. Awakening of the elements☇

201 17 4
                                    

Tokoh utama: Halilintar
Genre: action, supernatural, suspence
Prologue: Awalnya Halilintar hanya mencoba melawan phobianya pada suara petir, namun siapa sangka hal itu memicu kebangkitan sesuatu yang ada pada tubuhnya. Sesuatu yang menyebabkan perubahan besar dalam hidup keluarganya.

Pict by pinterest, cr: Fuyuchino on twitter
Happy reading~
_______________________________

Malam yang nampak akan sedikit berbeda daripada malam lainnya itu terlihat amat gelap. Angin malam yang biasanya hanya membawakan ketenangan, kini membawa kekhawatiran kepada sosok pemuda yang sedang berdiri tegak di depan jendela kamarnya. Jendela kamar yang ia buka lebar membuatnya menerima semua terpaan angin malam yang dingin.

Manik hazel nya menatap lurus ke depan tanpa sebarang ekspresi ia tampilkan, namun bagi beberapa orang yang dekat dengannya tau bahwa itu bukan sekedar tatapan biasa. Di bagian matanya yang paling dalam, terselip tatapan khawatir yang berusaha ia tutupi dengan topeng tembok di wajahnya. Ia merasakan sesuatu akan terjadi malam ini, sesuatu yang akan mengubah sebagian hidupnya.

Pemuda dengan outfit merah hitam atau bisa kita sebut Halilintar itu mulai menutup jendela. Disaat yang bersamaan pula rintik demi rintikan hujan terdengar berjatuhan dari langit menuju ke arah tanah. Hingga semakin lama tergantikan dengan fenomena alam yang biasa disebut sebagai hujan.

Halilintar menutup gorden lalu berjalan menuju ranjang king size tak jauh di sampingnya. Sebuah cahaya terang muncul sekilas dari balik gorden. Seakan mengetahui apa yang akan terjadi, ia menghela nafas lalu menutup mulutnya dengan erat.

Gluduk gluduk

JEDERRRR!!

Suara petir mulai menggelegar, Halilintar berusaha sekuat mungkin untuk tidak berteriak. Benar, pemuda dengan umur kisar belasan tahun itu takut atau bisa dibilang phobia terhadap suara petir. Tidak ada yang tau ini kecuali orang tua dan kakeknya, ia memiliki dua kembaran dan dua adik, mereka semua tidak tau akan hal itu.

Yang selalu Halilintar jadikan alasan adalah posisinya sebagai kakak sulung. Disaat hujan ia akan selalu mengurung diri dikamar sambil menahan teriakannya sendiri seperti ini.

Lalu kemana orang tuanya? Mereka bekerja di kota yang jauh, sangat jauh hingga mungkin lupa jalan pulang ke rumah. Pulang hanya beberapa tahun sekali, bahkan sangat jarang menghubungi anak-anaknya hanya sekedar menanyakan kabar. Untuk konsumsi sehari hari memang hanya bisa melakukan transfer antar rekening, namun itu saja juga belum cukup, oleh karena itu Halilintar sering bekerja mengambil shift malam di akhir minggu.

Bagaimana dengan sang kakek? Sang kakek tidak bisa bersama mereka yang tinggal di kota. Sang kakek memiliki sebuah toko peninggalan turun temurun yang harus ia jaga di kampung halamannya. Itu sebabnya mereka kini hanya tinggal berlima dengan satu orang bodyguard utusan ayah mereka.

Kilasan cahaya kembali muncul di balik gorden membuyarkan lamunan Halilintar, namun kali ini dalam jangka waktu yang lama. Manik hazel Halilintar mengecil, sesegera mungkin ia memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya lalu duduk di pojok ruangan itu sambil menutup telinganya.

Hingga suara petir kembali terdengar namun bersahut-sahutan dalam waktu yang lama. Ia menggigit bibirnya sekuat tenaga untuk menahan teriakannya. Cairan kental berwarna merah pekat sudah mengalir dari bibir cherrynya, meski tidak meringis, tapi ini sungguh menyakitkan baginya.

Klek

Lampu dan air conditioner yang awalnya menyala mulai tidak bekerja. Petir juga masih terdengar menggelegar diluar sana membuat tubuh rengkuh yang berusaha tegar itu mulai bergetar. Tetesan air mata mulai berjatuhan dari mata hazelnya yang indah.

Storage of my Idea🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang