WANITA GILA

1.8K 3 0
                                    


"Orang gila...orang gila...orang gila..."

Teriakan beberapa anak mengganggu pagiku yang santai dan ceria dengan secangkir teh ditemani belaian hangat Keyla.

Penasaran, aku melihat ke luar pagar untuk melihat siapa yang diteriakin gila. Tak ingin kubiarkan suasana yang merusak kemesraan pagi indahku dengan Keyla.

"Mau kemana, Mas?" Tanyanya saat aku beranjak dan melepas dekapan wanita cantik itu.

"Mau bubarin suasana yang mengganggu kehangatan pagi kita."

Orang gila...orang gila...orang gila...

Beberapa anak membully dengan mengitari  seorang wanita dengan pakaian yang sangat lusuh, membuat hatiku tak sampai hati. Wanita yang tampak dari belakang itu terlihat masih muda dengan rambut acak - acakan.

Ia menggendong sebuah boneka. Nampaknya kegilaannya disebabkan oleh sebuah kehilangan anaknya yang membuatnya sangat terpukul.

Terbit rasa kasihan yang sangat mendalam melihat tingkahnya yang senyum - senyum dan mengajak bicara boneka itu di tengah bullian yang makin kencang.

Orang gila ini membuatku teringat akan sebuah hadits Nabi.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW melewati sekelompok orang yang sedang berkumpul. Beliau bertanya,
"Karena apa kalian berkumpul di sini?"

Para sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, ini ada orang gila sedang mengamuk. Karena itulah kami berkumpul di sini."

Rasulullah SAW bersabda, "Orang ini bukan gila. la sedang mendapat musibah. Tahukah kalian, siapakah orang gila yang benar-benar gila (Al-Majnun Haqq Al-Majnun)?

Para sahabat menjawab, "Tidak, ya Rasulullah?"

Rasulullah SAW menjelaskan,
"Orang gila ialah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga Tuhan sambil berbuat maksiat kepadanya, yang kejelekannya membuat orang tidak aman, dan kebaikannya tidak pernah diharapkan. Itulah orang gila yang sebenarnya. Adapun orang ini, dia hanya sedang mendapat musibah (mubtala) saja."

Jadi yang sebenarnya, wanita ini tidaklah gila, tetapi mubtala atau tertimpa musibah yang orang melihatnya harus menolongnya.

"Bubar bubar bubar!" Teriakku pada anak - anak itu dengan suara lantang dan keras. Anak anak itupun bubar.

Wanita itu menoleh kepadaku seraya tersenyum.

Di saat itulah hatiku terenyuh. Ternyata perempuan ini adalah Rahma, istriku yang kutinggalkan demi Keyla.

Ia tertegun menatapku.

"Kau...kau Mas Arifin ya?" Ucapnya dengan menunjuk - nunjuk mukaku. Rupanya dia masih mengenaliku meskipun sudah gila atau mubtala.

Flashback On

"Mas, belikan aku bubur kacang ijo!" Pinta Rahma setelah Maghrib.

"Setelah kau hamil kok malah jadi manja seperti ini? Biasanya kau tidak manja. Kau juga suka males sekarang untuk beres - beres rumah."

"Aku hanya minta sedikit perhatianmu dengan keadaanku yang lagi hamil. Mungkin ini yang disebut ngidam kata beberapa orang."

"Jalan saja sendiri!" Bentakku kasar membuatnya tertunduk dengan raut wajah sedih.

Akhirnya istriku jalan sendiri membeli bubur kacang ijo dengan dengan menggowes sepeda.

****

"Malam ini saja aku minta kau menemaniku. Aku butuh kehadiranmu malam ini. Janin ini butuh kau belai."

"Besok pagi aku rapat di luar kota. Jadi malam ini aku harus pergi."

"Kapan ada waktu untukku, Mas? Hampir setiap malam kau meninggalkanku dengan alasan yang macam - macam, membuatku pikiranku tak nyaman. Hatiku dirundung gelisah bahwa mungkin kau punya wanita simpanan di luaran."

Plak plak...dua kali tamparan langsung kulayangkan di pipinya. Membuatnya terhuyung beberapa langkah ke belakang dengan air mata yang langsung tumpah.

"Jangan menuduh suamimu sembarangan!" Bentakku. Padahal tuduhan itu benar adanya.

Semenjak itu, ia tak pernah bertanya kepadaku mau kemana. Sikapnya selalu murung dan sendu. Ia bahkan tak berani bertanya meskipun aku tidak pulang dua atau tiga hari. Kondisi ini membuatku makin leluasa bertandang ke rumah Keyla yang kujadikan istri sirriku.

Pekerjaan rumah dibenahinya sendiri, mencuci pakaian, memasak dan menyapu.

*

Suatu hari aku merasa tak perlu pulang lagi dan sama sekali tak peduli dengan keadaan istriku. Berminggu-minggu lamanya aku berada di rumah Keyla. Keyla selalu tau cara menghangatkan suasana. Pakaian daster tipis dan transparan dipadukan dengan sikap manjanya selaku menagih kejantananku.

Suatu hari terdengar sebuah kabar bahwa istriku melahirkan. Kabar itu membuat dadaku sesak. Mendengar kabar itu, aku kaget dan merasa bersalah telah menyia-nyiakannya.

Aku bergegas mengambil mobil untuk pulang menjenguk keadaan istriku. Tetapi Keyla berdiri di hadapanku dengan tatapan titah, menghalangi kepergianku.

Aku yang sudah menjadi budak cintanya, tak dapat berbuat apa-apa kecuali mengikuti titah dalam sorotan matanya. Mengurungkan kepulanganmu meskipun dengan berat hati.

Suatu ketika, saat Keyla tertidur. Aku mencuri kesempatan untuk mengunjungi istriku. Setelah sampai di rumah, tak kutemukan siapapun.

"Istrimu tidak ada. Beberapa tetangga telah mencarinya." Tutur Bu Darsi,  tetangga dekat yang mendapatiku sedang kebingungan.

"Itu pusara anakmu," ujar Bu Darsi dengan menunjuk sebuah pusara yang terletak di samping rumah.

Mataku langsung meremang dan mengalirkan buliran panas yang menderas membanjiri pipi. Menyesal, terkenang kedholimam yang kulakukan. Betapa jahatnya diriku yang bahkan saat perjuangan hidup mati Rahma hingga pemakaman  bayiku, aku tak ada.

Flashback off.

Mataku berkaca-kaca melihat wanita yang menggendong boneka sembari menggoyang - goyangkan tubuhnya.

"Ehh...Ayah sudah ada ini, nak. Ayah ayah...ayah ayah..."

Air mataku tak dapat lagi kubendung. Langsung tercucur dengan sangat menderas.

"Untuk apa kau berdiri di hadapan wanita gila ini?" Tanya Keyla yang sudah berada di sampingku.

"Hehehehe...pelakor ya?" Rahma menunjuk - nunjuk wajah Keyla sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Pelakor pelakor pelakor..." Rahma berteriak sambil jingkrak-jingkrak.

OneShot(SlowUpdate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang