6.

39.1K 2.2K 89
                                    

Kesekian kalinya Vano menghela nafas terus selama seharian ini, Rhama yang melihat dirinya seperti itu pun merasa ada yang salah.

"Lu kenapa?" tanya Rhama yang asik nyemil snack dari tadi, ya abisnya dia gak mau makan nasi. Katanya kalo makan nasi takutnya terkontaminasi sama tangannya Vano yang siapa tau kena peju.

Vano sendiri cuman senyum dan meluk manusia kesayangannya itu. Biasalah, mereka tipenya suka uwu-uwuan tapi kalo malem main brutal. Tenang aja, Vano udah gak ngewe 24/7 jam lagi.

Sebenernya Vano itu gak serem, cuma gara-gara kadang suka cemburu sama Ezar dia jadi rada serem. Eh tetep serem deng, siapa coba yang gak serem di kunci di rumah gede gini udah gitu foto lu di koleksi banyak banget.

"Gue di suruh pulang~" Lanjut Vano.

Rhama mengangkat alisnya, "Ya kenapa gak pulang?"

Vano kini menatap dari ujung kepala sampai kaki milik Rhama, kayaknya kalo di tinggal ni orang bakal kabur dah. Kurang percaya aja kalo Vano ninggalin Rhama sendirian di rumah. Pada akhirnya Vano menggeleng menjawab pertanyaan Rhama.

"Gak mau"

Rhama cuman menanggapi jawaban dari Vano dengan mengangguk.

Usai percakapan tadi, Entah kenapa tiba-tiba Rhama jadi kepikiran sesuatu, kok ada yang sedikit aneh ya sama badannya? Masa perutnya agak berisi sih, mana kadang suka minta yang aneh-aneh, apa lagi badannya cepet capek.

Rhama jadi berpikir keras.

Vano sendiri melirik Rhama yang tengah asik dengan pikirannya sendiri, si Rhama di panggil beberapa kali sama Vano pun gak jawab, akhirnya Vano menguncang sedikit tubuh Rhama dan akhirnya pemuda itu pun sadar dari lamunannya.

Vano, "Mikirin apa?"

Bukannya jawab, Rhama justru malah bertanya balik "Ada yang salah gak sih sama gue?"

Lawan bicaranya memiringkan kepala, heran aja kenapa tiba-tiba nanya kek gitu. Menurut Vano gak ada yang aneh sih kecuali, Rhama yang kadang suka minta barang-barang random yang kadang di luar nalar atau gak di beberapa minggu ini Rhama kayak orang masuk angin.

"Gak ada sih kecuali, elu yang beberapa minggu ini kayak orang masuk angin sama minta hal-hal random"

Rhama cemberut mendengarkan pernyataan dari mulut Vano, "Sama aja itu."

Vano, "Ya udah, maunya gimana?"

Rhama menjawab, "Gak tau. Btw jangan deket-deket lu bau tai kucing" ia munutup hidungnya yang sudah tidak tahan dari tadi mencium aroma tai kucing dari tubuh Vano.

Vano sendiri sedikit gimana gitu dengernya, wangi kek gini masa di bilang bau tai kucing? Sumpah sekarang beneran ada yang aneh sama Rhama.

"Ngadi-ngadi lu, wangi ganteng gini kok di bilang bau tai kucing"

"Ya intinya lu bau- huek!" Rhama menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi di dekat ruang tengah tersebut. Di kamar mandi ia mengeluarkan semua isi makanannya, hal tersebut membuat Vano jadi kasihan sama keadaan Rhama.

Vano memijit tengkuk Rhama untuk meredakan mual nya, "Kita ke rumah sakit" ia merasa prihatin, jujur aja kasihan dari kemarin lihat Rhama muntah-muntah gak jelas apa penyebabnya.

Usai memuntahkan semua isi perutnya, Rhama menoleh menatap ke Vano.

"Gak usah..." ucapnya lemah, jujur aja dia capek mual gak jelas yang hampir tiap hari muncul terus. Bukannya gak mau ke dokter, Tapi dia gak mau ngerepotin Vano, mengingat lagi beberapa minggu ini dia terus ngerepotin dengan minta hal-hal random.

Kang Bully Jadi Boti || Mpreg (Tamat)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang