Flower 3

538 71 4
                                    

Yoichi bergerak gelisah dalam tidurnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seolah berusaha menghindari apapun yang ada di penglihatannya. Peluh mengalir semakin deras dengan tangan yang meremat sprei di bawahnya.

"JANGAN!"

Ia berteriak dalam tidurnya. Matanya terbuka lebar berusaha menelisik di mana ia saat ini dengan nafas memburu membuat dadanya naik turun serasa sangat sesak.

Perlahan, air matanya mengalir seiring dengan nafasnya yang semakin melambat. Ia menoleh ke samping, berharap kekasihnya ada di sana. Tapi justru apa yang ia lihat di sebelahnya membuatnya terkejut bukan main.

Dengan cepat, Yoichi bangun dan turun dari ranjang. Matanya menatap nanar ke arah setangkai bunga diatas kasurnya yang tadi membuatnya terkejut.

White Lily.

Kakinya lemas dan ia hampir saja terjatuh di tempatnya. Yoichi berusaha mengumpulkan keberaniannya. Dengan langkah perlahan, ia mendekati bunga itu. Meraihnya dengan tangan gemetar. Dan setelah mendapatkannya, ia dengan segera membuka jendela kamarnya, melempar bunga itu dari sana.

Tubuhnya jatuh, kakinya tidak mampu lagi menumpu beban tubuhnya. Dirinya masih menghadap kearah jendelanya. Ia tidak mampu menoleh, tubuhnya menegang, jantungnya berpacu cepat dengan mata yang bergerak gelisah.

Ia tau, kehadiran bunga itu ... pasti ada pemiliknya. Dan saat ini, ia tidak hanya sendirian didalam kamarnya.

𓂃𓂂𖡼.𖤣𖥧𓈒◌܀𓂂𖡼.𖤣𖥧𓈒𓂃

Di sisi lain, saat ini Rin yang berada di kantor memijit pelan pelipisnya yang berkedut nyeri karena kerjaannya belum juga selesai dan malah semakin banyak.

Sebelah tangannya yang lain memegang surat-surat permohonan dari para klien. Ia tidak sendiri, ada Oliver Aiku, teman yang juga merupakan sekretarisnya kini tengah membantunya.

Keduanya saling berfokus pada masing-masing lembaran penting di atas meja mereka. Sampai akhirnya kegiatan mereka terhenti ketika mendengar ketukan pintu dari luar.

"Masuk."

Dan setelahnya, pintu itu terbuka dengan menampilkan sosok yang sangat dirindukan oleh Rin. Kekasihnya, Yoichi.

Bagaikan sihir, rasa lelah Rin meluap begitu saja begitu Yoichi menghampirinya setelah menutup pintu. Di tangannya terdapat sebuah bingkisan dan juga rangkaian bunga.

"Kemari, kenapa kau hanya diam di sana?" Rin memberi gesture agar Yoichi menghampirinya. Tapi yang di dapat Rin hanyalah sebuah gelengan dari Yoichi.

"Aku hanya ingin mengantarkan ini." Yoichi menunjukkan bekal yang ia buat beserta bunganya. "Aku sebentar lagi ada kuliah," lanjutnya.

Yoichi meletakkan bekal dan bunganya diatas meja yang berada di sampingnya, bukan di meja kerja Rin.

"Aku akan mengantarmuㅡ"

"Tidak. Tidak usah. Aku pamit pergi sekarang." Yoichi pamit. Belum mendapat jawaban dari Rin, Yoichi dengan segera sudah melangkah keluar dari ruangan Rin.

Rin yang melihat itu mengerutkan alisnya bingung. Yoichi tidak seperti biasanya. Nada bicaranya terlalu datar, dan pandangannya kosong. Itu bukan seperti Yoichi yang ia kenal.

Rin bangun dari kursi kerjanya. Meraih bunga yang di tinggalkan Yoichi untuknya. Ia tidak mengenali bunga itu, karena biasanya Yoichi selalu memberikannya bunga Baby Breath dan Edelweiss.

"Aiku, ini bunga apa?" Rin bertanya kepada Aiku sambil menunjukkan bunganya.

"Aku tidak suka bunga jika kau lupa, jadi aku tidak tau," jawab Aiku yang membuat Rin mendengus.

Flower ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang