NICHOL SI PEMAKSA

1.5K 77 12
                                    

Dua hari pun berlalu setelah kejadian Selena yang berada di Apartemen Nichol. Gadis itu terus meminta untuk dipulangkan, sebab ia mempunyai dua adik laki-laki yang masih kecil di rumah. Baik Nichol mau pun Selena, keduanya memiliki sifat yang keras kepala.

"Gue gak bakal biarin lo pergi. Karna, mulai sekarang lo bakal tinggal di sini bareng gue," ucap Nichol sambil mengeratkan pelukannya pada pinggang Selena.

Selena berdecak kesal, ia mendorong Nichol agar menjauh darinya. "Gue gak mau! Udah hah, sana jauh-jauh!"

Nichol menggeleng pelan. Wajahnya ia taruh pada leher Selena, yang membuat gadis itu sedikit risih dengan posisi mereka sekarang. Tak disangka, jika perlakuan Nichol membuat jantung Selena berdegup kencang.

"Gue gak mungkin ninggalin, Ikram dan Ikhsan sendirian di rumah. Mereka masih kecil. Mereka pasti khawatir kalo gue gak pulang. Please, izinin gue, Kak." Selena kembali memohon dengan memasang wajah memelasnya.

Nichol memutar bola matanya malas, perlahan ia melepaskan pelukan tersebut. "Adek lo umurnya berapa emang?"

"Mau masuk 7 tahun. Mereka masih TK."

Nichol tak mungkin se-tega itu memisahkan seorang anak kecil dengan kakaknya. Terlebih lagi, Selena sudah tak punya orang tua.

"Berhubung gue orangnya baik, gue bakal ngizinin lo pulang. Tapi, bukan berarti lo bisa bebas. Lo masih ada dipengawasan gue."

•••••

Nichol berjalan kearah menyusuri koridor sekolah dengan kedua tangan yang kini berada disaku celananya. Ia bersiul sembari menikmati setiap langkahnya, membuat beberapa siswi SMA Pelita bersorak kegirangan.

Kancing atas bajunya ia biarkan terbuka, dan kacamata hitam yang ia kenakan membuat pesona seorang Adeliano Nicholas semakin terpancar. Terakhir Nichol datang ke sekolah tersebut saat dua bulan lalu, ketika dirinya mengambil Ijazah.

Bel pulang telah tiba dan sebagai pacar yang baik, Nichol berinisiatif untuk menemui gadis itu untuk mengantarnya pulang. Nichol sudah mengirimkan pesan pada Selena, namun pacarnya itu sama sekali tak membalas.

"Lo kenal sama yang namanya, Asteria Selena Theodora? Dia anak 11 IPA." Nichol mencoba bertanya pada siswi yang sedari tadi memperhatikannya.

Rachel tersenyum kikuk, ketika temannya yang di samping mengguncang tubuhnya agar segera sadar. "Ohh, Kak Selena yang jadi ketua osis itu ya?"

Nichol mengangguk. "Salah satu dari kalian, ada yang tau kelas Selena di mana?"

"Ehm, di sana kak. Di kelas 11 MIPA 1. Kakak tinggal lurus aja, trus belok—"

"Thanks!" Nichol memotong ucapan Rachel dan langsung meninggalkannya. Rachel berdecak marah, padahal ia belum sempat meminta nomor telfon laki-laki itu.

"Kayaknya dia alumni di sini ga sih, Ren?" tanya Rachel pada temannya.

Reni mengacuhkan kedua bahunya seolah tak tau. "Mungkin aja. Udah ah, sekarang kita pulang. Gue capek mau rebahan."

Tibanya di depan kelas Selena, Nichol melihat gadis itu tengah mengobrol dengan seorang laki-laki berkacamata. Terlihat keduanya tengah membahas sesuatu yang sepertinya sangat penting.

"Menurut lo ini bagus gak?"

"Bagus. Tapi ya Sel, menurut gue sih kayaknya lebih bagus lagi kalo ditambahin beberapa Quest deh. Dan juga kata peringatan stop bullying, entah itu di bagian atas atau tengah yang penting tulisannya terlihat menonjol dari yang lain. Gimana?"

Love and Obsession🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang