C H A P T E R 02

1.4K 421 160
                                    

Jinpachi menyuruh (Name) untuk menemuinya hari ini. Bertanggungjawab atas kesalahannya sendiri. Tapi, nyatanya itu sama sekali tak berlaku oleh gadis tua ini.

Mengabaikkan Jinpachi. (Name) memilih untuk melanjutkan hari-hari kerjanya seperti biasa. Tidak apa meski melelahkan, semenjak gaji lancar. Mulai sekarang, uang is numero uno.

—Ting!

"Ah, selamat dat— oh. Kau pemuda jelek tidak sopan yang berkunjung kemarin?" Wajah ramah (Name) berubah drastis menjadi datar begitu mengingat siapa yang saat ini tengah berkunjung.

Lelaki itu hanya mengabaikkannya dan berjalan menuju lorong yang dikhususkan menyimpan buku bertema 'olahraga'.

(Name) jadi berpikir bahwa sebenarnya lekaki yang menutupi tubuhnya dengan pakaian super tertutup ini memiliki otot besar— benar, jangan-jangan dia manusia yang gila berolahraga sampai rasanya seperti ingin mati?!

Lelaki itu kembali dengan dua majalah sport di tangannya. Ia menaruh di atas meja kasir dan dapat (Name) rasakan bahwa tatapan datar dilayangkan padanya.

"Sudah kuduga!" Pekik (Name) mendapatkan tatapan bingung dari sang lawan bicara.

"Kamu... kamu pasti punya roti sobek! Iyakan? Kamu pasti pemuda sehat yang gemar berolahraga! Tidak apa... generasi sekarang hanya bisa sibuk bermain game, itu bagus!"

"Hah?"

Senyum (Name) melebar, "Aku juga punya! Tapi punyaku sixpack, eightpacknya on the way," Ucapnya semangat sambil mengelus perutnya yang rata dan sedikit berbentuk.

"...💢 Tolong hitung totalnya."

Netra lelaki itu tak sengaja menatap logo jaket yang (Name) gunakan, "Blue Lock?" Gumamnya merasa tahu dengan nama itu.

Mendengar apa yang dikatakan lelaki di depannya, seketika wajah (Name) berubah menjadi datar. Tidak bisa kah satu hari saja dia tidak mendengar sesuatu yang berhubungan dengan Kakaknya? Entah pekerjaannya atau apapun itu...

"Kau tahu tentang 'Blue Lock'?" Tanya lelaki itu.

"Kakakku bekerja di sana."

"Apa kau tahu sesuatu?"

"Maksudmu?"

Tiba-tiba, lelaki itu menurunkan tudung hoodienya, memperlihatkan surai bewarna yang cukup mencolok.

"Aku Itoshi Sae. Bisa kau ceritakan tentang Blue Lock?"

"Itoshi Sae? Di mana aku pernah mendengar nama itu?" (Name) terdiam sebentar sebelum menjetikkan jarinya, "Oh! Aku tahu! Kau itu yang lahir dari rahim Putri Campa dan ayahmu itu pasti Kerthabumi kan? Lalu saat masih dalam kandungan, kamu dititipkan ke Arya Damar—"

Wajah Sae mengerut. Merasa bahwa gadis di depannya ini memiliki tingkat kebodohan yang begitu maksimal. Apa pilihannya salah jika bertanya dengannya?

"—Ekhm. Baiklah, jadi apa yang ingin kau ketahui anak muda? Rupanya kau memiliki mata yang tajam ya, akan kupastikan kalau kau tidak salah telah bertanya padaku, Hoho."

'Apa dia punya gangguan mental?' Batin Sae merinding, 'Kenapa ada orang aneh sepertinya di dunia ini?'

Sae menggunakan tudung hoodienya kembali. Lelaki itu mendengus kesal kala mengetahui bahwa manusia bodoh seperti (Name) tidaklah bisa diajak bekerja sama. Lupakan tentang Blue Lock, rasa penasarannya sudah benar-benar terpendam.

"Cepat katakan jumlah harganya," Ketus Sae.

"Apa? Kau tidak jadi meminta jawabanku?" (Name) mengalihkan pandangannya malas, "Anak muda zaman sekarang memang labilan."

- 'BLUE LOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang