Alvian berjalan tegap dengan pandangan lurus kedepan tanpa memperdulikan sekitar, mukanya sangat tak berekspresi siapapun yang melihatnya sepertinya tak berani menyapa.
Kelas tiap kelas ia lewati, sampai pada akhirnya ia sudah sampai di ruang BK dan memasuki ruangan itu dengan santai tanpa adanya rasa takut sekalipun.
Alvian mengetuk pintu pelan sebanyak dua kali dan dengan segera guru BK yang berada di sana untuk mempersilahkan Alvian masuk.
"Duduk!" perintah Bu Sekar selaku guru BK.
Alvian duduk dan menatap sang guru dengan santai tanpa ada niatan untuk bertanya.
"Kamu tahu Alvian bahwa kamu sudah melanggar aturan sekolah yang telah di perbuat, tidak pernah mengerjakan tugas tugas sekolah dan juga sering bolos!" ucap Bu Sekar menatap tajam manik Alvian.
Alvian hanya menggeleng pelan tanpa ada rasa salah sedikitpun.
"Kamu pilih orang tuamu saya panggil kemari atau kamu kena skors?" ancam Bu Sekar membuat Alvian sedikit memajukan jarak kursi antara ia dan sang guru.
Alvian tak bisa tenang jika sudah menyangkut tentang orang tua, ia selalu saja was was karena mamanya yang bakal ngomel panjang lebar.
Tapi beda dengan sang papa tak banyak bicara namun berlangsung dengan tindakan, seperti kala itu ketika mendengar bahwa Alvian ketahuan pihak sekolah karena ikut tawuran antar geng motor. Membuat sang papa menjual motor milik Alvian.
Alvian yang kala itu tau motornya di jual sang papa, Alvian memohon untuk menebus motor itu agar kembali menjadi milik Alvian. Dan papanya memberikan kesempatan untuk Alvian. Jika Alvian melanggar maka Hermawan tak segan akan menjual motor Alvian.
Ancaman ancaman seperti itu dari sang papa akan membuat Alvian berubah atau malah akan makin menjadi jadi, ntahlah.
"Tolong jangan menganggu orang tua saya Bu, mereka sedang bekerja," ucap Alvian memohon.
"Tuh kamu tahu sendiri orangtuamu kerja keras buat kamu, masa kamu balasnya dengan kenakalan seperti ini. Seharusnya kamu bisa berubah Alvian, demi orang tuamu," ucap Bu Sekar menasihati.
Terlihat Bu Sekar membuka laci mejanya dan mengambil secarik kertas putih apalagi jika bukan surat peringatan.
"Saya kasih kamu surat peringatan dan skors, mulai besok kamu di larang untuk masuk sekolah dulu selama dua hari supaya kamu bisa merenungi kesalahanmu dan ibu harap kamu bisa berubah!" panjang lebar Bu Sekar berbicara seraya memberi surat itu pada Alvian.
"Yahh Bu, bolos sekali doang," jawabnya, membuat Bu Sekar memberikan tatapan tajam pada Alvian.
"Bolos sekali kamu bilang?! Berkali-kali Alvian! Ngapain bolos gitu?! kasihan mereka yang ngga sekolah karena ekonomi. Sedangkan kamu sekolah malah sering bolos!"
"Maaf Bu." Alvian kena jurus Bu Sekar membuatnya tak berkutik selain mengucapkan kata MAAF.
Alvian menerima surat itu dan menatapnya nanar, bukan cuma sekali ia mendapatkan kertas semacam itu tapi sudah kedua kali ini. Apalagi saat SMP surat peringatan itu ia dapat sebanyak 5 kali. Sepertinya Alvian suka mengoleksi kertas.
Nakalnya Alvian bukan beranjak saat SMK tapi saat sekolah menengah pertama ia sudah sulit di atur, alasan yang kuat mengapa Alvian saat SMP tak di keluarkan dari sekolah karena sekolah SMPnya dulu itu milik kakeknya.
Jadi siapa yang berani mengeluarkan dia begitu saja, guru guru yang di SMP lamanya hanya bisa bersabar atas kelakuan yang ia perbuat.
Setelah itu Alvian bangkit dari tempat duduknya dan berniat untuk pergi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big brothers (Selesai)
General FictionStric parents❌ Stric Abang✅ (Rangking tertinggi) Rank #1- family (5-8-23) Rank # 1- anak sekolah (15-4-23) Rank # 2- posesif (25-4-23) Rank # 1- kebersamaan (26-4-23) Gadis cantik bernama zevaya andari atau anak bungsu dari keempat bersaudara itu...