Tau tidak sih, setiap kata yang kubuat ini tak lepas dari halusnya rambutmu yang setia kuraba dalam angan.
Tampannya wajahmu dan mancungnya hidungmu.
Tinggi tubuhmu dan cantiknya jemari mu yang sudah pasti mustahil bisa kugenggam.Teringat dahulu ketika kita bertemu sapa, layaknya dua insan yang terikat. Senyummu bagai kupu-kupu yang mengepakkan sayap indahnya di udara.
Yang ternyata sekarang hanya semu palsu.
Setiap sikap dingin yang engkau tunjukkan, berikut dengan keacuhan yang setia disisimu.
Aku cemburu, cemburu pada langit yang setia kau tatap daripada aku yang jelas sudah menyatakan rasanya padamu.
Cemburu kepada bulan yang senantiasa lebih lama kau pandangi, dengan membayangkan wajah indah kasihmu.
Airmata menitik. Saat perempuan entah berantah itu, hadir karena kebodohanku yang terlalu mengejar badai taufan sepertimu. Aku terlalu bodoh, hingga harus merasakan kehilangan dan kau menjatuhkan pilihan pada wanita lain.
Andai saja dulu aku tidak gegabah. Jemala ini memang bodoh. Aku terlalu berbahagia ketika aku menyukaimu hingga orang-orang tau akibat perbuatanku.
Maaf. Aku ... Terlalu tidak bisa menyembunyikan kesenangan ini. Aku begini, sebab ingin kau memberi respon yang tepat. Namun, hah! Semua berbalik dengan apa yang aku harapkan.
Maaf, kau pasti sangat malu dengan apa yang kulakukan. Karena kebodohanku ini, Apa kau pernah ingin menghilang dari bumi atau tak pernah mau lagi bertemu denganku semasa kau sekolah? Ah! Biar kutebak, pasti jawabanmu iya.
Katakan yang lantang jika kamu merasakan hal yang semenjijikan ini!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Solitude
PoetryBagaikan embun pagi. Hadirnya hanya menyejukkan sementara. Bagai luka yang disiram air garam. Menyakitkan tiada batas dengan keindahan yang sudah dinikmati orang lain. Work ini mengandung quotes random, sesuai isi hati author saja. Jadi harap maklum...