~Khimar~

546 108 17
                                    

Call me Mpiw!
Maaf up malem malem
Sekali lagi aku bilang untuk book ini, mohon dimaklum kalo masih banyak kesalahan, atau penyampaian kurang tepat, aku masih belajar🙏🏻










Elisa menatap pantulan dirinya di cermin yang berdiri tepat di hadapannya. Cermin tua yang usang dimakan usia, cermin yang berdiri belasan tahun di kamar mendiang sang ibu, cermin yang menjadi saksi bisu dimana dahulu saat usianya menginjak 10 tahun sehelai Khimar merah muda yang begitu cantik dipasangkan oleh sang ibu guna menutup kepalanya dan membungkus helaian rambut yang mendiang ibu bilang adalah aurat.

"Dipakai ya sayang, perempuan harus melindungi tubuhnya...dari ujung kepala sampai ujung kaki...ini adalah aurat."

Elisa kecil mengangguk kala itu, lalu berucap, "Kata pak ustadz di pengajian Elisa juga gitu Bu, perempuan harus pakai kerudung."

"Jadi mulai sekarang Elisa pake Khimar ini ya sayang....tuh lihat, Elisa sangat cantik kan pakai Khimar ini." Ujar sang ibu seraya menunjuk pantulan cermin yang terpampang nyata wajah dirinya dan wajah cantik Putri semata wayangnya itu.

Elisa kecil mengangguk, "Iya Elisa cantik Bu!" Serunya seraya tersenyum lebar.

"Karena Elisa cantik, jadi Khimar ini jangan pernah dilepas ya?pakai Khimar ini sampai Allah memanggil kita, ibu pun sama, ibu akan pakai Khimar ini sampai Allah yang menyuruh ibu melepaskannya." Kata sang ibu.

Elisa mengangguk, meski tak memahami maksud dari ucapan sang ibu.

"Iya Bu, Elisa janji akan pakai selalu kerudungnya!" Seru Elisa.

Tanpa tau jika pada kenyataanya Elisa mengingkari janjinya terhadap sang ibu, bukan hanya pada mendiang sang ibu, tapi Elisa ingkar janji pada sang maha kuasa.

Tubuh Elisa perlahan merosot, sembari memeluk paper bag putih pemberian ustadz Jayin tadi, air mata Elisa kini luruh.

Hatinya kembali hancur.

"Bu...."

"Elisa ingkar janji...selama dua tahun ini Elisa mengingkari janji Elisa ke ibu...Elisa minta maaf..."

Kepala Elisa kemudian menunduk, ia diam beberapa saat.

Setelahnya kembali berucap, "....rasanya Elisa malu sama ibu sama Allah, Elisa malu...kenapa Allah baik banget Bu? Allah kirim laki laki baik buat Elisa sekarang, tapi Elisa malu, Elisa rasanya gak pantes nerima semua ini...Elisa kotor, Elisa hina....semenjak ibu pergi dunia Elisa rasanya gak berarti, semuanya gelap Bu...bahkan Elisa nempuh jalan yang salah semenjak kepergian ibu...sekarang Elisa harus apa Bu? Elisa gak tau harus ngapain?"

Tangisnya pecah, bersama rasa sakit di relung hatinya. Elisa masih larut dalam kesedihan atas kepergian mendiang sang ibu, satu satunya keluarga yang dimilikinya, ayahnya entah dimana, dan kerabatnya serentak memutus komunikasi dengan dirinya semenjak kepergian sang ibu.

Lelah karena terlalu banyak menangis perlahan rasa kantuk mulai menyerang, tubuh lemas nya terbaring begitu saja di lantai tanpa alas, dengan kedua tangan yang senantiasa memeluk paperbag pemberian ustadz Jayin.

Terlelap beberapa saat hingga samar samar sepasang rungunya mendengar suara lembut yang memanggil namanya.

"Elisa...nak, bangun nak..."

Perlahan manik kembarnya terbuka, dan tubuhnya spontan terbangun kala melihat sosok yang duduk bersimpuh di sampingnya.

Sang ibu.

Wanita yang selalu dirindukannya duduk tepat di sampingnya, Elisa benar benar tak percaya itu hingga air mata berjatuhan dari pelupuknya.

"B-bu....ibu..." Lirihnya bersama Isak tangis tak tertahankan.

Khimar [Oneshot LK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang