Bibir manis yang tersungging ke atas itu bukan senyum, tapi semesta.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
"Sinting."
Bukan tanpa alasan, Kanaya mencibir ketus pada Radhika yang sudah tersenyum tak jelas satu jam lebih, sepanjang mereka mengerjakan tugas matematika dirumah cowok berkacamata tersebut.
Radhika melirik sahabatnya sinis, "iri aja lu sama kebahagiaan orang,"
"Iri?" Kanaya mencubit Radhika sebal, "Gue was-was sama lo! Kesurupan setan mana sampe cengar-cengir satu jam full??"
Radhika terkekeh, ia menyengir lagi, "lo inget gak kemaren gue sebelahan sama Rinjani pas pengumuman paralel,"
"Ya inget," ujar Kanaya malas sembari menulis.
Radhika malah menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, "Rinjani cantik banget. Kapan ya gue bisa beneran deket sama dia?
"Yeeu... gue kira kesurupan, ternyata haluin Rinjani,"
"Daripada gue haluin karakter gepeng? Mending mana sama halu Rinjani?"
"Nggak dua-duanya sih, kalo karakter gepeng artinya lo stress. Emang kata orang tuh bener, wibu kalo nggak cabul ya stress," ucap Kanaya pedas, ia bahkan mengatakan ejekan tersebut tanpa melihat Radhika- masih mengerjakan soal.
Radhika mencubit paha Kanaya keras, "Gue nggak cabul brengsek!"
Kanaya meringis, ikut membalas cubitan dilengan lelaki itu, "ya berarti stress!"
Tangan Radhika ingin sekali melakukan kekerasan sekali lagi terhadap Kanaya tetapi, suara notifikasi ponsel membuat ia mengurungkan niatnya.
Radhika mengambil benda pipih jadul yang tergeletak tak jauh darinya, ia mengernyit samar tatkala melihat Pak Handoyo mengiriminya sebuah pesan.
Pak Handoyo icikiwir
Bsk bangun pagi² yo Mas buat dtg ke ruangan, bpk mau daftarin km ke olimpiade fisika. Tlg diikuti dengan baik nggih,
"Siapa yang ngechat tuh bro?" tanya Kanaya.
Radhika membalas pesan tersebut lalu beralih menatap Kanaya, "Gue mau ikut olimpiade fisika lagi,"
"Lo doang?"
"Kurang tau, Pak Handoyo nyuruh gue dateng besok pagi-pagi ke ruangan dia."
Kanaya berkacak pinggang mendengar ucapan Radhika, "Olimpiade mulu, nggak bosen lo? Puluhan sertifikat dan piala terpajang di kamar lo,"
"Nggak ngaca! Lo juga punya banyak piala sama sertifikat."
Kanaya besar kepala, mengibas rambutnya sombong. "Tentu, kan gue pinter,"
"Nyesel ngomong,"
Kanaya melirik Radhika jahil, ia menuding cowok itu dengan tatapan mengejek. Sedetik kemudian Kanaya tertawa, "HAHAHA- iya deh, kita pinter, kita cerdas anak sehat anak kuat,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Meets the Poetry; RAINJANI.
Fiksi Remaja"Jangan jatuh cinta sama gue, Dika." Radhika tak punya apa-apa kecuali keberanian mencintai gadis yang semua orang bilang, bukan untuknya. Radhika kerap disebut aneh, cupu wibu, kutu buku, dan siswa miskin yang beruntung sekolah di Jayawardhana. Di...