Berhari hari aku tidak berani keluar rumah, sedih, malu dan teramat sangat malu! Itu yang kurasakan.Berita nya begitu cepat tersebar, apa yang akan kukatakan pada Azzam pacarku, teman temanku juga suatu saat pasti akan tau. Ah... rasanya aku ingin pergi sejauh jauh nya dari tempat ini.
Malam itu sebelum ibu pergi, kami sekeluarga makan bersama. Sikap ibu terlihat aneh, ibu seperti tidak fokus. Tubuh nya disini, hatinya di tempat lain.
Ayah juga banyak diam, ah..ada apa dengan keluargaku? Kenapa sekarang semuanya terlihat aneh.
***
Pagi hari nya, aku terbangun dengan teriakan adikku Indra.
"Kak, kakak bangun kak!" Indra mengetuk pintu kamarku berkali kali.
Aku membuka pintu kamar "ada apa dek?"
"Ibu nggak ada di rumah kak"
Indra terlihat cemas."Mungkin ibu ke pasar" ujarku santai.
"Tapi kata ayah, ada kemungkinan ibu kabur kak"
"Sekarang dimana ayah dek?"
"Ayah sedang mencari ibu di rumah tetangga, hp ibu juga tak bisa di hubungi"
Aku mencoba menghubungi ibu, ternyata benar, sepertinya ibu ganti kartu atau mungkin nomor kami di blokir ibu.
***
Ayah masuk ke dalam rumah dengan wajah panik.
"Nak, sepertinya ibu kalian kabur, tadi ayah lihat baju dilemari nya berkurang, emas dan perhiasan nya juga dibawa semua, ATM ayah juga dibawa" ujar ayah nelangsa."Apa? Kabur kemana yah?" Aku dan adiku kompak bertanya pada ayah.
"Iya, nak. Seperti nya ibu kalian pergi dengan laki laki itu" ayah menyadarkan tubuhnya ke dinding kamarku.
Ayah terlihat begitu terluka. Harga dirinya seperti terinjak injak."Dengan siapa yah? Lelaki mana?" Tanyaku pada ayah, sungguh aku masih tidak percaya.
"Dengan pacar barunya"
"Tolong yah, jangan bercanda. Ini tidak lucu ayah" aku kesal mendengar Jawaban ayah.
"Ayah tidak bercanda kan?" Tanya adikku lagi.
"Untuk apa ayah bercanda, ayah tau suatu saat, ini pasti akan terjadi" ujar ayahku.
Aku meraung, ini tidak mungkin. Tidak, ibuku tidak seperti ini. Ibuku perempuan baik, ibuku tidak mungkin mengkhianati ayah.
"Kak, hari ini aku tidak sekolah. Biar ku cari ibu kita. Manatau perginya belum jauh" ujar adik lelakiku, dengan menahan tangis dia keluar rumah.
Aku dan ayah menangis bersama, bagaimana hidup kami tanpa ibu.
***
Seminggu berlalu semenjak kepergian ibu, kami berusaha menutupi masalah ini. Tetapi bagaimana pun kami menutupi, akhirnya ketahuan juga.
Ternyata Ibuku pergi pukul tiga dini hari, di depan gang ibu di tanya pak Rudi yang kebetulan ronda malam itu, kata ibu malam itu dia pergi pulang kampung. Pak Rudi juga melihat ibu pergi dengan seorang laki laki. Dan ternyata ibu juga pernah curhat sama mbak Santi tetanggaku, ibu bilang pada mbak Santi, bahwa ibu mempunyai pacar ganteng dan brondong. Akhirnya satu kampung tau masalah keluarga kami.
Berbulan-bulan kami mencari ibu, tetapi tak juga kami temukan jejak dimana keberadaan ibu. Ibu seperti menghilang di telan bumi.
Akhirnya kami mulai terbiasa hidup tanpa ibu. Sekarang aku dan adik hanya memiliki ayah, kami akan menjaga ayah kami agar tak kabur juga seperti ibu.
Pernah kutanyakan pada ayah, apakah ayah membenci ibu, ternyata jawaban ayah adalah ayah akan tetap menyayangi ibu, meskipun ibu telah berkhianat.
fiks, Ayahku lelaki bodoh.***
Lima tahun berlalu.
Pagi itu aku sendirian dirumah, ayah bekerja, adikku kuliah sedangkan aku sibuk dengan jualan online ku.
Tiba tiba ada yang mengetuk pintu, aku mengintip dari jendela. Terlihat seorang wanita berpakaian sederhana dan berbadan sangat kurus, sepertinya aku mengenal perempuan itu, tapi aku lupa dimana aku pernah bertemu dengan nya.
Aku membuka pintu, dan alangkah terkejutnya aku, perempuan itu adalah Ibuku. Ibu sangat berbeda dengan lima tahun yang lalu saat ibu pergi meninggalkan kami.
Ibuku berusaha memelukku, tetapi aku menghindri ibu."Nay, maafin ibu nak" suara ibu bergetar.
"Untuk apa ibu datang kesini, kami disini hidup bahagia tanpa ibu" aku tak kuasa menahan tangis.
"Maafin ibu nak" ibu memohon padaku.
"Pergi ibu dari sini, sebelum ayah dan adik pulang. Mereka sangat marah pada ibu" aku mendorong tubuh ibu keluar.
"Ibu kesini cuma mau minta maaf pada kalian, itu saja nak" tangis ibu semakin menjadi-jadi.
"Sudah terlambat bu, kami tak butuh permintaan maaf dari ibu!"
"Tolonglah nak, fahami ibu sedikit saja" ujar ibu lagi.
"Beri, Naya satu alasan kenapa ibu sampai meninggalkan kami dan pergi dengan brondong itu?"
"Ibu memang salah nak, ibu terlalu menuruti hawa nafsu, ibu kira lelaki itu orang baik, ternyata dia penipu" ujar ibu masih dengan tangisnya.
"Itu masalah ibu dan bukan urusan kami!"
"Ibu menyesal nak, tolong maafkan ibu"
"Sudahlah ibu, tak perlu membuang buang airmata disini, semua sudah terlambat"
"Ibu begini karena ibu dan ayah mu dulu menikah muda, ayah berumur 17 tahun dan ibu 16 tahun, kami masih belum puas menikmati masa remaja waktu itu, jadi ibu hanya ingin mencoba sesuatu yang baru" ujar ibu masih dengan tangis nya.
"Itu bukan alasan ibu, ibu tau apa yang kami rasakan, kami malu Bu. Ibu telah menginjak harga diri ayah, bahkan mungkin ibu telah lupa bahwa ibu mempunyai dua orang anak"ujar ku lagi
Aku berlari ke kamar dan melepaskan semua tangis ku, hingga aku tertidur.
***
"Kak, bangun kak, kenapa kakak lupa mengunci pintu rumah, nanti kalau ada yang masuk bagaimana? Ujar adikku.
"Tadi ibu datang dik" ujarku pada adikku.
"Kakak sedang tidak becanda kan?"
"Tidak dik, kakak tidak becanda. Kamu tau apa alasan ibu pergi?"
"Apa kak?"
"Ibu bosan dengan ayah, bosan dengan kita, ibu merasa tidak pernah merasakan nikmatnya masa remaja karena terlalu cepat menikah"
"Jadi ibu kita puber kak. Astaghfirullah..?"ujarku adikku
"Iya dik, puber yang terlambat" ujarku lagi
Tamat
Jangan lupa Vote nya:)