Gadis tinggi yang bernama Shani kini berdiri tegak di dekat pintu, menyaksikan dan sekaligus kagum melihat Nona mudanya yang bernama Shania Gracia itu yang sedang fokus menyampaikan poin poin penting dalam proyek yang akan dikerjakan oleh perusahaannya. Shani sendiri sudah bekerja sebagai bodyguard gadis mungil ini selama setahun lebih, dirinya di rekrut tiga tahun yang lalu, namun setahun lebih dia harus memantapkan dirinya, seperti berlatih fisik, dikategorikan lulus jika sudah menguasai sebuah pistol. Memang prosesnya berat, namun hasilnya lumayan bagus menurut Shani, walaupun sangat beresiko namun gajinya tidak main main, sangat besar!.
"Sekian dari saya" ucap gadis mungil itu menutup rapat hari ini. Shani hanya menatap tanpa ekspresi ketika nona mudanya itu mendekati dirinya. Shani membukakan pintu membiarkan gadis mungil itu keluar terlebih dahulu dari ruangan.
"Shani, ayo makan sushi" gadis mungil itu berbalik menatap badan tegak Shani. Gracia sesekali kesal melihat Shani yang selalu kaku, tidak menampilkan ekspresi, Gracia hanya pernah melihat Shani tersenyum sebanyak delapan kali saja. Senyum Shani itu mahal kalau menurut Gracia.
"Tentu Nona" balas Shani. Gadis mungil itu menatap kesal, melanjutkan langkahnya ke lobby. Tentu saja, mobilnya sudah terparkir rapi disana.
"Tas aku ketinggalan di ruangan deh" ucap Gracia menatap Shani.
"Nona tunggu didalam mobil saja" ucap Shani bergegas pergi ke ruangan wakil CEO, ruangan Nona mudanya itu.
Setelah mengambilnya, Shani menenteng tas selempang warna hijau sang Nona keluar ruangan, namun baru saja dirinya keluar dari lift langkahnya terhenti. Shani seperti tak asing dengan seseorang yang berada didepannya ini. Bukankah salah satu kolega bisnis Gracia?.
"Salam kenal, gue Vienny" Shani hanya menatap tangan gadis itu, apakah dia ingin berjabat tangan? Pikir Shani.
"Maaf, saya terburu-buru" Shani hanya acuh dan ingin melangkahkan kakinya. Gadis itu menarik tangan Shani, seketika langkah Shani berhenti. Shani menghela nafasnya, dirinya hanya takut jika Gracia marah kepadanya karena terlalu memakan waktu.
"Saya Shani" shani langsung saja mengambil tangan Vienny dan berjabat tangan.
"Tapi aku mau ajak kamu makan siang" ucap Vienny kecewa setelah Shani langsung saja melepaskan jabatan mereka.
"Saya tidak ada waktu untuk itu" Shani bertekad hanya menghabiskan waktu tiga menit untuk meladeni Vienny, agar semua selesai pikirnya.
"Kamu bodyguard Gracia kan? Saya tau kalau boss kamu itu suka sama kamu, tapi kamu gak pernah balas perasaan nya kan? Kalau sama saya saja gimana?" Shani hanya menatap datar, omong kosong apalagi yang diucapkan gadis didepannya ini. Apakah gadis ini tidak punya sopan santun atau selalu saja berlebihan seperti ini?.
"Tidak ada yang perlu dikatakan lagi bukan?" Vienny mencegah lagi Shani yang akan berbalik badan.
"Kamu baru saja nolak saya?" tanya Vienny tak menduga hal itu, banyak orang diluar sana dan baru saja ia ditolak Shani? Seorang bodyguard? Tapi jujur saja, Shani ini memiliki wajah yang cakep sih, walaupun hanya datar datar saja. Vienny menunduk menarik nafasnya dalam untuk menerima keadaan sekarang. Matanya tak sengaja melihat jari manis Shani, sebuah cincin? Apakah Shani sudah menikah? Memang, harapan seharusnya ia kubur dalam dalam. Shani mengikuti arah tatapan Shani, ia hanya tersenyum diam melihat hal itu, berguna juga hal ini, melepaskan dirinya dari manusia yang mengganggu seperti Vienny pikirnya. Shani menghempaskan tangan Shani yang sedari tadi memegang lengan kanannya. Dan pergi meninggalkan Vienny.
"Tidak ada niatan lebih lama lagi?" tanya Gracia dengan tatapan tajamnya menatap Shani yang baru saja duduk di kursi pengemudi.
"Maaf Nona, tadi ada sedikit masalah" ucap Shani dengan sesalnya. Gracia menghela nafasnya menatap keluar jendela guna memperbaiki moodnya.
