1.

96.1K 3.7K 378
                                    

Pemuda berusia 17 tahun itu bangun dari ranjangnya dengan tampang malas seperti tak ada niat hidup sama sekali
(Sebenernya emang gak niat hidup sih dia ^^). Ia berjalan ke arah kamar mandi,  di dalam sana ia menghabiskan waktu selama 5 menit untuk mandi, enggak kek kalian yang mandi 1 jam kayak bertapa aja 🗿.

Selesai mandi dan berganti baju, ia turun ke lantai bawah untuk berangkat sekolah.  Ia menuruni tangga dan menatap malas keadaan rumahnya yang kacau balau akibat ulah kedua orang tuanya yang adu bacot tadi malem, vas pecah, bantal berserakan, sapu yang nyasar ke ruang tengah, dan beberapa serpihan kaca atau piring yang sengaja di lempar oleh kedua belah pihak.

'Pasti gue nanti di suruh beresin hasil bacotan mereka tadi malem' batin Rhama sambil memegang knop pintu rumahnya.

Dan benar, tak selang beberapa detik saat Rhama membuka kenop pintu, suara teriakan wanita yang melengking terdengar dari kamar atas, "RHAMA! BERESIN RUANG TENGAH!"

Rhama mengerutkan dahinya, ia pun berteriak tak kalah kencang dari wanita tadi, "OGAH BANGET! ULAH BACOTAN KALIAN KOK GUE YANG SURUH BERSIHIN, BERSIHIN SENDIRI LAH, ANJING!"

Wanita itu menanggapi dengan marah, "BERANI YA KAMU BERBICARA SEPERTI ITU! DASAR GAK TAHU DIRI!"

Rhama, "BUKANNYA KEBALIK YA?! DASAR L-O-N-T-E!"

"AWAS AJA SAMPE PULANG! GAK BAKAL SAYA BUKAIN PINTU RUMAH BUAT KA-!"

Rhama menutup pintu rumahnya dengan keras dan menghela nafas, "Kontol" Setelah kata itu keluar, suara benda pecah dan jatuh berbunyi di rumah itu, ia tak mempedulikannya sama sekali dan lanjut pergi ke sekolah dengan tampang yang di buat sebahagia mungkin. Ya walau sebenarnya dia rada tertekan di pagi hari ini.

Di perjalanan ia di temani oleh angin semilir yang sejuk dan sinar matahari yang hangat, semua itu membuat ia melupakan semua kekesalannya tadi pagi. Sampai tak terasa ia sudah sampai di depan gerbang sekolah, dan pergi menuju ke kelasnya.

Ia membuka pintu kelasnya dan menjumpai semua murid di kelas itu terdiam menatapnya, ia pun menganggkat alisnya bingung. "Kenapa? Lanjut aja gapapa kok"

Aktifitas para murid di sana akhirnya kembali seperti semula, walau rasanya agak sedikit canggung.

Ia melempar tasnya ke meja tempat duduknya dan kemudian duduk dengan santai sambil ngangkat kakinya ke meja emang gak patut untuk di contoh ygy sifatnnya kek setan, maklum lah ortunya aja kagak ada sopan santunnya ups..

Pintu terbuka lagi, seorang cowok berbadan tinggi dan atletis itu masuk ke ruangan kelas. Seisi kelas kembali terdiam, bahkan ada yang hampir tak menghembuskan nafasnya sama sekali, sungguh badannya sangat beda dari Rhama yang cenderung kecil kayak boti, awokawokawok.

"Yo, Rhama!" sapa cowok itu ke Rhama, biasalah bestienya.

"Yo, bro Ezar!" sapa balik Rhama.

Ezar menaikan alisnya "Njir, ni semua orang pada kenapa dah? Kok ada yang hampir kagak nafas sama sekali?" tanyanya pada bestienya.

Lawan bicaranya menggedikan bahu, tanda bahwa ia tak tahu apa yang membuat para penghuni kelasnya kayak takut sama dia dan Ezar.

"Apa mereka waspada ya sama kita?" kini suara Ezar sedikit mengecil.

Rhama ngeroll eye, menatap cowok yang bentukannya kek wibu tengah duduk di pojokan kelas, "Mungkin dia ceritain apa yang kita lakuin ke dia" Ezar mengikuti arah pandang Rhama dan menyeringai saat pandangan matanya bertemu dengan manik mata yang terhalang kaca mata itu.

Ezar, "Kayaknya tuh orang emang harus di kasih paham deh" ia dan Rhama berjalan ke arah anak laki-laki yang tampangnya kek wibu tadi.

"Yudhist" panggil Rhama dengan senyum yang menawan bagi orang-orang, tapi tidak bagi Yudhist, menurutnya senyum itu adalah senyuman mengancam, badannya sedikit bergetar mendengar suara Rhama.

Kang Bully Jadi Boti || Mpreg (Tamat)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang