaan Alenna jika lingkungan sekitar nya tidak lagi sedang menarik perhatiannya.
Alenna membuka satu persatu snapgram teman-teman satu followers nya. Ada satu nama yang membuat jempolnya menghentikan gerakannya. Alenna mengetikan sesuatu kepada seseorang yang membuat jempol nya berhenti bergerak. Yang ada pada dalam diri Alenna hanya sekedar main-main saja. Alenna mengirimkan pesan tersebut dan melanjutkan kegiatannya kembali.
"Len, hayu cabut kita ke pujasera. Anak-anak pada laper." Ucap Tristan sambil menepuk pundak Alenna yang membuat Alenna tersadar dari sorotan ponsel nya.
"Ayo!"
Alenna tidak menyadari bahwa ketikan yang ia kirim kepada seseorang itu, akan memberikan dampak bagi dirinya. Alenna tidak memikirkan akan sejauh itu, catat Alenna hanya sekedar main-main saja tidak serius untuk memulai sesuatu hal. Karena salah satu menjaga silaturahmi dengan teman-teman lamanya adalah komunikasi.
¤¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOIR
Fiksi RemajaSeharusnya manusia paham, ketika Tuhan mempertemukan kembali mereka yang mempunyai hubungan dimasa lalu. Suatu kenyataan yang harus mereka hadapi, apakah akan memutuskan untuk mencoba menerima kembali atau tidak sama sekali.