1. Ketika bertemu kamu

34 2 0
                                    

Gemercik hujan mulai turun dengan angin yang berhembus sampai ke tulang - tulang. Cuaca dingin mulai menyelimuti dengan iringan suara hujan yang kini mulai deras. Daun kering yang bergelantung didahan pohon pun tertiup angin hingga jatuh kepermukaan jalan aspal yang sudah basah.

Dibawah langit yang begitu gelap, seorang laki - laki berambut hitam tengah berdiri untuk berteduh disebuah toko buku. Tidak ingin tubuhnya basah karena guyuran air hujan yang mulai lebat. Ia terlihat tengah serius memandangi layar ponselnya dengan jari yang sibuk mengetik sebuah pesan.

Ayah, aku akan telat pulang.

Begitulah isi pesan yang ia tulis di layar ponselnya. Memberi kabar pada sang Ayah yang berada dirumah jika ia tidak bisa pulang lebih awal, ia terjebak hujan. Laki laki yang kini memasang earphone di telinganya itu tidak membawa payung. Jadi, ia menunggu hujan reda di toko buku milik pamannya itu. Dentuman lagu memanjakan rungu nya mendengar lagu mesin waktu milik penyanyi kesukaannya, Budi doremi.

Helaan nafas terdengar dengan uap yang keluar dari mulut. "Harusnya gue inget kalau paman ke Surabaya hari ini." Ryan merutuk dirinya sendiri karena ia harus melihat toko yang tutup. Niat hati ingin membawa pesanan bukunya, tapi ia malah terjebak hujan dengan tangan kosong. Karena ketika ia turun dari bus dan berjalan menuju toko buku, ia baru ingat jika pamannya itu akan menghadiri pernikahan sepupunya di Surabaya. Jika ia tidak lupa, mungkin saat ini ia sudah terbaring nyaman diatas ranjang tidurnya.

Ponsel yang Ryan pegang bergetar, menandakan jika seseorang tengah menelfonnya.

Dika is calling...

Ryan segera menggeser tombol hijau ketika tau jika nama adik kelasnya tertera dilayar ponselnya.

"Iya, Dik?"

"Kak, lo tau gak buku matematika gue ada di mana?" Orang disebrang sana terdengar bertanya dengan nada khawatir.

"Hhmm," Ryan berfikir sejenak. "Bukannya tadi lo simpen di atas lemari tv? " Jawab Ryan. Seingatnya ketika tadi ia pergi, ia sempat melihat jika orang yang saat ini menelfonnya menyimpan buku yang ia maksud di atas lemari tv.

Dika tidak memberikan jawaban, hanya suara tidak jelas yang terdengar.

"Aahh iya Kak, ada. Maaf ganggu."

"Oke, gak masalah." Tentu tidak masalah. Ini bukan hal besar mengingat jika Ryan adalah guru privat Dika.

Panggilan pun berakhir.

Ryan memutar kembali lagunya, menikmati alunan suara merdu milik penyanyi kesukaannya. Kepala yang ia sembunyikan di kupluk yang tersambung di hoodie hitam miliknya, sedikit menunduk. Begitu menikmati moment yang saat ini ia rasakan. Susana yang dingin dengan hujan yang mulai deras, menambah sensasi tersendiri bagi laki laki berkulit putih itu.

Tanpa sepengetahuan Ryan, datang seorang gadis tengah berlari kecil menghampirinya disana. Memakai dress selutut dengan crop yang terbilang tipis. Sudah pasti gadis itu kedinginan sekarang. Terlihat kedua tangan ia gesekan satu sama lain untuk mencari kehangatan.

Gadis yang saat ini berada beberapa langkah dari atensi Ryan, sedikit melirik.

Sedangkan Ryan, hanya diam menikmati alunan musik yang didengarnya. Sesekali Ryan mengangguk pelan mengikuti melodi melodi yang memanjakan rungunya. Ryan tidak sadar jika ada orang selain dirinya yang berteduh. Padahal gadis bersurai panjang itu hanya beberapa langkah darinya.

Ryan yang melihat jika hujan mulai reda, menurunkan kupluk nya dan maju beberapa langkah, menjulurkan tangannya karena kini hujan deras telah pergi. Menyisakan rintikan rintikan kecil yang masih semangat menjatuhkan tetesan hujan.

Like a StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang