Di dunia ini ada banyak pintu. Pintu-pintu itu berjajar, hanya menggantung papan-papan bertuliskan nama pilihan tanpa ada deskripsi plus minus atau resiko. Terlepas dari itu, tidak ada pintu bertuliskan pilihan yang tidak akan berakhir rasa lelah. Itu hal yang mustahil.
"Sheila! Lo gak boleh kayak gini!"
Malam yang sunyi mengantarkan Lenia dan Latifa pada kamar teman mereka, Sheila. Malam itu juga hampir mengantarkan Sheila pada kematian yang sia-sia dengan menggantung diri di langit-langit.
"Gue capek! Kalian semua pergi, gak akan ada gunanya kalian membujuk gue!" Sheila memegang lehernya, ia tercekik oleh tali-tali amarah. Meskipun begitu, air matanya bercucuran malang. Ada sesal-sesal di butiran sana yang terbanting di lantai.
Lenia menangis, Latifa meraih kaki Sheila dengan lemah. "Oke, kamu boleh capek, tapi kamu harusnya beristirahat, bukan menyerah kayak gini! Kamu menyerah dengan sembarangan memotong skenario hidupmu yang udah Tuhan buat? Turun La, kamu bakal menyesal kalau gini!"
Sheila masih bertahan, tangisnya menjadi-jadi. Tetes-tetes kata Latifa melubangi juga hatinya yang membatu. Memorinya terputar otomatis ketika Lenia akhirnya ikut mengacaukan keputusannya.
"Ayah Lo di kampung kerja mati-matian buat nyekolahin Lo, buat nguliahin Lo, La! Ibu Lo selalu mendoakan Lo di setiap salatnya, adik-adik Lo yang selalu senang tiap Lo pulang walau Lo gak bawa apa-apa! Ingat mereka yang paling dekat dengan hidup Lo, Sheila! Mereka yang paling berpengaruh!"
Memori itu memukul-mukul kepalanya, hatinya akhirnya mengolok-olok keputusannya. Pada akhirnya Sheila dengan mata yang kian sembab melepas dari lingkaran tali kesesatan dan berlutut di kursi yang menyuarakan api-api lelah dan menyerah beberapa waktu lalu. Kedua temannya langsung memeluknya, menyambut Sheila. Mengelus kencang punggung dan bahunya yang bergetar.
"Gak apa-apa, Sheila. Kita manusia. Kita lelah. Kita pernah lelah."
Di antara pintu-pintu itu, ada banyak skenario yang telah Sang Pencipta buat. Namun, skenario itu bagai perempuan yang butuh perjuangan untuk dikuakkan. Para pemilik skenario mesti berikhtiar untuk menyudahi rahasia-rahasiaNya.
Tidak ada pintu yang ditutup tanpa rasa lelah. Namun, juga tidak ada pintu untuk menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Background
General FictionPernahkah kamu berpikir, 'kenapa aku menjadi baik?' Atau justru, 'kenapa aku menjadi jahat?' Di sini, kamulah sang protagonis sekaligus antagonis. Kamu pula yang akan menyelesaikan masalahmu sendiri. Lantas, bagaimana kamu menjawab pertanyaan-perta...