03-orang baru

137 11 0
                                    


Pernikahan pun berlangsung, Hanya keluarga terdekat saja yang datang, Adnan tak menyangka kepulangannya kali ini akan merubah hidupnya yang lajang. Sepertinya waktu itu di hanya bergurau saja soal mengurus istri.

Kini ia tengah duduk berhadapan dengan penghulu, telapak tangannya terasa begitu dingin


"Muhammad Adnan Fahreza apa anda sudah siap? " tanya penghulu, Adnan menarik nafas dalam lalu mengangguk pelan

Ke2nya saling berjabat tangan Adnan memejamkan matanya menyiapkan lafad yang harus ia ucapkan ia membuang Nafas beratnya dan perlahan membuka matanya

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq hallan"

"bagaimana para saksi sah? " tanya penghulu pada sekelilingnya

"SAH!!!! " jawab para tamu

setelah acara ijan qabul selesai tidak ada resepsi. Adnan memperhatikan sekelilingnya lalu netranya berhenti pada Nanda yang duduk di sampinya

'apa semua akan berjalan lancar'
Pikir Adnan

Yordan mendekat ke arahnya
Laki² paruhbaya itu menepuk pelan pundak Adnan

"tolong jaga Nanda ya, bawa dia kejalan yang baik, saya percaya kamu laki² yang baik untuk anak saya" pintanya

"insyaallah pak"

"jangan pak, panggil saya Ayah, sama seperti Nanda"

Adnan mengangguk paham. Karena kejadian yang menimpanya Adnan harus izin perpanjangan waktu di rumah dengan Alasan Acara keluarga di luar kota.

Setelah acara usai mereka kembali ke rumah masing², Nanda ikut pulang kerumah Adnan.

Adnan masuk ke kamarnya sambil melepas jas hitamnya di ikuti Nanda di belakangnya. Belum ada pembicaraan diantara keduanya kedunya diam seribu bahasa

Adnan duduk di atas kasurnya
"sini Nanda, Ada yang mau saya bicarakan " ujar Adnan sambil menepuk tempat disebelahnya, Nanda menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk di artikan

"ehhh... engg.... Kamu aja yang duduk" entah mengapa tiba² Adnan merasa malu plus canggung ia bangkit dari duduknya.

Nanda sedikit mengangkat sedikit ujung bibirnya lalu duduk di atas kasur, Adnan menggosok tengkuknya bingung karena suasana mendadak canggung

"maaf" gumam Nanda

"hah? " bingung Adnan

"Maaf gara gara gue, lo-eeng kamu jadi terseret ke masalah kaya gini" ujar Nanda

" yaa gak masalah, semuanya adalah takdir yang telah di tetapkan oleh Allah"

" tapi... Kamu laki² baik berilmu malah harus menikah dengan perempuan gak bermoral seperti ku"
Nanda mulai terisak ia merasa begitu bersalah karena ulahnya harus menyeret Adnan

Adnan refleks berjongkok di depan Nanda " jangan bilang seperti itu, jangan mengatakan kalo kamu perempuan tak bermoral, jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri "

Nanda malah semakin terisak,Adnan merasa bingung , kenapa perempuan ini malah semakin menagis,Adnan tidak punya pengalaman menghibur wanita

"Adnan kamu terlalu baik untuk perempuan sepertiku ka-kamu... "

"cukup Nda, ndak usah di terusin! Jangan menyalahkan dirimu sendiri " ujar Adnan sambil menghapus air mata di pipi Nanda

"......."

" ehh... Maaf ²" Adnan tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan, Adnan menarik kembali tangannya lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal

Nanda mulai tersenyum tipis,Adnan pun ikut tersenyum tapi garing

"makasih mas Adnan"

"ehh..... " heran Adnan dengan panggilan yang Nanda berikan yaa walau bukan pertama kali ia di panggil 'mas' namun Adnan kini malah merasa aneh saja

"eee sholat Ashar dulu yuk nda, kita belom asharan kan" ujar Adnan mengalihkan rasa canggungnya

"sholat? " tanya Nanda

" iya sholat, kenapa? Kamu lagi halangan? "

" nggak sih cuman.... Nanda lupa bacaanya hehe" jawab Nanda dengan nyengir kudanya, Adnan terkekeh

"saya ajarin"

.
...
.

" Nanda² pelan-pelan ngusap airnya dan itu juga malah jadi mustaqmal " tutur Adnan yang melihat cara berwudhu Nanda

"hah? Akmal siapa tu mas? " tanya Nanda

"mustaqmal Nanda, itu air yang di tangan kamu kena tetesan air bekas yang buat mbasuh muka kamu, jadinya mustaqmal" jelas Adnan

"oh gitu, trus gimana? "

"gini lohh" Adnan menyisingkan lengan bajunya dan celananya

Nanda memperhatikan dengan teliti dan akhirnya Nanda dapat melakukan wudhu yang baik seperti yang di ajarkan Adnan

Akhirnya keduanya melaksanakan sholat Ashar secara berjamaah

"Assalamualaikum warohmatullah" Adnan menyelesaikan sholatnya begitu pula dengan Nanda, ia mengadahkan tangannya berdo'a.

Entah mengapa ia merasakan dirinya yang penuh dosa, mengingat kenakalannya, tidak pernah sholat , bahkan sering membuat ke2 orang tuanya kecewa dengan ulahnya

ia menyadari semua kesalahanya Nanda berdoa memohon ampun, hatinya terasa damai ketika ia menyelesaikan sholatnya

Adnan menyelesaikan do'anya lalu berbalik manghadap Nanda di belakangnya, perempuan itu tengah terisak namun tetap khusyuk dengan doanya, senyum terukir di wajahnya

" mas Adnan, mas" panggil Nanda sambil mengibaskan tangannya di depan Adnan.

Adnan tersadar dari lamunannya
"eh iya² apa" bingung Adnan

Nanda tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya

"apa? "heran Adnan

"bukanya kalo abis sholat itu biasanya salim kan? "ujar Nanda

"oh iya iya" Adnan mengulurkan tanganya, Nanda meraihnya dan mencium punggung tangan Adnan.

Ada rasa mendesis di hati Adnan

"Ya Allah perasaan apa yang berada di hati hamba"

Okeh gimana chapter kali ini? Kalo para readers ada masukan komen silahkan

Ingat jangan lupa votenya ya

Makasihhh semuaa 😊😊

Takdir Pesantren (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang