Bunyi alarm dari ponsel yang terdengar keras membangunkan Jimin. Lenguhan kesal keluar ketika ia kesulitan meraih ponsel yang ada di seberang gadis disampingnya. Jimin segera mematikan alarm begitu tangannya berhasil mendapat ponsel tersebut. Lalu melemparnya asal dibawah bantal.
Karena suara alarm sialan itu, Jimin tidak bisa lagi memejamkan mata untuk meneruskan tidur. Helaan napas berat keluar yang dilanjutkan dengan menolehkan kepala. Disampingnya, seorang gadis berwajah polos terlihat masih terlelap nyenyak meskipun beberapa saat yang lalu alarm yang dipasang olehnya sendiri berbunyi nyaring. Gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan bunyi-bunyian di sekitarnya.
Berhenti menatapnya, Jimin meraih ponsel miliknya sendiri untuk melihat jam yang kini menunjukan pukul sebelas siang. Jimin lalu mengangkat tangannya untuk menepuk pelan pipi si gadis sleepyhead. Membutuhkan tepukan beberapa kali hingga membuatnya terbangun.
"Kenapa? Aku masih mengantuk~" keluhnya dengan suara imut.
"Bangun, Minjeong. Sudah siang."
"Jimin, ini masih waktu liburku. Bangun sampai sore tidak masalah." Minjeong mencoba menaikkan selimutnya ke atas ketika tangan Jimin menghentikannya.
"Bangun, lazy bum. Meskipun libur harus tetap melakukan sesuatu yang produktif."
"I did. Semalam kita bercinta sampai subuh. That's counted as productive."
Jimin memutar bola matanya malas atas apa yang diucapkan Minjeong. Tidak begitu juga konsepnya! Jimin menggeleng dan tetap memaksa Minjeong untuk bangun. Dia bangkit dari posisi telentangnya. Menyebabkan tubuh polos bagian atasnya tak tertutupi pelindung lagi. Jimin meraih tangan Minjeong kemudian menariknya agar gadis itu mau bangun.
"Heish, mengganggu saja!"
Pada akhirnya Minjeong menuruti perintah Jimin. Dia bangkit menjadi duduk. Tanpa sedikitpun peduli dengan tubuh polos bagian atasnya yang terlihat, sama seperti Jimin. Lagipula, mereka sudah terbiasa melihat satu sama lain telanjang.
"We should get breakfast." kata Jimin.
Minjeong mengangguk. "Who's gonna cook?"
"Suit saja."
Lagi, Minjeong mengangguk. Keduanya mulai bersiap-siap melakukan suit untuk menentukan siapa yang akan memasak.
Batu. Gunting. Kertas.
Minjeong Gunting dan Jimin Batu. Gadis yang lebih tua menang. Maka dari itu Minjeong yang akan memasak. Tanpa banyak protes, Minjeong berdiri lebih dulu untuk mencuci muka dan berpakaian. Jimin menunggu Minjeong selesai untuk melakukan hal yang sama.
Selagi Minjeong memasak, Jimin memutuskan untuk melakukan sedikit olahraga dengan stretching. Merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang kaku. Apalagi setelah bermain adegan panas dengan isterinya semalam. Banyak bagian tubuhnya yang terasa pegal.
Jimin dan Minjeong telah menikah saat musim dingin tahun lalu. Keduanya secara praktis tumbuh dan berkembang bersama sejak masih kecil. Sedikit rumit dijelaskan, tapi pada intinya "lingkungan tertentu" yang membuat mereka selalu bersama. Jimin dan Minjeong memutuskan berkencan ketika Minjeong memasuki SMA dan Jimin di tahun kedua kuliah.
Sebenarnya selisih umur mereka hanya satu tahun. Berkat kepintaran otaknya, Jimin berhasil menyelesaikan sekolah menengah dengan cepat sehingga ia masuk kuliah lebih awal. Jimin yang pertama kali mengajak Minjeong berkencan waktu itu. Gadis yang lebih muda berpikir, tidak ada salahnya menerima ajakan kencan Jimin. Minjeong tahu Jimin selalu menjadi seorang kakak yang baik untuknya, meskipun terkadang gadis itu bisa bersikap menyebalkan. Dia juga tidak yakin ada seseorang yang bisa memperlakukan Minjeong sebaik dan setulus Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Prof! [YJM X KMJ]
FanfictionKedatangan Yu Jimin sebagai dosen baru di Yonsei University membuat Kim Minjeong merasa terkejut. Alarm di kepalanya mulai berbunyi. Bagaimana Minjeong akan melewati satu semester ke depan jika yang menjadi dosennya adalah... isterinya sendiri?