•04• namanya

9 4 8
                                    

sebenernya gue nggak yakin

o0o

Hampir satu minggu ini Zhenya rasanya semakin jauh. Tadinya semua mulai membaik, tapi setelah Renjun tau rahasianya, gadis itu memilih kembali menutup diri. Sekarang, hanya Nana yang Zhenya punya.

Bunda harus kembali ke China karena kabarnya nenek mereka sakit. Sedangkan kini rumah serasa makin dingin karena Renjun dan Zhenya terkesan saling menghindar.

Renjun yang bingung harus apa, juga Zhenya dengan egonya.

Zhenya seperti biasa mulai menggoreskan pensil pada sketchbooknya. Gadis itu tengah menggambar Nana yang sedang berpose di balkon kamarnya. Terakhir kali ia menggambar Nana laki-laki itu protes karena gayanya yang kurang aesthetic.

"Yang bagus Zhe. Kalo nggak nanti gue kirim mimpi buruk buat lo."

"Nggak usah lo kirim juga gue udah mimpi buruk."

"Oiya, hidup lo kan suram." Nana manggut-manggut, hampir Zhenya melemparkan pensilnya.

"Diem atau gue usir lo." Dan setelahnya Nana memilih menggerutu dalam diam.

Suara pintu diketuk mengalihkan atensi Zhenya, "masuk aja nggak dikunci."

Renjun berdiri dengan kaku di sana. "Temenin gue yuk?"

Zhenya tidak salah dengar kan? "Kemana?"

"Minimarket, temen gue mau dateng ntar."

"Oh," Zhenya diam sebentar. Gadis itu memilih bangkit lalu menyahut jaket hitam. Sambil memakainya ia berkata, "ayo."

Renjun senang bukan kepalang.

"Ntar gue lanjutin gambarnya, gausah ikut lo." Detik berikutnya tengkuk Renjun serasa ditiup angin, merinding.

Nana sendiri tersenyum jahil melihat ekspresi Renjun. Sepertinya setelah ini ia akan punya kesibukan baru.







































































Dengan dua keresek hitam di masing-masing tangan Huang bersaudara memasuki rumah. Keduanya lantas menuju ke dapur. Zhenya tanpa kata melenggang pergi setelah meletakkan belanjaan di meja.

Gadis itu terlampau kesal karena sepanjang perjalanan pulang kuntilanak depan minimarket mengikutinya sampai rumah. Bahkan sekarang setan itu asik nongkrong di pohon mangga samping rumah sambil ketawa-ketawa.

Sungguh rasanya kepala Zhenya mau meledak mendengar tawa melengking yang berulang kali terlontar. Kenapa kuntilanak suka sekali tertawa?

Gadis itu menutup pintu kamarnya sekuat tenaga. Membuat Nana yang sedang rebahan terkejut. "Lo ngapain sih anjir?" Laki-laki itu merenggut sebal.

Zhenya hanya memberi kode ke arah jendela. Karena sekarang mba kunti sedang mengintip dari jendela dengan senyuman sangat lebar, Nana jadi ngeri ketika bibir setan itu terlihat sobek sampai telinga.

"Tutup gordennya anjir, serem gue." Nana mengusap-usap lengannya berlagak merinding.

"Lo juga setan kalo lo lupa." Lalu Zhenya berjalan menutup gorden, menyisakan Nana yang ngedumel tidak jelas.

Setelah di tutup mba kunti justru tiba-tiba ada di belakang Zhenya. Ah Zhenya lupa, dia kan bukan manusia. Percuma saja menutup gorden.

Nana sendiri kini tengah berdiri di pojok ruangan, enggan berurusan dengan setan sunbaenim yang tampak sangat menyeramkan. Rasanya dia mau muntah ketika bagian belakang mba kunti justru terlihat lebih parah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leinwand Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang