O4. Rumah

48 11 16
                                    

Ray baru saja memarkirkan motornya. Alesya juga baru turun dari mobilnya. Ray mendatangi prempuan itu seraya menyapanya. "Alesya"

Alesya tersenyum. "Iyaa"

"Tumben gak sama Jendra"

"Lagi sakit Jendra nya, ga masuk sekolah" Jawabnya.

Alesya dan Ray kembali berjalan memasuki area sekolah. Ray membuka topik. "Sabtu besok pagi kosong gak Sa? "

"Kosong kok, kenapa Ray? " Alesya bertanya kembali.

"Nonton gue basket mau ga? Nemenin tanding di GOR kota" Ray menatap Alesya, berharap ia mau datang.

Alesya berfikir sekali lagi, sebenarnya hari sabtu memang kosong namun reading list nya sudah memanggilnya dan tontonan Netflix meneriakinya. Alesya diam.

"Gimana? Gabisa juga gapapa kok, kan gue cuma nawarin" Bohong sebenarnya Ray berharap lebih.

Alesya teliti menjawabnya. Belum lagi bagaimana jika ada acara dan agenda keluarga mendadak? Oke, Alesya mendapatkan jawabanya.

"Pulang sekolah anterin gue nyari outfit" Jawaban itu menandakan iya dari nya.

Ray tersenyum kemudian mengangguk paham. Dia seperti pacar lelaki yang menuruti semua permintaan gadisnya. Alesya sedikit tertarik.

***

Istirahat. Sudah saatnya untuk memakan sedikit demi sedikit pengisi perut supaya stress pelajaran matematika berkurang.

Renja sedang duduk. Ia kembali mengerjakan proyek 'Herbarium' nya itu, Renja menatap samar ke arah pohon beringin sekolahnya yang terlihat gagah.

"Arka mana ya" Gumam nya sendiri.

Arka duduk disebelahnya, "kangen bilang".

"Bocah gay ya begini ciri khasnya" Ejek Renja.

"Masih suka cewe kali" Balas Arka

Renja memutar bola matanya dengan malas. "Udah ngechat Alesya belum? "

Arka terkejut mengapa tiba-tiba Renja menanyakan hal itu?

"Responnya cuek banget sih, tapi oke buat tantangan baru. Kenapa emang? "

Renja menggelengkan kepalanya. "Nanya doang"

Arka sangat terlihat jelas menyukai Alesya namun tak beruntung dia harus bersaing dengan lelaki pecandu basket. Hidup Arka sedang dicobai oleh Marimas.

Tidak, maksudnya Malaikat.

"Bengong lo? " Arka mengejutkan Renja yang terlamun termenung memegang daun sisa Herbarium nya.

"Kepikiran gue, udah 3 hari" Ujar Renja.

Arka memahaminya langsung dari satu kali kontak mata Renja dan dia. Pasti Renja dalam mode penuh bunga. "Lo sendiri gimana? "

"Gimana apanya? Sama kayak biasanya dia cuma lewat deket jendela kelas liatin gue, dikantin senyum senyum ke arah gue. Cakep banget kalau lo tau" Kata Renja.

Arka tersenyum jahil, menatap Renja penuh penasaran. Renja menatapnya dengan jijik, reaksi temannya ini terlalu berlebihan.

"Konfess aja kalau suka mah, gengsi mulu" Arka menyenggol lengan Renja.

"Gak ah, dia yang ketahuan suka gue duluan" Renja meninggalkan Arka sendirian disana.

"Yee gengsi lo mangkanya jangan cinta alam mulu sesekali cinta cewek" Teriak Arka.

Angin berderu dengan kencang, Jenna melangkahkan kakinya. Tak sengaja bertemu Alesya didekat koridor kelasnya. Alesya melewatinya sambil tersenyum. Hanya dibalas anggukan kecil oleh Jenna.

BUMANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang