Phuwin ditahan Gemini. Tidak dibolehkan balik ke rumah sampai-sampai celananya ditarik-tarik. Dengan segala mata sembab hidung merah sampai suara serak akibat teriaki dirinya memohon untuk tetap tinggal, Phuwin pasrah sajalah kalau begini caranya.
Yang kemudian menghentikan rengekan Gemini, si bocah nampak kesenangan balik lagi main bersama teman di rumah panti.
Phuwin yang sejak awal hanya bersantai kini pilih lakukan suatu pekerjaan. Menyiangi tanaman sementara menunggu baju-baju direndam sebelum mulai dikucek, dibilas, dan dikeringkan untuk dijemur. Menunggu tuan tampan kembali dari kerja siang nanti, Phuwin juga sibuk berpikir ingin buatkan makan apa nanti.
Ketika dirinya balik untuk urus cucian kotor, Phuwin justru berhenti. Tepat di tengah-tengah jalan menuju sumur belakang, dirinya mengernyit.
Lihat dengan mata semakin memicing, lantas dirinya pilih jalan dekati. Ketika tiba di tempat lokasi, diraihlah sebuah pigura kecil yang nampak jatuh tertidur di antara pigur-pigura lain.
Tiup-tiup untuk bersihkan dari tempelan debu yang menguasai, Phuwin senyum-senyum sendiri usai berdirikan kembali. Niat untuk jalan lagi, eh, putar badanlah Phuwin kembali.
"Mungkin ada foto istri tuan Pond." begitu dia menggumam, diraih lagi si pigura tadi. Penasaran bagaimana rupa Papa si cempluk Gemini, ingin tahu bagaimana sinkronisasi kemiripan rupa keduanya.
Dipandang-pandang, lama sampai Phuwin sendiri mengernyit kebingungan sendiri.
"Loh, seperti kenal wajahnya." begitu dirinya mengoceh. Kepalanya kembali dilanda puting beliung hebat. Pening sudah setelah ini. Yakin.
"Papa!!!" teriakkan Si cempluk gugat kesadaran Phuwin. Lantas lepaskan pigura alih-alih jalan perlahan mendekati sumber suara.
"Pa dimana? Gemini tidak menemukan!" nyaring teriakan Gemini. Sekali lagi buat Phuwin tersenyum lebar gemas bukan main.
"Dekat pintu, nak." begitu sahut Phuwin menyembul kemudian kepala si bocah. Yang lantas buat Phuwin melotot ingin interogasi Gemini saat itu juga.
"Astagfirullah, kamu main di mana?" Phuwin berkata sambil usap-usap wajah Gemini yang kehitaman tertimpa angus.
"Kesiram asap knalpot pitung Pak lurah. Gemini jadi ditertawakan Fourth." mengerucut bibir Gemini sambil mainkan jari-jarinya.
"Memang knalpot bisa buat wajah hitam-hitam? Jadi mirip arang, ayo mandi lagi."
Begitu Phuwin perintah laksanakan segera oleh Gemini yang lari terbirit-birit masuk kamar. Secepat kilat kembali keluar hanya kenakan handuk serampangan, bagian tubuhnya mengintip di balik sana, langsung teriak, "Papa ayo! Gemini siap mandi kembang!"
Apa lagi bocah ini. Dirasa begitu lucu buat Phuwin tergelak bukan main.
"Mandi kembang apanya. Kalau bunuh mawar dan kantil di kebun, menangis mereka nanti. Ayo cepat masuk ke kamar mandi. Saru tidak pakai baju."
Hanya dibalas cengiran oleh si cempluk, "Sabunnya bau melati, Papa. Bukan mawar dan kantil, jadi mereka aman tak akan menangis dibunuh Gemini," ditarik kemudian celana Phuwin untuk ikutan sambangi kamar mandi. Aduh lucu. Pingin punya anak sama tuan Pond jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Tuan - PondPhuwin
Kort verhaalHati Phuwin sering bergemuruh. Lebih ricuh dari mercon yang disumut diam-diam. Kendang tetabuhan saja kalah saing. Ah, memang benar! Abang Pond itu nomor satu perayu hati Phuwin. ➖ dimulai : 20230109 ➖ berakhir : 20230109 Boy x Boy ©pipieeww_