05

313 49 5
                                        


Langit berawan tengah menyelimuti sebuah bangunan Columbarium megah yang terletak diantara taman dan danau yang indah dan asri. Semua jauh dari kesan seram yang yang selama ini identik dengan tempat pemakaman. Angin berhembus sangat sejuk seolah tengah menyambut pengunjung yang datang untuk berziarah.

Seorang wanita bertubuh semampai tengah berdiri tepat didepan abu jenasah mendiang suaminya. Netranya masih menatap pilu pada sebuah bingkai foto yang menampilkan senyum dengan lesung pipit yang menghiasi kedua pipi suami tercinta.

"Joon, aku pulang dulu...aku berjanji padamu akan membawanya kemari dikunjunganku berikutnya" pamitnya dengan senyum getir.

Saat hendak berbalik meninggalkan tempat itu rautnya menegang Ketika tak sengaja netranya menelisik pada satu kotak lemari yang terletak dua blok setelah lemari guci suaminya berada. Sebuah guci kecil dan satu buah bingkai foto yang menampilkan senyum manis dua gadis yang masih terlihat belia. Juga Terletak satu bucket bunga mawar putih yang masih sangat segar. Kemungkinan peziarah yang meletakan bunga tersebut baru saja pergi dari sini. Apakah mungkin orang itu adalah orang yang membuat hidupnya sampai saat ini dihantui rasa bersalah yang mendalam.

 Apakah mungkin orang itu adalah orang yang membuat hidupnya sampai saat ini dihantui rasa bersalah yang mendalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi tunggu,... Berarti kemungkinan besar orang itu belum jauh dari sini. kedua bola matanya bergerak gelisahh lantas tanpa menunggu lama ia segera berlari meninggalkan columbarium tersebut.

Pikirannya gusar tak memperdulikan bagaimana kalau heels mahalnya patah atau yang lebih parah kakinya yang patah. Yang ada difikirannya hanyalah bertemu dengan Orang tersebut.

Ada rasa lega ketika netranya berhasil menemukan atensi Punggung seorang gadis yang berdiri cukup jauh dari posisinya saat ini.

"tunggu!" dengan nafas yang masih tersenggal wanita itu berharap gadis yang ia kejar berhenti.

Karena merasa dijalan itu hanya ada dirinya saja gadis itupun menoleh.

"Yerin kau kah itu? Benar kau Yerin kan?" wanita bernama Yoona itu melangkah dengan pelan tapi pandangannya tak lepas dari wajah gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Yerin.

"tolong maafkan aku Yerin. Tolong ampunilah kesalahanku dulu" tangisannya pecah bersamaan dengan tubuhnya yang ambruk tepat dikaki Yerin. Ia tak peduli lagi jika gaun mahal yang membalut tubuh rampingnya kotor kalau perlu ia rela mencium kaki Yerin saat ini juga.

"tolong jangan diam seperti ini Yerin, tolong katakanlah sesuatu. jangan menyiksaku lagi dengan perasaan bersalah ini"

Gadis dihadapannya saat ini masih bungkam tak sepatah katapun keluar dari bibir mungilnya. Pandangannya lurus dengan tatapan datar tapi air matanya sudah keluar tanpa ada perlawanan.

Merasa tak mendapatkan jawaban apapun dari Yerin, Yoona mendongak berusaha meraih tangan Yerin dengan tangisannya yang terdengar semakin pilu.

Yerin menepis tangan Yoona lalu mundur perlahan dan melangkah meninggal wanita yang sejak tadi bersujud dikakainya. Tatapan wajahnya benar2 datar tak terbaca. Otaknya serasa dibentur beton dengan ukuran besar. Memory itu secara jelas muncul lagi bagaikan kaset rusak yang diputar berulang kali.
Kakinya tetap melangkah dengan raut muka kosong.

Still Want You [TAERIN] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang