7 : Berulah

11 2 0
                                    

Tidak ada yang lebih dibenci oleh kebanyakan murid di Indonesia selain pelajaran matematika dan hari senin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang lebih dibenci oleh kebanyakan murid di Indonesia selain pelajaran matematika dan hari senin. Dan, hari ini adalah hari senin. 90% wajah murid Sekolah Menengah Kejuruan daerah Jakarta itu menekuk wajah.

Kini, mereka tengah mendengarkan amanat yang diutarakan oleh pembina upacara. Pembina upacara yang tak lain dan tak bukan adalah bapak kepala sekolah. Ada yang serius mendengarkan, ada yang mengumpat dengan volume kecil, dan ada pula yang menggoyangkan kakinya bergantian. Menahan pegal yang menyerang kedua kakinya karena dipaksa berdiri selama kurang lebih dua jam.

"Upacara telah selesai, terimakasih."

Semua murid bersorak heboh dan kembali ke kelas masing-masing setelah mendapat aba-aba "tanpa penghormatan, balik kanan bubar, jalan!"

Murid sepuluh Mekatronika dengan segala jenis tingkahnya pun mulai masuk ke kelas satu persatu. Masih ada waktu sepuluh menit lagi sebelum memasuki jam pelajaran pertama. Ada yang bermain game bersama, rebahan dilantai, tiduran dengan posisi duduk, menonton video di laptop, makan, bernyanyi, dan ada juga yang mengusili satu sama lain.

Pukul 08:10, pak Tian memasuki kelas dengan wajah yang masam. Sepertinya suasana hati guru tersebut sedang tidak baik pagi ini, entah apa penyebabnya. Karena biasanya begitu masuk kelas, ia akan menyapa murid-murid dengan senyuman manisnya. Tapi hari ini, terlihat berbeda.

"Seluruhnya, bersiap."

Begitu Dafi memberi aba-aba dengan lantak, semuanya sontak bangun dan duduk dengan tegak. Hanya satu orang, yang tak lepas dari pandangan sang guru daritadi.

"Sebelum memulai pelajaran, alangkah baiknya kita berdoa. Berdoa menurut agama dan kepercayaan nya masing-masing. Berdoa dimulai."

Semuanya begitu khusyu dan terlarut dalam doa masing-masing.

"Berdoa selesai. Memberi salam!"

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selamat pagi pak!"

Pak Tian masih setia memasang wajah datarnya. Sungguh, suasana kelas berubah 180 derajat begitu guru muda itu masuk. Menjadi.. Lebih menegangkan dan senyap. Bahkan, bunyi cicak yang merayap di dinding pun terdengar jelas di telinga mereka.

"Bangunin Dev. Suruh berdoa sendirian."

Ketiga puluh empat pasang mata—ditambah pak Tian— pun refleks menatap kearah cowok yang kini masih terlelap dengan posisi duduk dan kepalanya berada diatas tas.

Dafi yang berada tepat disebelah laki-laki itu malah baru menyadari hal itu karena terlalu fokus dengan sang guru. Ia akhirnya menyentil telinga Dev dengan keras agar laki-laki itu bangun. Kalau hanya pelan, tidak akan mempan.

"HAH APA SIH, RIBET!"

"Pftt!"

Semua penghuni kelas menahan tawanya begitu melihat reaksi yang dikeluarkan oleh cowok itu. Pak Tian semakin menekuk wajahnya mendengar kalimat yang terlontar.

MekajaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang