47. SEBUAH RENCANA LAIN

100 6 0
                                    

James menatap ke arah Jenny saat ini. Ia terdiam sejenak setelah menerima sebuah panggilan dari Hana.

Ya, saat ini ia tengah berada di dalam kamar Jenny. Gadis itu rupanya tengah tertidur sejak beberapa saat yang lalu sehingga saat James mendengar deringan ponsel milik Jenny, ia memutuskan untuk menerimanya.

"Jadi, Alex mengetahui kepergian Hana saat ini?" gumam James seorang diri.

Entah mengapa otaknya begitu panas saat mendengar nama pria itu. Ya, sosok pria yang bahkan menurutnya adalah kawan baik, namun saat mereka kecil justru Alex yang menginginkan sebuah persaingan lebih dulu, terutama sebuah persaingan untuk mendekati Jenny.

"Ia yang memulainya, jadi tugasku di sini adalah menyelesaikan semuanya. Bagaimana pun juga ia tak boleh menginjakkan kaki di Irlandia," gumam James seorang diri.

"James?"

Pria itu menoleh ke arah Jenny untuk saat ini. Seketika itu juga raut wajahnya berseri dan berubah menjadi lebih ramah dari sebelumnya. James memang sangat pandai berakting.

"Iya? Apakah kau menginginkan sesuatu?" tanya James dengan lembut sembari duduk di tepi tempat tidur gadis itu.

Jenny mengusap wajahnya sejenak, "Aku rasa jika siang ini aku sudah terlalu lama tertidur, maaf."

James tersenyum saat mendengarnya, "Tak masalah. Kau memang perlu beristirahat total, kau juga bebas melakukan apa pun itu sesuai dengan keinginanmu."

Jenny tersenyum saat mendengarnya, "Apakah Kevin atau Hana telah tiba?"

James tersenyum seraya mengusap kepala gadis itu secara perlahan, "Belum. Mungkin besok atau dua hari lagi, bersabarlah. Ngomong-ngomong, apakah kau ingin sesuatu? Mungkin aku bisa memintanya langsung kepada asistenku."

Jenny sontak teringat dengan beberapa potongan percakapan yang sempat ia obrolkan dengan salah satu asisten rumah tangga James. Mungkin, ia bisa menanyakannya kembali jika keadaan memungkinkan.

"Apakah aku bisa meminta cokelat dingin?" tanya Jenny seketika.

"Apa pun itu, tunggu sebentar," jawab James seraya tersenyum. Ia lalu bangkit berdiri menuju ke arah luar dari kamar Jenny.

Gadis itu segera bangkit berdiri dan mengambil ponselnya di atas meja. Ia lalu memeriksa semuanya di sana.

"Hana sempat menghubungiku rupanya. Tapi, siapa yang menerimanya?" gumam Jenny seketika.

Bahkan panggilan masuk itu baru saja terjadi. Seketika itu juga ia mencurigai James saat ini.

"Tapi kenapa James tak mengatakan apa pun soal panggilan masuk dari Hana?" gumam Jenny seorang diri, bersamaan dengan kehadiran seseorang di sana.

"Jenny!"

Jenny membulatkan kedua matanya. Astaga, ia bahkan tak menyangka sama sekali dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Kevin!" pekik Jenny seraya berlari ke arah Kevin.

Mereka lantas berpelukan beberapa saat hingga akhirnya pelukan itu terlepas akibat kehadiran James di antara mereka berdua.

"Wah, sepertinya ada yang telah merindukan Jenny," goda James kemudian.

"Maaf, James. Aku seketika saja memeluk Jenny di hadapanmu," ucap Kevin seraya terkekeh.

James hanya tersenyum penuh arti saja sambil menatap ke arah Jenny yang saat ini rupanya tengah menatap ke arah Kevin.

"Baiklah, lebih baik kita turun sekarang. Makan siang akan segera dimulai. Ayo," ujar James kepada keduanya.

BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang