"Yu Jimin?"
Jimin membulatkan matanya.
"H-Hwang Yeji?"
Seseorang yang bernama Hwang Yeji menutup mulutnya, dilanjut bertepuk tangan karena excited. Tanpa diberi izin, gadis itu duduk di kursi kosong di antara Jimin dan Minjeong.
"Astaga, aku tidak menyangka akan melihatmu lagi. Bagaimana kabarmu Jimin?"
Jimin melirik isterinya, meringis karena ia sama sekali tak pernah membayangkan akan terjebak dalam situasi seperti ini.
"Y-Ya, kabarku baik. Bagaimana denganmu?"
"Sangat baik. Apalagi kembali bertemu denganmu setelah... empat? Lima tahun? Astaga aku tidak ingat. Pokoknya aku senang bertemu denganmu lagi setelah sekian lama. Oh, tungguㅡ" Pandangan Yeji mengarah kepada Minjeong yang baru ia sadari keberadaannya. Yeji lalu menatap Jimin, menanyakan tentang gadis yang bersamanya lewat sorot mata.
"Ah, dia isㅡ"
"Aku temannya Jimin." Minjeong memotong ucapan Jimin sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya. Tidak lupa menambahkan satu senyum formalitas. Sementara Jimin mengernyitkan kening, namun tetap mengikuti sandiwara sang isteri.
"Oh, begitu. Aku tidak mengganggu acara kalian, bukan? Maaf, itu karena aku sangat bersemangat bertemu Jimin lagi. Kami dulu satu SMA. Jimin teman yang lucu." Yeji menyeringai.
Wajah Jimin berubah tegang. Keringat dingin membasahi punggungnya. Dalam hati Jimin memanjat doa agar Yeji menutup mulutnya dan tidak berbicara lagi. Tapi langit seakan memblokade permohonan Jimin.
"Kau tahu? Jimin dulu saat SMA dijuluki Monkey D. Jimin karena mirip dengan karakter utama anime One Piece itu. Kami memanggilnya Si Monyet Jimin untuk mempermudah pelafalan," Yeji tertawa. "Jimin memang pintar, tapi dia juga gampang dibodohi. Yang paling kuingat, dia pernah menyatakan perasaannya pada Presiden siswa dengan menggunakan radio sekolah setelah seseorang memberitahunya tentang apa yang disukai Presiden siswa. Padahal sebaliknya, dia sangat membenci hal yang mengundang perhatian. Jimin lalu ditolak sekaligus dipermalukan oleh sang Presiden." Yeji menggeleng pelan setelah puas tertawa.
"Selain itu, Jimin juga pernah mentraktir puluhan orang di kafetaria karena seseorang berteriak bahwa Jimin yang akan membayar makanan mereka. Aku tidak tahu bagaimana Jimin membayar puluhan atau ratusan ribu won waktu itu. Mungkin dia meminta uang kepada Ayahnya."
Satu alis Minjeong terangkat ke atas. Uang bukanlah masalah untuk Jimin. Minjeong juga bertaruh, uang bulanan yang diberikan kepada Jimin dapat membeli omongan siswa-siswa pecundang disana. Tapi ditipu untuk mentraktir semua orang di kafetaria? Benarkah Jimin selugu itu sampai tak bisa menolak atau membela diri?
"Masih ada banyak lagi cerita Jimin yang lucu sebenarnya. Tapi aku harus pergi. Senang bertemu lagi denganmu, Jimin."
Ya. Pergi saja yang jauh dan tak usah bertemu denganku lagi, batin Jimin.
Setelah kepergian Yeji, Minjeong menatap Jimin yang kini terlihat malas dan tak bertenaga. Tiba-tiba kedatangan tamu tak diundang. Tamu yang dengan tanpa sopan santun membocorkan masa lalumu yang tak menyenangkan. Siapa yang tidak merasa kesal?
"Ingin kembali ke hotel saja?" Minjeong bertanya. Merasa kasihan dengan sang isteri. Meski sebenarnya dia ingin tertawa. Minjeong tidak tahu jika ternyata saat SMA Jimin mudah ditipu.
"Kita sudah jauh-jauh datang kemari. Setidaknya makan malam dulu."
Benar. Mereka sudah memesan menu. Tidak etis jika mereka langsung pergi tanpa menikmati makanan di sana meski sudah membayarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Prof! [YJM X KMJ]
Hayran KurguKedatangan Yu Jimin sebagai dosen baru di Yonsei University membuat Kim Minjeong merasa terkejut. Alarm di kepalanya mulai berbunyi. Bagaimana Minjeong akan melewati satu semester ke depan jika yang menjadi dosennya adalah... isterinya sendiri?