BL Ribuan Monster Jatuh Cinta Padaku

Bab 26

Bab 26

    "Itu adalah kelalaianku." Dia melompat, dan sosoknya yang anggun terbang turun di langit malam, mendarat dengan kokoh di depan Luo Xingchen, "Karena butuh sedikit waktu untuk membakar mayat-mayat yang berantakan itu."

    Ternyata Mo Jingyan hanya ingin membakar monster yang dibangkitkan itu di tempat parkir bawah tanah Dari sudut pandang ini, dia seharusnya salah paham dengan pihak lain.

    "Apakah kamu baik-baik saja?" Mo Jingyan melangkah maju dan meraih pergelangan tangannya dengan telapak tangan yang hangat, "Berhenti berlarian, bukan ide yang baik untuk menghabiskan malam yang dingin di jalan yang berbahaya."

    Luo Xingchen Bertemu dengan mata Mo Jingyan, dia ragu sejenak.

    Dia tidak tahu apa-apa tentang tempat aneh ini, dia tidak tahu kondisi untuk pergi dari sini, dan dia bahkan tidak tahu kemana dia harus pergi sekarang.

    Bahkan jika Anda ingin mencari tiket, bagaimana Anda bisa menemukannya di tengah malam dan dalam kegelapan?

    Belum lagi seperti apa tiket itu, bahkan jika dia mengetahuinya, dia mungkin tidak dapat melihatnya dengan jelas jika jatuh ke tanah sejauh dua meter di langit yang begitu gelap.

    Karena dia tidak tahu dan tidak bisa menemukan teman lain, dia hanya bisa berakting dengan Mo Jingyan untuk saat ini.

    Setelah melintasi jembatan penyeberangan dan berjalan sekitar beberapa ratus meter, ada sebuah hotel kecil yang terbengkalai.

    Meski tidak ada yang mengoperasikan dan mengelolanya, fasilitas di dalamnya masih bisa digunakan secara normal.

    Hotel ini hanya memiliki dua lantai, lantai pertama adalah bagian penerima tamu dan restoran, dan lantai kedua adalah ruang tamu.

    Luo Xingchen mengambil kunci dari meja depan, naik ke lantai dua, dan membuka pintu sesuai dengan nomor rumah pada kunci tersebut.

    Sepintas perabot di dalam rumah ini cukup sederhana, namun setidaknya bersih dan rapi.

    Ada dua tempat tidur single kecil yang dilapisi kain biru muda di dalam kamar, dan hanya ada meja samping tempat tidur kayu kecil di antara kedua tempat tidur.

    Untungnya, saya memilih kamar secara acak, dan itu adalah kamar double.

    "Mengapa bukan kamar tidur yang besar?"

    Mo Jingyan mengeluh dengan suara rendah, berjalan melewati Luo Xingchen, duduk langsung di tempat tidur dekat pintu, dan menepuk tepi tempat tidur, "Jika kamu takut, kamu bisa tidur denganku."

    Luo Xingchen Dengan tatapan tak bisa berkata-kata, dia menolak undangan pihak lain, berbalik dan meraih kenop pintu, dan hendak keluar ruangan.

    "Kemana kamu pergi?" Mo Jingyan bertanya dengan lembut.

    "Kamar mandi."

    Tidak ada toilet terpisah di kamar hotel, hanya toilet bersama di bagian terdalam koridor.

    Bahu belakang Luo Xingchen ditampar oleh tangan yang terputus, meninggalkan bekas telapak tangan yang berdarah.

    Kebetulan di hotel juga ada hair dryer yang bisa langsung dikeringkan setelah cuci darah.

    Tidak ada cahaya di koridor, hanya cahaya bulan di luar jendela.

    Meminjam cahaya redup, Luo Xingchen menginjak lantai kayu lunak sampai ke ujung tempat yang dalam, dan suara lembut "berderit" bergema di koridor yang sunyi.