"Ternyata lo masih peduli sama gue, Aris"
-Arsya Raffano ArdhanaBismillahirrahmanirrahim
Happy Reading!!!
Malam ini tampak begitu gelap dan sunyi, hanya bulan dan bintang yang menyinari untuk menggantikan tugas nya matahari yang terbenam.
Seorang pemuda dengan wajah yang tampak sedikit luka di area wajahnya, dengan muka sedikit meringis menahan sakit di mukanya itu. Ia sedang berada di perkarangan mansionnya, dan ia pun berjalan menuju pintu utama, tampak sepi mungkin orang rumah lagi makan malam, karna ini waktunya makan malam biasanya.
Ia pun perlahan memegang gagang pintu tersebut, dan perlahan membukanya dan langsung masuk ke mansion tanpa melihat apapun. Ia pun berjalan biasa saja dan menundukkan sedikit Kepala dan tangan kanannya menyentuh salah satu pipinya yang terdapat lebam, akibat dari habis tawuran tadi.
Saat ia melewati ruang tamu, ia mendengar suara tersebut yang seakan itu tertuju kepadanya.
"Bagus, habis dari mana saja kamu" Ucap seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sofa diruang tamu tersebut, dengan netra nya tak lepas menatap berkas-berkas yang Berhamburan di atas meja tersebut.
Arasya yang mendengar suara ayahnya itu pun menghela nafas lelah, ia lelah tadi habis tawuran, pasti ia akan di marahi lagi kali ini.
"ARAS, KALO ORANG TUA NANYA ITU DI JAWAB" Bentak nya langsung berdiri dan melihat sang anak yang tak menjawab pertanyaan nya barusan.
Aras pun dengan malas menatap sang Ayah, tampak Ayahnya yang sedang menahan emosi agar tidak meledak, arasya pun terkekeh pelan melihat raut wajah ayahnya tersebut.
"Tawuran" Jawab Aras dengan santai, ia sudah biasa di bentak ayahnya.
"BAGUS, MAU JADI APA KAMU NANTI HAH?" Bentaknya dengan marah terhadap anaknya.
"MAU JADI SOK JAGOAN KAMU HAH?" Ia emosi melihat anaknya pertama nya yang beda sekali sama anak bungsu kesayangannya.
"Kamu itu harus nya contoh adek kamu, lihat dia nggak banyak tingkah kayak kamu"
"Dia dari pulang sekolah langsung ngurung di kamar, BELAJAR. Nggak kayak kamu bukannya langsung pulang malah keluyuran TIDAK JELAS"
"Kamu itu anak pertama Aras, seharusnya kamu yang memberikan contoh yang baik buat adek kamu, bukan malah sebaliknya"
"Dan ayah dengar kamu hari ini bolos lagi. Ayah udah bilang dari pertama kali, nggak usah masuk gang-gang nggak jelas gitu. Semenjak kamu masuk gang-gang nggak jelas itu, kamu makin Brandalan, Nggak tau aturan dan nggak tau etika"
"STOP AYAH"
"Jangan salahin temen-temen nya ARAS. Mereka nggak tau apa-apa, tadi Aras bolos itu atas kemauan Aras SENDIRI, bukan dari ajakan mereka AYAH"
PLAK...
Suaranya nyaring tersebut memenuhi ruangan tersebut, Satu tamparan dari tangan sang Ayah mendarat sempurna di pipi mulus nya Aras, yang sedikit terdapat luka lebamnya tadi.
"BERANI KAMU MEMBENTAK AYAH HAH?"
"MAU JADI ANAK YANG DURHAKA KAMU SAMA ORANG TUA, ARAS" Bentaknya dengan meninggi kan suaranya.
Aras pun hanya bisa menunduk dalam diam, ia berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh. Sungguh ia tadi tidak bermaksud untuk membentak ayahnya, ia hanya tidak menerima Ayahnya menuduh teman-teman nya dan mereka tidak tau apa-apa.