" the biggest losses will be those who wanted this life" - x
di hidup yang terus bergerak maju ini, rasanya seperti di jalan tol kalau kata uus. semua sibuk dengan urusannya masing-masing, saing menyaingi dengan ego agar segera sampai tempat tujuan bukan hal asing lagi kalau kita sedang berada di jalan tol.
tapi coba deh berhenti sejenak, melipir ke rest area.
"apasih yang dikejar?"
didalam kitab ku diterangkan, bahwa kehilangan atau kerugian besar bagi mereka yang mengejar dunia, mereka yang sangat ingin memenangkan hidup ini.
sengaja tak ku sebut apa kitab ku, supaya tulisan ini bisa dibaca dengan nyaman oleh segala pihak.intermezzo
dulu, aku lahir dari keluarga yang beruntung nya sangat berkecukupan. dengan kata lain, apa yang ku nikmati hari itu adalah pencapaian duniawi dari para orang tua ku.
namun, satu waktu tuhan mengambil itu semua. lewat kebangkrutan bisnis keluarga ku akibat ditipu rekan sendiri, ia tak hanya mengambil materi. namun juga keharmonisan keluarga, kepercayaan antara suami istri, kepercayaan terhadap diri sendiri, masa kecil yang bahagia, dan kehilangan duniawi lainnya yang semula kami pikir hanya bisa didapatkan lewat adanya materi.
hancur? tentu. kecewa? bukan lagi. masih sanggup percaya? oh tentu tidak.
di moment hancur itu, apalah daya ku yang hanya anak sekolah dasar. bagaimana caraku untuk menjawab pertanyaan ibu saat itu. begini katanya..
" kalau mamah selesai sama papah gak apa-apa?"
" mamah udah gakuat "
disaat mungkin perceraian diluar sana menjadi hal yang sangat menakutkan, pada saat itu rasanya realistis sekali kalau banyak dari pasangan ingin bercerai. aku mengerti. memang sulit.
tapi tak sepatah kata pun sanggup ku sampaikan pada ibu ku saat itu. aku hanya sibuk mencari tempat sembunyi dimana aku bisa aman menangis sendiri tanpa perlu menambah beban khawatir ibu pada saat itu.
tak ingin juga aku mencari papah ku, karena aku tahu betul bagaima hancurnya harga diri seorang lelaki yang juga pemimpin keluarga pada saat itu. entah bagaimana sulitnya harus menerima kenyataan bahwa keluarga nya hancur dan kepercayaan nya pun hancur oleh rekan nya sendiri.
memori masa kecil itu terekam jelas sekali sakit nya oleh ku hingga saat ini.
namun, plot twist.
setelah papah ku pergi menghilang entah berapa lama, mungkin untuk menghindari depkolektor yang pada saat itu sangat mencari keluarga kami.
akhirnya, mamah merelakan semua aset yang dimiliki nya dari pemberian orang tua nya. ia pun mencari papah, kami pun memulai hidup kembali dari nol.
benar-benar nol. tidak punya apa-apa selain belas kasihan kerabat dan orang terkasih kami.tentunya juga tuhan yang kami yakini, selalu bersama kami.
ini betul ceritaku, bukan sinetron azab indosiar. walau mirip.
tapi pertanyaan nya..
apakah setelah kerugian besar itu kami miskin? tentu.
namun, ternyata kami hanya miskin dalam materi dan hal duniawi yang tak kami miliki lagi.
entah apa yang akan terjadi jika ibu ku saat itu miskin keyakinan dan kepercayaan tentang kemungkinan hal baik yang masih mungkin akan terjadi.
mungkin saat itu kami akan benar-benar miskin, benar-benar merugi.
......
lewat peristirahatan keluarga kami di rest area itu, kami banyak belajar juga bersyukur.
sebenarnya, yang perlu kita cari itu rasa cukup dan syukur. dengan kesadaran bahwa apa yang kita kejar selama dijalan tol itu hanya titipan dan tidak akan ada habisnya kalau dibandingkan.
akan selalu ada kendaraan yang lebih cepat, kendaraan yang lebih up to date, tujuan perjalanan yang lebih jauh, kendaraan dengan kursi penumpang yang penuh, juga kendaraan dengan kursi penumpang yang lenggang. namun semuanya sama, sama-sama ingin mencapai tujuan.
walau sejauh apapun pergi, tujuan akhirnya toh tetap rumah kan?
bukan tentang bagaimana bangunan rumah itu, tapi tentang siapa dan rasa nyaman nya bukan?
.....
lalu, kita juga tahu kan kalau di jalan tol seringkali ada kecelakaan?
apakah ada yang menginginkan nya? tentu tidak.
tapi bukan kah itu semua sudah ketetapan- Nya? iya.
apakah ada yang bisa mencegahnya? tidak.
mengapa?
apakah kita memiliki kemampuan untuk mengetahui kejadian di masa depan? tidak.
ya itu jawabannya.
.....
lewat kecelakan, entah dijalan tol atau dikehidupan duniawi kita. dalam bentuk apapun itu.
seperti kisah keluarga ku, yang celaka dalam bentuk kepercayaan. ditipu, bangkrut, miskin.
pada akhirnya kita sadar, kembali ke fitrah kita sebagai manusia.
tidak punya apa-apa. tidak memiliki kuasa atas apapun.
selain hal-hal yang bisa dilakukan dengan akal sehat.
........pada akhirnya, sampai pada suatu kesimpulan,
semakin kau cari, semakin kau tidak menemukan, semakin habis waktu mu.
semakin tunai penacapaian mu, semakin banyak yang sudah kamu miliki, semakin bingung dimana harus berhenti, semakin bingung pencapaian apa yang benar membahagiakan?
semakin hilang dirimu, semakin besar kehilangan nya, semakin merugi pula kita.
karena nyata nya, masih kosong?
bukan lagi tentang apa yang dimiliki..
melainkan apa yang tersisa dalam diri ini?
mungkin itu yang dimaksud dengan kehilangan terbesar.
.............
tidak perlu terlalu keras pada dirimu sendiri, pada sesuatu yang fana, pada sesuatu yang nyatanya hanya titipan.
semua sudah ada dalam ketetapan-Nya. bagi mereka yang meyakini nya.kita pun sementara, begitupun apa yang kita miliki.
bisa kita beli, kita miliki, kita rawat.namun, bisa juga hilang, rusak, dicuri atau ya memang pada dasarnya bukan milik kita.
jadi ya, kembali kepada ia yang memang pemilik nya.
...............
semua ada waktunya, ada porsinya.
tidak akan pernah tertukar.
tenang, satu-satu, sabar, ikhlas, tetap yakin, tetap berusaha.
fokus, pada dirimu saja.
jangan serakah, jangan sampai ketamakan, kerakusan akan materi dan semua tipu daya.
membuatmu kehilangan dirimu.
karena sejatinya, apa yang kau cari dari materi dan segala pencapaian mu itu
dekat sekali.
semuanya ada pada dirimu, jauh di lubuk hati mu, yang kau perlukan itu rasa tenang setelah merasa cukup. sehingga, tidak perlu merasa ketakutan karena tidak memiliki segalanya.
karena disaat memiliki segalanya pun, belum tentu mengisi kekosongan mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
#TGBC
Randomhasil menari jemari saat gabut melanda seorang manusia yang diberi nama raisya namun lebih senang dipanggil caca, sekian.