BLUTFLUSS

2.2K 108 0
                                    

Malam hari di sebuah lorong yang sepi, saat ini sudah pukul sebelas malam, tak ada seseorang pun yang berani melewati lorong ini, memang lorong ini sangat jarang di lewati dikarenakan tidak ada satu pun cctv yang memantau daerah ini. Gadis mungil itu mengeratkan genggamannya pada tali tas selempang yang ia gunakan. Ia merasakan seperti diikuti oleh seseorang. Gadis itu menghentikan langkahnya, sedikit melirik kebelakang. Hawanya semakin membuat dirinya merinding, apalagi saat ini dirinya merasakan hawa yang mencekam dan amat dingin. Gadis mungil itu melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan prasangka buruk yang menghantui pikirannya.

Grepp

Gadis mungil itu terhentam ke tembok dengan keras. Lehernya tercekat karena ada sebuah pisau yang sudah siap menusuk lehernya kapan saja.

"Kamu mau a-apa?" tanya gadis mungil itu dengan ekspresi ketakutan. Seorang laki-laki itu tertawa pelan, sangat beruntung dirinya malam ini mendapatkan gadis yang sangat polos, mungkin?.

"Bersenang senang sedikit?" pisau itu sepertinya sudah melukai kulit halus lehernya.

"Kulitmu sangat lembut sepertinya" lanjutnya membuat gadis mungil itu semakin susah meneguk salivanya. Dengan penuh keberanian dia menendang dengan kasar tulang kering kaki laki-laki yang ada dihadapannya itu. Gadis itu segera berlari, namun sepertinya pemuda itu tampaknya tidak menyerah layaknya singa yang tak akan membiarkan mangsa pergi begitu saja. Banyak sekali lorong kecil yang sudah gadis itu lewati.

Seseorang menarik tangan gadis itu untuk bersembunyi dilorong lainnya dan segera menutup mulut gadis mungil itu, hampir saja mereka berdua ketahuan karena gadis itu hampir saja berteriak. Laki laki itu sepertinya sudah melewati mereka?. Gadis mungil itu menghela nafasnya lega sedangkan gadis yang ada dihadapannya ini tersenyum tipis.

"Kamu tunggu disini Gee" ucap gadis yang lebih tinggi itu membuat gadis mungil itu mengangguk pasrah. Baiklah, Gracia akan menunggu disini saja, dirinya lelah sedari tadi melarikan diri dari pemuda itu.

"Jangan lama Shani!" ingatkan Gracia kepada Shani. Gadis itu mengangguk mengerti, bisa saja kan Shani tak mengajak Gracia untuk bersenang-senang mungkin?.

Shani melangkahkan kakinya mencari sosok laki laki itu. Shani tampak celingak-celinguk sambil menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Kemana laki laki itu pergi? Ini sangat menarik seperti bermain petak umpet bukan?.

Gotcha! Shani dapat mendengar langkah kakinya, segera ia menyusul lelaki itu. Shani tersenyum saat melihat lelaki itu berjalan pelan dan mencari cari serta memanggil mangsanya.

"Hei" panggil Shani dengan santai sambil melambaikan tangannya saat lelaki itu beralih menatapnya. Lelaki itu tersenyum saat melihat mangsa barunya, apakah dia menghantarkan dirinya kepada kematian? Pikirnya. Lelaki itu berlari mendekati Shani dengan sebuah pisau yang ada ditangan kanannya.

Brukk

Shani dengan mudah menarik tangan lelaki itu dan mengangkat tubuhnya membantingkannya ke jalanan. Shani tersenyum dan menginjak tangan kanan lelaki.

"Arghhh.... Singkirkan kakimu sialan" ucap lelaki itu kesakitan. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan kaki Shani yang masih saja menginjak kuat tangan kanannya. Lelaki itu menggigit kaki Shani membuat Shani kesakitan dan menjauhkan kakinya. Menatap kesal kepada lelaki itu, sangat menjijikkan!. Dengan kesal Shani mengelap sepatunya yang sempat disentuh oleh tangan kotor laki laki itu.

"Sangat jorok" ucap Shani sambil menendang kasar kepala laki laki itu. Shani mendongak menatap langit, malam yang sangat indah bukan?. Gadis tinggi itu menghela nafasnya saat beralih menatap laki laki itu yang sudah pingsan dan hidung yang mengeluarkan darah segar. Padahal dirinya hanya menendang nya sangat pelan, lemah sekali laki laki ini. Dengan malas Shani memegang kaki kiri lelaki itu dan menyeretnya,  membiarkan tubuh lelaki itu seperti menyapu jalanan lorong tersebut.

ONESHOOT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang