8. Salah Satu Cara Mengalihkan Pikiran Dari Rasa Cemas

1.8K 228 109
                                    

Halo, ada yang nungguin?

Hayu 100+ votes 200+ komen

HAPPY READING

8. SALAH SATU CARA MENGALIHKAN PIKIRAN DARI RASA CEMAS

"Kyaaa!!" Kinaya berteriak setengah tertahan di kamarnya sambil lompat kecil, mengingat bagaimana Ceilo menyentuh tangannya tadi sungguh tidak terlupakan. Kinaya masih merasa ini hanya mimpi. Jika benar begitu, maka jangan bangunkan ia sekarang. 

Kinaya bahkan tidak mencuci tangannya saat tiba di rumah. Rasa sentuhan Ceilo masih terbayang dengan jelas. Ia memegang wajahnya sendiri sambil menutup mata dan berlompat ria di dekat pintu kamar. 

"Kinaya?" panggil seseorang dari luar, namun tidak disadari Kinaya. 

Kinaya masih asyik geregetan sendiri. Ia yakin wajahnya sudah bak tomat busuk. Beruntung cuma dirinya sendiri saat ini. 

'Bruk!'

Kinaya tersentak kaget wajahnya membentur sesuatu. Padahal ia yakin jarak dinding kamar cukup jauh  darinya. Begitu melihat siapa yang ia tabrak, ia refleks berteriak. 

"Kak Rangga?!" Kinaya baru saja menabrak dada bidang Rangga yang berbalut kemeja krim itu. 

Kinaya menutupi sebagian wajahnya dengan tangan, menyembunyikan rona pipinya.

"Kak Rangga kok di sini?"

"Maaf, saya udah lancang masuk kamar kamu tanpa izin. Tadi saya panggil dari luar tapi kamu nggak nyahut. Saya denger kamu jerit-jerit, saya panik jadi langsung masuk." 

Kinaya merasa malu bukan main, sudah terpergok seperti orang gila yang teriak-teriak sendiri. Ia menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Eh, gapapa, kok, Kak. Maaf tadi aku nggak tau Kakak panggil, nggak kedengeran."

Air wajah panik Rangga sesaat barubah menjadi senyuman. "Kelihatannya lagi senang banget?" Ia menyembunyikan sebelah tangan di saku. 

Kinaya menggaruk kepalanya yang tidak berkutu. Ia jadi tersenyum kembali mengingat Ceilo. "Nggak, nggak apa-apa, Kak."

"Kamu nggak bisa bohongin saya. Tapi, gapapa kalau nggak cerita, itu privasi kamu kok." Rangga mengacak gemas rambut Kinaya, membuat gadis itu mematung.

"Saya baru pulang kerja, langsung ke sini karena mau ngajak kamu jalan, itu juga kalau kamu nggak capek."

"Hm...." Kinaya tampak berpikir.

Rangga menaikkan alisnya, menunggu jawaban Kinaya.

"Ya udah deh aku mau."

"Nggak terpaksa?" balas Rangga.

Kinaya terkekeh. "Nggak, Kak. Soalnya lagi senang banget aku, ayo, Kak!"

***

Rangga melirik Kinaya yang duduk di jok sebelahnya, sambil fokus menyetir. Ia juga senang melihat Kinaya bahagia. Tadi ia juga melihat ada bunga tulip berwarna pink di meja belajar Kinaya, yang ia yakini baru saja dibawa pulang hari ini. Tapi ia curiga bahagianya Kinaya berasal dari Ceilo. Rangga tidak mau itu. 

"Kak Rangga mau bawa aku ke mana?" tanya Kinaya.

"KUA."

"Ih, Kak Rangga, nggak lucu," kesal Kinaya, memasang wajah cemberut.

Rangga tertawa. 

"Emangnya Kak Rangga nggak capek, habis pulang kerja langsung ngajak aku keluar?" tanya Kinaya, menoleh menatap Rangga dari samping. Tampak lelaki itu sedang menyunggingkan senyuman menawan.

Tarangga Untuk Kikanaya (republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang