... ୨୧ 02 - Rain and Fight ୨୧ ...

22 7 2
                                    

Kabut tebal yang terlihat menghiasi seluruh kota sejak dini hari. Merupakan salah satu pertanda akan turunnya hujan atau mungkin hanya sekedar asap-asap sisa dari pembakaran.

Tik.. Tik.. Tik..

Langit bergemuruh disertai rintikan air hujan yang semakin terdengar jelas. Disusul dengan hembusan angin yang terasa dingin, bisa membuat siapa saja menggigil kedinginan.

“Dingin,” gumam sang gadis pelan, berharap seseorang tidak akan mendengarnya.

“Apakah kau baik-baik saja [name]?” tanya pria yang berdiri di hadapannya.

“Eh, tidak apa-apa Kurogiri,” jawab sang gadis sambil tersenyum.

Padahal suaraku pelan, kenapa masih terdengar ya?’ batinnya bingung.

Sudah terhitung tiga hari sejak kedatangan gadis tersebut di markas aliansi penjahat. Tidak ada sesuatu yang baru ataupun menantang. Mereka bertiga hanya duduk, sambil sesekali mengobrol kecil. Bahkan, [name] sendiri yang seringkali memulai obrolan, walaupun berujung terdengar suara jangkrik juga.

Gadis itu tidak masalah apabila dirinya diabaikan, dengan catatan bahwa Kurogiri juga ada disana bersamanya. Apa gunanya memulai obrolan dengan orang yang sibuk dengan dunianya sendiri. Hal itulah yang sedang [name] rasakan saat ini.

Pria yang duduk di kursi sebelahnya sejak [name] membuka mata, ia tidak merubah posisi dan masih tetap memainkan ponselnya. Sang gadis merasa kesal, ia merasa diabaikan. Kehadirannya disana ibarat seperti makhluk tak kasat mata saja.

“Tomura-kun, kau sedang apa?” tidak ada jawaban, gadis itu masih bersabar.

“Tomura, apa kau tidak mendengarku?”

“Tomura, aku sedang berbicara kepadamu lho, apakah telingamu mendadak bermasalah?” tanya sang gadis untuk yang ketiga kalinya.

Dengan perasaan jengkel, gadis itu melayangkan tatapan tajam ke arah pria yang ia panggil sampai mulutnya berbusa tadi. Namun, rupanya sang pria tak kunjung menoleh juga. Ingin rasanya ia mendorong tubuhnya hingga tersungkur, tetapi segera ia tepis pikiran aneh nan membahayakan itu.

“Shiggy!”

“Apa?” tanyanya balik, tanpa menoleh serta rasa bersalah sedikitpun.

“Oh, jadi kau suka dengan nama panggilan itu?” tanya gadis tersebut sambil tersenyum tipis.

“Shiggy sedang apa? Telingamu bermasalah ya tadi?”

“Berisik,” sahutnya dengan tatapan sinis. Ia tak menjawab pertanyaan dari gadis itu dan memilih untuk melanjutkan kegiatannya tadi.

Aku anggap dirimu sebagai tsundere, hihi

Gadis itu bukannya marah ataupun merasa kesal. Ia justru merasa gemas melihat tingkah laku dan gaya bicara Tomura tadi. Ternyata bisa berpindah dimensi itu lumayan menyenangkan. Begitu pikirnya.

Jika ada yang memberi pilihan untuk tetap tinggal atau kembali ke dunia asalnya, mungkin gadis itu lebih memilih untuk tetap tinggal. Dunia yang ditempatinya saat ini memang sangat berbahaya. Namun, ia merasa tenang hanya dengan melihat keberadaan Tomura didekatnya.

Setelah cukup lama memandangi husbu nya, gadis itu beranjak, ia berjalan ke arah pintu. Namun, baru saja ingin memutar kenop pintu, tiba-tiba suara seorang pria mengehentikan aktivitasnya.

“Mau kemana?” tanyanya dengan tatapan datar.

“Ke minimarket, membeli payung dan makanan. Aku lapar, kau mau ikut?”

I Will Protect HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang