Varo..Berdiri tepat di makam kedua orang tuanya. Dia menaruh setangkai bunga pada makam ayah serta ibu.
Dia berjongkok di tengah-tengahh makam yang sangat terawat tersebut. Ia mengelus kedua batu nisan itu.
"Ayah, Ibu. Bagaimana kabar kalian?" ujar Varo.
"Bertahun-tahun lamanya kalian meninggalkan kita berlima."
"Bertahun-tahun pula lah kita selalu memojokkan bungsu kita," lirih Varo.
"Ayah, aku gagal. Aku tidak menepati janji yang telah kita lakukan. Aku tidak menjaga Arsen dengan baik," ucap Varo menatap sendu makan sang ayah.
"Aku abang yang buruk."
"Tapi ayah..apakah benar jika aku salah? Aku benar-benar terpuruk ketika kehilangan kalian."
"Aku tidak tau harus bereaksi seperti apa ketika tubuh yang selalu hangat itu mendingin. Apa Arsen bersama kalian? Arsen menyerah pada kami. Arsen memilih menyusul kalian." Varo terisak pelan.
Pemuda itu di rundung dilema. Ia sangat kehilangan tetapi Varo tidak tau harus bereaksi seperti apa. Karena sejauh ini dia tak dekat dengan adik bungsunya.
Rasa kehilangan yang berbeda ketika ia kehilangan kedua orang tuanya dan saat Arsen pergi meninggalkan dunia.
Perasaan bersalah Varo rasakan. Bersamaan dengan itu, perasaan jika ia tak salah juga tertanam dalam fikiran.
Sejatinya, dia sama seperti kembarannya.
"Ibu..Aku harus bagaimana?" Varo berganti pada makam sang ibu.
"Bu, apa aku salah? Apa kami semua salah? Apa kami salah memojokkan Arsen? Jawab bu?" cerocos Varo.
"Hatiku sakit dan sesak, seakan penyesalan akan datang. Tetapi pikiranku berkata jika semua itu bukan salahku, bukan salah kami."
"Bu..apakah kami egois?"
"Manusia boleh sesekali egois kan bu?" pemuda itu memeluk makam ibunya. Dia menangis tersedu.
Bergumam dan berkata banyak hal tentang Arsen.
Sementara di sisi Yolanda, gadis itu menatap layar tv yang menayangkan beberapa berita. Dia memilih ke luar negeri dan menghilang dari hadapan saudaranya.
Setiap harinya, Yolanda tak pernah keluar rumah. Dia melakukan aktivitasnya di dalam Vila yang telah dia beli.
Di dalam Vila itu,banyak foto Arsen. Entah itu waktu Arsen kecil, senang, sedih atau lainnya. Bahkan ketika Arsen sakit pun Yolanda memiliki fotonya.
Dia, selalu memperhatikan sang adik bungsu. Tetapi Yolanda tak pernah mendekati Arsen. Karena penyesalan dan rasa bersalah yang ia miliki, hingga timbul perasaan egois yang membuat dia berfikir jika tanpa mendekat Arsen akan mengerti jika dia menyayanginya.
Itulah sifat egois yang di miliki Yolanda.
Dari banyaknya foto itu, ada satu foto dia dengan Arsen ketika adiknya merayakan ulang tahun ke 5. Disana sang adik terlihat bahagia. Di sampingnya terdapat dia yang memegang kedua bahu kecil Arsen. Senyuman kecil ia tampilkan di foto itu.
Yolanda melakukan hal itu agar dirinya sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Yolanda akan menangis setiap kali dia memandang foto Arsen.
Perasaan bersalah akan datang membuat dia kembali menangis dalam diam. Meratapi perasaan bersalah yang tak berujung serta penyesalan yang membuat dia ingin menenggelamkan diri di luasnya lautan.
Dimana saat sang adik butuh seseorang, dia tidak berani mendekat. Yolanda takut, jika adiknya akan semakin parah.
Penyesalan terberatnya adakah membiarkan salah satu adiknya mengacaukan segalanya. Belum sempat ia bertindak, adiknya lebih dulu pergi ke pangkuan Tuhan.
Apakah ia salah waktu itu?
Ya dia salah, tetapi secara bersamaan dia tidak salah. Karena ia rasa jika yang dia lakukan juga baik untuk Arsen.
Keluarga dengan rasa egois mereka tersendiri..
***
Sepulang sekolah Rizal langsung pulang kerumahnya.
Sebulan berlalu semenjak kematian kedua orang tuanya. Rizal hidup sendiri..
Dia melakukan segalanya sendirian, karena tidak ada satupun pekerja di mansion besarnya. Mansion itu berantakan.
Rizal menjalani hidupnya tanpa memikirkan masalah. Dia tidak khawatir tentang dari mana yang untuk membiayai ia hidup.
Karena Rizal yakin, tabungan kedua orang tuanya cukup untuk beberapa tahun kedepan. Namun dia harus tetap hemat.
Untuk saat ini, Rizal berfikir jika ia hanya harus fokus pada sekolah.
Rizal memasuki Mansion yang sepi. Tiba-tiba air matanya mengalir tanpa dia sadari.
Terkadang dia merasakan sesak ketika sadar jika dia sendirian. Dia merasa takut dan bimbang, akan jadi apa kedepannya nanti.
Dia tak memiliki sanak saudara. Lebih tepatnya mereka menjauh dari keluarganya entah karena apa.
Setiap malam dia di hantui perasaan takut. Dia benar-benar sendirian di dunia ini. Mentalnya sedikit terganggu.
Rizal berhenti melakukan hal yang sering dia lakukan, dia menghemat uang. Makan yang tak teratur membuat dia sering terkena demam.
Tetapi perasaan takut lebih mendominasi dia. Hingga Rizal tak sadar jika tubuhnya sering sakit dan sembuh sendiri.
Hidup sendirian di rumah yang besar benar-benar tak baik untuknya.
Tetapi jika dia pergi dari mansion, dia harus kemana. Dia tak ingin menghabiskan uang untuk sekedar menyewa apart atau membeli Villa.
Hidupnya benae-benar lontang lantung.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi antagonis? ✔
Teen FictionAlvian septi merupakan seorang penulis dari sebuah aplikasi novel. Alvian yang kerap di sapa Alpin ini harus merelakan dirinya saat dia harus mati karena tersambar petir. don't copy✖ tidak menerima kritikan dalam bentuk apapun ✖ Cr art - Pinterest