Di dalam sebuah rumah kecil ditengah kota yang padat, kau hidup sendirian dalam kegelapan dan kesepian yang menyelimutimu.
Kamu?
Iya ini adalah cerita yang akan mengajak dirimu untuk bermain didalamnya. Di dunia fantasi ku yang mungkin kalian akan sukai.... ( ◜‿◝ )
Cerita ini berawal pada hari itu, hari dimana angin dingin berlomba masuk kedalam rumah kecilmu mencari keberadaan mu dan menyelimutimu dengan mudahnya. Saat itu kau sedang beristirahat di kasur single milikmu sembari bermain handphone mu, mengutak-atik apa yang ada di dalamnya, medsos, game, bahkan aplikasi hiburan lainnya.
Hal itu sudah kamu lakukan sejak 4 jam yang lalu, matamu melirik jam dinding yang tepat berada di dinding bagian kirimu. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, sadar akan itu kau meletakkan kembali handphone mu di meja sembari mencharge nya agar esok hari kau tidak kelimpungan karena handphone mu kekurangan baterai.
Mendengar suara malam perlahan matamu tertutup dan saat kesadaran mu hampir hilang suara gaduh mengagetkan mu.
Bugh!
Prang!!
Bugh!
Bugh!Mendengar suara itu dalam pikiranmu itu seperti suara sesuatu yang terjatuh, jantungmu berdegup kencang kau mengambil apapun di sekitarmu untuk pertahanan diri. Perlahan mendekat pada pintu kamar dengan vas bunga yang kau bawa.
Kriett-
Pintu kau buka perlahan, mengintip kanan dan kiri ruang tamu mu yang belum kau matikan lampunya. Merasa aman kau menghembuskan nafasku lega, sampai...
Ngraawww!!
Suara seperti ngeongan kucing terdengar membuatmu kaget dan juga lega.
" Kucing ternyata " ujarmu lega mengusap dadamu yang terus berdegup kencang, kamu meletakan vas bunga itu di meja dekat akuarium ikan mas koki mu. Lalu berjalan mengecek suara yang berasal dari Pintu belakang itu.
Saat membuka pintu pemandangan pertama yang kau lihat adalah kondisi pot dan beberapa bunga mu yang sudah tak terbentuk dengan rapi.
Kau mengumpat kesal karena nasib sialmu, akhirnya kau merapikan pot dan segala yang kucing itu lakukan. Karena tak mungkin kau marah hanya karena seekor kucing, akhirnya kau hanya bisa pasrah sembari mengumpat beberapa kali.
" Sial "
Memang sial dirimu, bunga yang menemaninya sejak kau pindah kesini hancur tak terbentuk lagi. Kau ingin menangis rasanya, tapi itu tak mungkin. Kamu tak mau besok masuk dengan mata sembab.
" Astaga! " Kejut mu tiba-tiba karena melihat sosok hitam yang terbaring di sebelah pot yang sudah hancur itu jantungmu kembali berdegup kencang, seseorang dengan jubah hitam terbaring disana.
Pikiranmu menolak dengan apa yang kau lihat, kau menggosok pelan matamu memastikan apa yang kau lihat dan akhirnya kembali bernafas lega, sosok itu ternyata adalah seekor kucing hitam yang ukurannya lumayan besar. Kau masih berfikir positif menganggap kau salah lihat dan sebagainya.
Kau mendekati kucing itu dan memeriksa keadaannya, dan segera membawanya kedalam tak melanjutkan kegiatanmu tadi setelah melihat luka di bagian dada dan perut kucing itu yang menganga lebar dengan darah yang terus merembes keluar.
" Astaga!, Astaga!, Astaga!, Astaga!, Astaga " panikmu, kau benar-benar panik melihat darah yang kini memenuhi baju tidurmu. Kau menidurkannya di sofa yang sudah kau tambahkan selimut sebagai penghangat tambahan, kau berlari kesisi lain rumahmu mengambil kotak obat yang selalu kau sediakan dirumah.
Kau sangat bersyukur kau adalah mahasiswa yang mengambil jurusan kedokteran khusus hewan, kau menjadi lebih tenang saat memeriksa kucing besar satu ini.