3

56 6 0
                                    

"Aku tidak peduli, to be honest. Hanya basa basi saja."
-Dita

****

Setelah memasak makan malam untuk tante badut dan keluarga nya, aku langsung masuk ke kamar. Duduk bersila, berdiam diri meratap nasib.

Lelah!

Sangat lelah dengan pikiran ku sendri.

Sejujurnya aku melupakan beberapa plot. Semakin sering aku mengulang waktu, semakin sedikit pula alur cerita yang ku ingat. Tapi aku sangat yakin yang menolong ku di plot pem-bully-an hanya Agra saja dan tidak ada orang lain yang membantu selain dia.

Aku pusing dengan alur cerita yang berubah ini, dan yang lebih aku heran kan lagi aku tidak kembali ke titik awal. Apa ini artinya aku dapat bertindak sesuai keinginan ku? Hey penulis, jangan buat aku bingung!

Oh iya! Saat di sekolah siang tadi, setelah drama pem-bully-an. Aku di bawa pulang secara paksa oleh Rangga, tanpa izin terlebih dahulu pada para guru.

Sepertinya aku lebih suka tindakan gantle Rangga dibandingkan dengan Arga. Jika Arga, dia menyelamatkan ku dan memberi baju olahraga nya untuk ganti, setelah itu aku disuruh mengikuti pelajaran lagi. Orang di kelas menutup hidung mereka saat aku masuk kelas, ya karena aku masih berbau tidak sedap. Kalau di ingat-ingat lagi, aku ingin mengutuknya. Sedangkan Rangga, dia tau keinginan ku. Pulang. Iya, itu yang aku butuhkan. Persetan dengan pembelajaran, aku sudah tidak peduli!

Tunggu! Kenapa aku membandingkan mereka? Aish, apa yang aku pikirkan.

Argh, aku ingin melupakan kejadian memalukan siang tadi. Terkutuk kalian 3 penyihir! Aku sangat malu menangis di depan Rangga. Belum lagi aku di bentak nya, melarang ku untuk menangis. Sialan betul!

Lihat saja! Besok aku ingin mencoba keluar dari plot sialan ini, jika benar aku di beri kebebasan maka aku akan menghancurkan kalian semua. Dan jika aku mengulang lagi, aku akan mengutuk mu penulis. Sepanjang hidup ku, aku akan terus mengutukmu!

Aku ingin cerita ini segera END!

At least, aku masih diberi kewarasan walau terus mengalami looping. Apakah aku harus bersyukur?

"Indahnya hidup. Ha ha" Sangat miris.

Astaga, entah apa yang aku lamun kan sedari tadi. Aku tidak sadar jika jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam, melewati jam tidur biasanya.

Aku beberapa kali mencari posisi tidur yang nyaman. Aku butuh bantal guling ku, dimana benda kesayangan ku itu. Ah terserahlah, aku malas mencari nya.

"Selamat malam." Aku acungkan jari tengah ku, salam manis untuk mu penulis. Ku harap kamu melihat nya.

****

Di belakangku berjejer rak berisi bermacam buku mulai dari novel, buku Sains, sampai buku politik dengan sejarah gelapnya ada disini. Iya, perpustakaan. Perpustakaan umum kota Virles, atau bisa di sebut Ahalio.

Perpustakaan Ahalio sangat megah, arsitektur nya seperti bangunan Yunani. Kuno namun sangat luar biasa. Berdiri ditengah kota membuat nya terlihat menonjol diantara gedung-gedung pencakar langit, seperti istana Yunani kuno di tengah ibukota modern.

Tidak heran jika banyak pengunjung berfoto ria di depan perpustakaan. Namun tidak menyisihkan waktunya sebentar untuk memperluas wawasan mereka disana. Jangan bilang di dunia novel ini juga tingkat membacanya krisis seperti di duniaku dulu. Ck!

Weekend ini seharusnya aku berada di cafe tempat kerjaku, mencari uang receh kehidupan. Berhubung masalah sumber uang ku sudah aman jadi aku memutuskan untuk segera berhenti. Untuk apa aku mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan jerih payah sendiri kalau sudah ada Papa tersayang.

The End of LoopingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang