BAB 11 - Satu Fakta yang Mengejutkan

325 58 5
                                    

"I'm unstoppable and I know it"– Olivia Mahavira
.

Senin kedua di desa Sakra berjalan lebih lambat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Kepala desa dan istrinya sedang ada urusan di ibu kota. Jadi, mereka terbebas dari tugas yang menunggunya di kantor desa. Sudah pukul sebelas ketika rapat mereka dengan DPK selesai. Mereka berencana mengosongkan jadwal mereka hari itu dan menikmati waktu kosong mereka di rumah.

Para gadis menggunakan waktu luang mereka untuk mencuci baju. Matahari bersinar begitu terik di langit. Waktu yang pas untuk menjemur baju.

Sementara anak laki-laki yang menghibur diri mereka di ruang tamu dengan berkaraoke—yang lebih didominasi oleh Leo dan sesekali Adam, Vian hanya memperhatikan dua temannya di sofa sambil bermain game.

"Tumben dari pagi sampai siang gini matahari masih tetap terik," sahut Oliv sambil menatap langit. "Biasanya hujan."

Kiara mengangkat baskom berisi pakaian yang sudah dia cuci ke jemuran yang dibuat khusus di taman belakang rumah. Oliv mengekor di belakangnya bersama baskom miliknya. Amanda sendiri masih sibuk mencuci tumpukan pakaiannya sebanyak dua ember.

"Aku boleh nanya, gak?" tanya Oliv pada Kiara selagi mereka menjemur.

"Apa?"

"Kamu gak usah jawab kalau kamu gak nyaman," kata Oliv sebelum dia memberikan pertanyaannya."Kamu sama Adam ada hubungan apa?"

Tanpa menghentikan kegiatan menjemurnya, Kiara menjawab, "aku belum bisa jawab itu."

Oliv mengangguk-angguk mengerti. Tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut.

Pandangan Kiara kemudian tertuju pada pohon pohon pisang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri—tempat di mana dia pernah melihat bayangan hitam.

"Kamu percaya gak sama hantu?"tanya Kiara tiba-tiba.

"Gak," jawab Oliv tanpa berpikir panjang.

"Kalau gitu, kamu ingat, gak, waktu kita ngobrol di teras sore-sore itu dan tiba-tiba kedengaran suara lolongan anjing, tapi gak satupun anjing keliatan?"

Oliv mengangguk mengiyakan.

"Waktu itu aku bilang kalau aku lihat bayangan anjing, kan?"

Oliv kembali mengangguk.

Kiara berjalan ke arah pisang yang dia maksud dan Oliv mengikutinya dari belakang.

"Tapi, setelah aku pikir-pikir lagi, tinggi bayangannya itu sekitar di sini," tangan kanan Kiara terangkat sampai sekitar 20 cm di atas kepalanya. "Terlalu tinggi untuk seukuran anjing."

Oliv menggigit kuku jarinya. "Jadi, maksudmu itu bukan bayangan anjing, tapi manusia?"

Kiara mengangguk dua kali. "Iya. Dan aku curiga kalau waktu itu dia memperhatikan kita dari jauh."

"Tapi, kenapa?"

Kiara menghela napas. "Aku juga gak tahu. Tapi, ada sesuatu yang sepertinya harus kamu tahu."

Alis Oliv terangkat. "Apa itu?

"Jadi, setelah pembagian lokasi KKN sudah keluar, aku banyak cari tahu tentang desa Sakra di internet." Kiara mulai menjelaskan."Dari situ aku tahu kalau pernah terjadi pembunuhan di desa ini."

Alis Oliv semakin berkerut dan mulut yang menganga. Dia memandang Kiara seolah tidak percaya apa yang baru saja gadis itu katakan.

"Pembunuhan katamu?"

Kiara membasahi bibirnya, lalu berkata lagi, "iya. Korbannya bernama Bu Ratna, kepala dusun Ngukarai. Dia dibunuh oleh tetangganya sendiri, Pak Mahid. Banyak yang menduga alasannya karena utang. Bu Ratna kabarnya sering menekan pak Mahid untuk melunasi hutangnya. Lalu, tersebar kabar lagi kalau Ibu Ratna juga sering menggosipi keluarga Pak Mahid sampai-sampai keluarganya dikucilkan.

METANOIA [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang