O2. Nasi Goreng Cincau

62 12 4
                                    

Rosandia Nayara Panggil saja Naya. Murid dengan bakat Biola nya ini tak perlu diragukan lagi. Bahkan ia telah membawa nama sekolah ke Korea dan Singapura.

Naya menempatkan posisi duduknya menghadap Alesya. Heran dengan sahabatnya yang sedari tadi duduk termenung tak mengeluarkan suara.

"Sa, are you okey sis? " Tanya nya.

Alesya menoleh. "Eh, hah oke kok"

"Kenapa? Pening banget kayaknya tu kepala" Naya bertanya lagi.

Oknum yang ditanya tak bersuara dia hanya menatap Naya.
Alesya membuka kembali mulutnya.
"Naksir cowo wajar ga sih nay? "

Naya menatapnya heran. "Kalau suka cewe baru ga wajar sa, naksir siapa lo? "

"Tanya doang, gue habis baca artikel soalnya" Jawab Alesya. Kemudian tak ada perbicangan apapun.

Seseorang dari balik tubuh Alesya menepuknya pelan. Alesya menoleh merasakan punggungnya menabrak sesuatu.

"Gue Arka" Ia menyalurkan tangan.

Alesya dan Naya saling menatap. "Eh, iya gue Alesya. Siapa ya? " Alesya bingung.

"Gue yang kemarin di parkiran" Kata Arka.

Alesya hanya menjawab Oh ria saja.

"Ada urusan sama gue? Atau ada yang mau diomongin? " Alesya bertanya.

Arka menggaruk kepalanya yang tak gatal, aneh sekali ia datang hanya untuk mengajak berkenalan.
"Engga cuma mau kenalan aja, gue say sorry tapi boleh ga gue minta id Telegram sama id Line nya? "

Sekarang Naya yang menoel tangan Alesya menandakan pikiran mereka sama. Naya juga bingung.

"Emm kalau itu kaya nya ga-

"AAlesian, huruf a nya dua pake capslock" Naya tersenyum dan menatap Alesya Arka secara bergantian.

"Thanks" Arka melambaikan tangan nya lalu pergi.

Alesya merasa ditipu, ia menatap Naya secara buka bukaan. "Apaan sih lo Nayyy ihhh, sumpah ya gue kira lo anggep gue spesial"

"Yeee, nasi goreng kali. Lagian lumayan kali Sa dapet cowo, cakep lagi"

Tatapan Alesya tak berhenti mengintimidasi seorang Naya. Dia beranjak ke bangku belakang.

"Dasar tukang ngambek" Ejek Naya.

14.00

Renja menatap langit langit seraya meminum es di gengamannya. Arka membuyarkan lamunannya. "Galau banget lo Ren" Ia tertawa pelan.

Renja menoleh Arka. "Lucu ga sih Ka"

"Hah apanya yang lucu? Gue? Oh ya jelas" Arka memuji dirinya sendiri.

Hmmmm Renja ingin muntah.

"Lucu ga sih kalau gue tiba tiba suka adek kelas" Renja dengan wajah polosnya

Arka menyemburkan air yang diminum. "HAHAHHAHA ANJIR MASA IYA" Arka masih berusaha menelan paksa ucapan Renja.

"Iya, ada adek kelas tadi liatin gue mulu ya otomatis gue juga noleh. Cakep lagi, terus senyum hati gue yang berantakan" Renja menghela nafasnya.

Arka diam, tunggu apakah sahabatnya menelan ludahnya sendiri bahwa ia tidak akan menyukai apapun selain sains?

"Oh" Balas Arka singkat.

"Kenapa lo? "

"Gak, kaget aja. Gue kirain lo bakal susah di taklukin Ren"Jawab Arka lagi.

Kemudian diam. Renja memang baru saja menyadari ini kali pertamanya dan benar benar yang pertama.

Di lapangan sekolah terlihat Alesya dan Naya sedang bercanda ria. Hari ini memang sangat panas cuacanya, genggaman tangan Alesya membawa minuman dingin.

"Eh by the way Nay, Arka itu kelas berapa sih? "

Kaget dengan Alesya yang tiba tiba menanyakan Arka, dengan sengaja Naya menghentikan langkah nya.

"Seriusan lo suka Arka? "

"Apaan deh lo, orang gue cuma tanya" Kata Alesya.

"Kurang tau sih ya, tapi menurut gue lo jangan terlalu kepo deh sama Arka itu" Naya memperingatkan.

Alesya mengerutkan dahinya. "Emang kenapa? "

"Nama dia cukup terkenal tau kalau masalah bandar cewe. Emang lo mau pacaran sama cowok buaya" Bisik Naya.

Alesya melotot. "Tampangnya oke oke aja sumpah, kaget dikit sih"

Naya membalas dengan mengangkat bahu nya.


Di depan gerbang sekolah, seseorang memanggil Aleysa. "Alesya ya? "

Oh laki laki ini. "Ray? "

"Iya, ga pulang sa? Udah jam setengah tiga" Ray membuka suara.

"Ini baru pulang tadi makan dulu dikantin, lo sendiri kenapa baru pulang? " Alesya bertanya balik.

"Nyelesain catat materi"

Alesya tersenyum canggung. "Rajin ya"

Ray hanya terkekeh.

Alesya memilih mengedarkan pandangan nya ke arah lain untuk mempersempit kontak matanya dengan Ray. Ia merasa canggung.

Ray memakai helm nya dan bersiap untuk kembali pulang. Setidaknya dia sudah membuka topik pembicaraan dengan Alesya, Ray cukup penasaran dengan murid ber status Ketua Osis ini.

"Pulang bareng gak? Daripada nungguin kendaraan umum, lama" Tawarnya.

Apa apaan ini, Alesya sangat mau lagian dia juga sudah bosan menunggu dan seperti nya sebentar lagi hujan.

"Ngerepotin gak? " Alesya merasa tak enak. Dia sudah menumpang 2 hari.

"Naik, gue ajak jalan"

Sudah memasuki tipe Alesya yang menyukai lelaki tak banyak bicara namun banyak bertindak. Alesya mengangguk.

"Mau kemana? " Alesya memakai helm nya.

"Lo mau kemana? " Dengan memberikan tawaran lebih pasti Ray akan menjadi teman dekatnya.

Alesya tampak berfikir. "Es cincau milo. Gue haus banget"

Ray hanya membalasnya dengan anggukan saja. Kemudian mereka segera pergi tanpa mengulur waktu.

Arka memperhatikan dari atas motornya. Wajahnya tampak merah, ia semakin yakin saingannya pasti Ray. Dia belum merasa kalah walaupun ia kalah 2 langkah dari Ray.

Arka melajukan motornya sekencang mungkin, menindas hatinya sendiri sungguh tidak enak.





BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang