1 : Pra-MPLS

64 6 4
                                    

Alohaaa, balik lagi dengan wonderkitten satu ini😼. Jangan lupa nyantai dihari minggu yang indah ini, be enjoy!

Pukul 6 pagi, lapangan SMK Negeri 78 Jakarta telah dipenuhi oleh banyak orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 6 pagi, lapangan SMK Negeri 78 Jakarta telah dipenuhi oleh banyak orang. Mungkin jika dihitung-hitung, ada sekitar 500-600 orang.

Hari jumat, hari pelaksanaan Pra-MPLS di sekolah tersebut. Maklum saja, ini adalah kegiatan pertama dalam tahun ajaran baru yang memperbolehkan adanya sistem tatap muka. Setelah sebelumnya kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring sebab pandemi.

Seorang gadis yang memakai seragam muslim berwarna biru milik sekolah SMP asalnya, bawahan rok biru, serta papan bertuliskan nama dan jurusan yang dikalungi di lehernya itu terlihat mondar-mandir tak menentu. Ia sedang menunggu seseorang.

Ponsel dalam genggamannya bergetar, menandakan panggilan masuk. Segera ia angkat panggilan tersebut ketika melihat nama sang pemanggil adalah orang yang sejak tadi ditunggu-tunggu.

"Assalamualaikum, Ghea. Kamu dimana? Aku didepan gerbang oranye yang bagian dalam,"

"Aku masih diluar, sebentar. Alihkan ke Video Call aja Nat, aku kan gatau kamu yang mana"

Gadis tadi, bernama Natta Syifanadzia. Mengikuti arahan temannya, ia segera beralih ke Video Call. Mereka berbincang kecil tanpa menutup panggilan. Dan, panggilan baru dimatikan ketika gadis yang satunya—yaitu Gheantari Mikayla, atau kerap disapa Ghea muncul tepat di hadapan Natta.

Natta dan Ghea saling menatap diri masing-masing dari atas sampai bawah. Jujur, ini adalah pertemuan pertama mereka. Mereka bukan teman lama, ataupun teman satu SMP seperti yang mungkin kalian pikirkan.

Keduanya saling mengenal melalui WhatsApp, ketika Natta bertanya mengenai apa saja yang harus dibawa untuk Pra-MPLS dan hanya Ghea yang merespon.

Dari situ, Natta yang memang anaknya kepo dan banyak bicara ini mulai bertanya-tanya mengenai kehidupan Ghea. Masih pembahasan dasar sih, seperti menanyakan rumah Ghea, asal sekolah, kenapa Ghea memilih sekolah ini, dan sebagainya.

Mereka mengobrol selama beberapa menit, sampai percakapan mereka terhenti ketika sebuah suara mic mengalihkan perhatian mereka. Aba-aba bahwa mereka harus berbaris sesuai dengan jurusan masing-masing ditengah lapangan sudah terdengar.

Begitu sampai ditengah lapangan, Ghea dan Natta saling melempar pandangan bingung. Bukannya apa, saat jurusan lain sudah sesuai dengan barisan nya, yang harusnya menjadi barisan jurusan mereka—yakni Mekatronika, kini kosong. Sama sekali tidak ada yang berbaris.

Natta berbisik, "Ini emang jurusan kita belum pada dateng, atau gimana? Ah tapi ini udah mau jam 7, masa belum pada dateng," ia menyatukan alisnya heran.

"Antara yang kamu bilang tadi, atau mereka pada masih ngumpul disana," telunjuk Ghea mengarah kepada sekumpulan murid yang masih berdesakan di belakang barisan. Dan kemungkinan besar, itu merupakan teman sejurusannya.

MekajaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang