Alunan musik menggema di setiap penjuru, bau alkohol terasa menusuk. Beberapa tampak tidak terpengaruh, mereka masih asik berjoget ria, mencari kepuasan pada wanita-wanita seksi yang tengah memamerkan lekuk tubuhnya di hadapan para hidung belang.
"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG SAYA!"
Seorang pria paruh baya, menyeret gadis cantik ke dalam pelukannya, menghiraukan teriakan serta wajah ketakutan sang gadis malang, pipinya tampak lebam, pemerah bibirnya luntur; karena beberapa kali di lumat dengan kasar.
Bugh
Tubuh mungil itu di lempar dengan kencang ke atas ranjang, cairan merah pekat mengalir dari bagian belakang kepalanya, ia berbaring ketakutan menyaksikan pria di hadapannya mulai melucuti pakaian yang melekat pada tubuh tambun penuh keringat.
Gadis itu sudah tidak lagi terisak, air matanya telah kering, percuma berteriak, tidak akan ada orang yang sudi menolongnya, bahkan Tuhan pun tidak dapat melakukan apapun.
Tempat ini adalah neraka baginya, ah mungkin iblis dalam neraka jauh lebih baik dari orang-orang di tempat terkutuk ini.
Ia tersenyum kecut, takdir seperti apa yang tuhan gariskan, penderitaan dalam hidupnya seakan tak pernah memudar. Kebahagiaan yang selalu di elu-elukan banyak orang baginya hanya sebuah ilusi.
Gadis itu mengerang, merasakan sakit di kepalanya, seperti ada ribuan paku yang menusuknya secara bersamaan, kesadarannya mulai menghilang, ia telah pasrah untuk satu lagi penderita yang tuhan beri. Sesaat sebelum matanya benar-benar tertutup, netranya menangkap beberapa pria bertubuh kekar menerobos masuk, memecah sunyi dengan teriakan yang memekakkan telinga.
"Isabel buat kue khusus untuk Ayah"
"Ibu sayang banget sama Isabel"
"Ayah ada urusan di luar kota."
"Jadi anak yang baik, Isabel."
"Maaf kami tidak bisa menyelamatkan orang tua anda"
"Pergi, lari Isabel, mereka bukan orang baik."
"Aaaaa"
Isabel terbangun dengan peluh mengucur di teluruh tubuh, netranya menangkap seorang pria yang tengah berdiri di hadapannya. Wajahnya tampak datar, menatap lurus ke tempat Isabel berada.
"Di-dimana ini? Da-dan si-siapa siapa anda?"
"Nona sudah sadar? Perkenalkan nama saya joenathan, saat ini Nona ada di kediaman milik Tuan kami."
Kami?
Kening Isabel berkerut, siapa Tuan yang pria ini maksud? Mata Isabel terpejam, mengingat kembali kejadian yang ia alami di bar semalam. Ingatannya mengarah pada pria paruh baya yang telah melecehkannya, Dia kah orangnya?
Isabel berdiri, menyibak selimut tebal yang menutup tubuhnya, mata gadis itu membulat sempurna, ini jelas bukan pakaian yang ia kenakan semalam, gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berkedut. Benturan semalam sepertinya menang tidak main-main, masih untung Isabel tidak sampai geger otak.
"Sebaiknya Nona istirahat, Saya akan menyuruh pelayan membawakan makanan ke kamar anda."
Joe pergi, menutup pintu dan menguncinya dari luar. Isabel kalang kabut, dia menggedor pintu dengan kencang. Berharap Joe segera kembali dan membukakan pintu untuknya; membiarkan Isabel pergi dari tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANUARISABEL
عشوائيMenjadi seorang pelacur bukanlah keinginannya, Isabel di jual oleh kekasihnya sendiri. Dipaksa melayani para lelaki hidung belang, namun takdir memang berpihak kepadanya, dihari dimana ia harus melayani pelanggan pertamanya, Isabel di tebus oleh seo...