4. Cinta Pada Pandangan Pertama

21.4K 1.3K 19
                                    

Senyuman manis itu, kini selalu mengusikku

Mungkinkah Aku jatuh cinta pada pandangan pertama untuk yang kedua kalinya?

***

"Selamat datang Tuan Adrian, Tuan muda Romeo," sapa Pak Salim, kepala pelayan di rumah Adrian dengan lembut dan penuh senyuman.

"Hai, Pak Salim," jawab Romeo yang langsung memberikan pelukan hangat kepada Pak Salim. Pak Salim tersenyum lembut kemudian membalas pelukan hangat Romeo itu. Romeo memang menganggap Pak Salim sebagai kakeknya sendiri, jadi Romeo sering bermanja-manja kepadanya

Romeo melepas pelukannya lalu tersenyum dengan memperlihatkan deretan gigi ompongnya. "Apakah pudding kesukaanku sudah matang?"

"Tentu saja sudah, Tuan muda," jawab Pak Salim sembari tersenyum lembut. "Pudding pandan dengan vla vanila sudah siap disajikan khusus untuk Anda."

"Bagus," ucap Romeo puas. "Romeo memang sudah lapar."

Romeo langsung berlari kecil memasuki rumah yang langsung diikuti oleh dua orang pelayan untuk membantunya.

"Ganti baju dan cuci tangan dulu," teriak Adrian mengingatkan Romeo yang sudah sangat antusias dengan pudding-nya itu.

"Iya, Ayah," jawab Romeo sambil berlalu.

Adrian menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra kesayangannya itu, sedangkan Pak Salim hanya tersenyum.

"Kau terlalu memanjakannya, Pak Salim," ucap Adrian sembari menatap Pak Salim tajam.

Pak Salim malah tersenyum lembut melihat tuannya itu menatapnya tajam. "Memang sudah menjadi tugas saya, Tuan," jawab Pak Salim lembut. "Lagipula, Tuan Muda Romeo sangat mudah untuk disayangi. Saya jadi tidak tahan untuk memanjakannya."

"Ah, terkadang aku sangat iri dengan Romeo. Banyak sekali yang menyayanginya," ucap Adrian yang kini menatap kosong ke arah pintu yang tadi dilewati Romeo.

"Yang menyayangi Anda juga banyak, termasuk saya. Mungkin Anda dapat merasakannya," balas Pak Salim lembut.

Adrian tersenyum mendengar ucapan Pak Salim. "Aku sangat berterima kasih untuk hal itu."

Ekspresi wajah Pak Salim berubah serius. Kali ini tidak ada senyuman lembut seperti biasa. "Tuan, Nyonya Besar sedang berkunjung. Beliau menunggu di ruang kerja Anda," ucap Pak Salim hati-hati.

Ekspresi wajah Adrian juga berubah seketika. Senyumannya telah luntur digantikan dengan wajah tanpa ekspresi yang susah ditebak. Dengan tubuh yang sepenuhnya siaga, Adrian melangkahkan kakinya menuju ruang kerja, tempat ibunya menunggu.

***

Adrian berjalan menuju ruang kerjanya dengan tergesa. Raut wajahnya menampakkan ketegangan dan sarat emosi. Dibukannya pintu ruang kerjanya dengan sedikit kasar. Pandangannya langsung tertuju kepada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa di sudut ruangan sembari menyesap kopi di cangkirnya.

Penampilannya yang sangat eksentrik untuk wanita seusianya, membuatnya sangat sulit untuk diabaikan. Adrian menghela napas panjang, lantas mendekati wanita itu dengan sedikit gusar.

"Kenapa Ibu datang?" tanya Adrian tidak sabar.

"Itukah caramu menyambut ibumu yang sudah lama tidak datang berkunjung? Mengesankan sekali," jawab Rhea, ibu Adrian, tenang sembari menyesap kopi di cangkirnya.

"Itulah masalahnya," ucap Adrian sinis. "Apa yang Ibu inginkan hingga repot-repot berkunjung ke sini setelah sekian lama tidak berkunjung. Apa tujuan Ibu sebenarnya?"

The Love Temptation (The Adams' Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang