1. MPLS

6.3K 241 17
                                    

•••happy reading•••


Pagi yang cerah di kediaman keluarga Hermawan kini sedang sarapan sebelum melakukan aktivitas masing masing.

Suara garpu sendok dan piring terdengar sangat nyaring mencerminkan bahwa mereka sedang lahap menikmati sarapannya berharap tidak ada keributan di pagi hari ini.

"Bang El nanti jaga adiknya di arahin juga mana kelasnya," ucap Rosa selaku ibu dari keempat anak anaknya.

"Kan masi mpls ma jadi Elan gak tahu mana kelasnya Zev," jawab Elan seadanya.

"Pokoknya Elan harus jaga Zevaya kan satu sekolah, inget bang mama sama papa gak bisa jagain kalian sepenuhnya karena kita sering ada pekerjaan luar kota," imbuh Rosa lagi dan siap menceramahi anak ketiganya itu.

Gevan selaku anak pertama dan juga Alvian selaku anak kedua mulai risih mendengarkan mamanya yang sudah mengucap panjang lebar di pagi hari.

Alvian menyenggol lengan milik Elan untuk memberikan kode dan kebetulan juga mereka duduk bersebelahan.

"Iya in aja napa sih," geram Alvian sambil menyenggol lengan adik pertamanya.

"Iya ma," ujar Elan pasrah.

"Alvian juga sekolah yang bener jangan keseringan bolos ya bang, gak kasihan sama mama papa udah kerja keras buat kamu dan semuanya tapi kamu malah begitu. Jangan ya bang!" ucap Rosa kini beralih menasihati anak keduanya yang super bandelnya.

Alvian hanya mengangguk lesu sebagai jawaban atas nasihat mamanya.

Ternyata bukan cuma Elan saja yang kena nasehat mamanya pagi hari, namun Alvian juga dan kini Elan mulai tertawa bisik bisik tanda mengejek Abang keduanya.

"Bacot!" umpat Alvian pada elan.

🪐🪐🪐

Zevaya dan juga dua ratus lebih para murid kini sedang terduduk di lapangan sekolah SMA dermawan karena sedang menjalankan mpls sambil mendengarkan ucapan para kakak pembimbing untuk memerintahkan para calon siswa siswi kelas sepuluh.

Teriknya sinar matahari membuat peserta mpls merasa tidak betah saja rasanya ingin mengakhiri mpls ini dan segera mendapatkan kelas mereka masing masing.

"Jadi karena ini mpls kalian yang terakhir, kami para kakak pembimbing meminta kalian untuk memperkenalkan diri kalian pada kakak kelas sebelas dan juga kakak kelas dua belas tanpa terlewatkan dan di bagi menjadi dua orang yang akan masuk ke kelas mereka, paham ya," perintah Kakak pembimbing yang sangat sulit di setujui para murid mpls.

Para murid mpls termasuk Zevaya dibuat tercengang dengan perintah itu rasanya sangat sulit untuk zevaya lakukan.

Terlebih Abang ketiganya yang duduk di bangku kelas sebelas IPS satu, bisa bisa saat ia masuk kesana dan terlihat gugup bisa jadi bahan ejekan abangnya untuk Zevaya saat di rumah nanti.

"Hai kenalin gue Sagara Arlando gue pengen ajak lo jadi kelompok gue, mau gak? Soalnya dari tadi gue nyari semua udah berpasangan," ucap Sagara sekaligus memperkenalkan diri pada Zevaya.

Sagara Arlando cowok pintar berkacamata dan sering jadi bahan bullyan sewaktu SMP ntah itu sama teman satu kelasnya atau dengan kakak kelasnya.

Alasannya mengapa Sagara sering menjadi bahan bullyan selain berpenampilan culun dan terutama sama teman satu kelasnya karena ia tidak mau hasil belajar yang susah payah ia kerjakan di contek begitu saja terkecuali kalau ada yang minta bantuan pada Sagara karena tak bisa mengerjakan tugasnya baru Sagara mau membantu.

Dan Sagara berharap di sekolah menengah atas ini tidak ada lagi drama perbullyan yang ia alami.

Lamunan Zevaya seketika buyar ketika hadirnya Sagara yang tiba tiba mengahmpiri Zevaya untuk menjadi kelompoknya.

"Eh oh ya kenalin gue Zevaya Andari panggil aja Zev, boleh tuh gue juga dari tadi gak nemu yang mau gue ajak satu kelompok," jawab Zevaya pada Sagara.

"Yaudah ayo kita mulai dari kelas sebelas IPA satu ya," ajak Sagara dan mendapat jawaban anggukan kepala dari Zevaya.

🪐🪐🪐

Sesampainya di depan kelas sebelas IPS satu atau kelas Elan, Zevaya di buat bimbang dengan pikirannya sendiri mau masuk atau tidak tapi jika tak masuk pasti kakak pembimbing tahu karena mereka sedari tadi di pantau, dan jika masuk ke kelas abangnya takutnya ia tak fokus dan malah gugup sendiri.

"Ayok zev," ajak Sagara yang sudah masuk kedalam kelas tersebut.

"Semoga aja bang Elan bolos kek atau kemana gitu, awas aja kalo ngejek. aku aduin ke mama pokoknya," Batinnya menggerutu dalam hati.

Saat masuk kedalam kelas sebelas IPS satu kelasnya begitu rame karena jamkos tapi saat Zevaya masuk seketika kelas menjadi hening dan hadirnya Zevaya menjadi pusat perhatian.

"Lho kok ada yang bawa pacarnya, gimana sih osisnya ini," celetuk salah satu siswa iseng menggoda mereka.

"Maaf kak dia bukan pacar saya, tapi teman kelompok," ucap Sagara menjelaskan sambil melemparkan senyum manis.

"Masa?"

"Halah boong."

"Mending tu cewek sama gue aja"

Brakk

Elan menggebrak mejanya dengan kasar sambil menatap teman temannya yang nyerocos begitu saja membuatnya kesal.

"Lo pada sebagai kakak kelas seharusnya bisa membimbing adik kelas bukannya malah ngisengin," ucap Elan lantang.

"Eh btw kok sekolah bawa pacar sih." Zevaya kira Elan akan membela dirinya dan juga Sagara tapi malah ikut ikutan mengoda.

Seketika semuanya langsung heboh tertawa kencang bersorak sorak urakan membuat Zevaya dan juga Sagara risih.

"Kenalin nama saya Zevaya Andari dari kelompok A, saya tinggal di komplek asri nomor 63 dan saya anak bungsu dari keempat bersaudara," tukas Zevaya mengalihkan godaan dari kakak kelas termasuk abangnya sendiri.

Zevaya dan juga Sagara dengan cepat pergi dari kelas horor bagi Zevaya dan juga Sagara sendiri bukan horor karena ada hantunya tapi banyak murid urakan.

Dan ternyata dugaan Zevaya tak melesat sekalipun memang benar adanya jika Elan akan berbuat iseng pada dirinya.

🪐🪐🪐

Zevaya dan juga calon murid kelas sepuluh lainnya kini sedang membaca pembagian kelas yang terpampang jelas di papan pengumuman sekolah.

Zevaya mengamati dengan seksama dimana letak kelasnya yang akan ia tempati selama kelas sepuluh ini.

Jari telunjuknya mulai meratakan kertas yang ia baca dan sambil mengamati, dan benar saja ia bertemu namanya di lembar kertas yang bertuliskan sepuluh IPA dua.

Hatinya senang bukan main karena ia mendapatkan kelas yang ia idam idamkan yaitu kelas IPA yang kebanyakan kata orang kelas IPA adalah kelasnya para murid pintar.

Zevaya mulai masuk kedalam kelas barunya sambil memilih bangku mana yang akan ia tempati.

Dirasa sudah cocok dan nyaman dengan bangku depan nomor dua ia lantas menaruh tasnya ke tempat duduk sambil mengamati sekitar.

Tiba tiba ia di kejutkan dengan kehadiran seorang gadis yang berada di depannya yang terlihat bingung, namun perlahan gadis itu tiba tiba saja mendekati bangku zevaya.

"Permisi, gue boleh gabung sama lo gak?" tanyanya pada Zevaya.

Zevaya mengangguk sambil tersenyum ramah. "Boleh, kebetulan gue sendiri nih."

Gadis itu langsung terduduk dan menjabatkan tangannya pada zevaya, "kenalin gue Livia restiani."

Zevaya membalas jabatan tangannya. "Gue zevaya Andari, salam kenal ya." Zevaya juga memperkenalkan dirinya.

"Semoga kita bisa jadi temen yang baik ya," ucap Livia sambil tersenyum ramah.

Zevaya hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya sambil tersenyum manis pada Livia yang akan menjadi teman satu kelasnya itu.

Bersambung....

Jangan lupa vote

Instagram: @storyandinidiaak

Big brothers (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang