CHP 4

71 9 3
                                    

Di minggu pagi begini masih ada saja berita menyebalkan itu, membuat pria berpostur tinggi itu mengacak rambutnya frustasi saat melihat TV cafe yang tergantung di dinding.

"Mau sampai kapan dia seperti itu?"

Cling~

Bunyi bel pintu membuat dirinya refleks menoleh dan langsung membungkuk ramah.

"Sangat sopan, Soobin" ia segera mendongak dan melihat siapa yang baru saja membuka pintu. Mengepalkan satu tangannya dengan emosi dan kembali berdiri tegak, memasukan kedua tangannya pada saku dan diam menatap kedua oknum dihadapannya.

"Kenapa, Soobin? Kau terlihat sangat marah jika aku datang. Ah, padahal ini baru kedua kalinya aku datang kesini" ujarnya dan duduk disalah satu kursi dekat jendela. Pria itu menghela nafasnya panjang, mengalihkan pandangan nya pada Soobin yang hanya berdiri diam di depan kasir. 

"Dimana kakak mu? Biasanya kau bekerja dengannya?"

"Lalu?"

Pria itu terkekeh seraya mengeluarkan satu batang rokok dari kotak kecil yang baru saja ia keluarkan dari sakunya, membakar ujung rokok itu seraya menghisapnya dan mengeluarkan asap yang cukup banyak dari mulutnya. 

"Dia sangat baik dan ramah. Sangat berbeda dengan adiknya yang terlihat sangat brengsek" Kesabaran Soobin kini sudah setipis tisu, mengangkat nampan yang ada meja kasir dan mendekat untuk mencengkram kerah baju pria itu. 

"Hey, tunjukan kesopanan mu pada kami. Kami ini juga pelanggan" Pria itu kembali berdiri seraya melihat sekeliling yang terlihat masih sepi, berjalan pelan mendekati Soobin.

"Apa kau-"

Cling~

Merek semua diam, terutama Soobin yang diam dengan detak jantung berdegup kencang. Seorang pria berlari dan jatuh dihadapannya seraya menangis, melihat darah yang terlihat cukup banyak dari tubuhnya.

Pria itu mendongakkan kepala nya dengan mata yang sedikit sembab, nafas Soobin kembali tercekat. Sedangkan pria yang asik duduk ikut berdiri dan terkejut.

"B-bam?"

Ia memundurkan tubuh Beomgyu dan melihat bajunya yang penuh dengan darah yang ikut menempel pada apron dan kemeja putihnya.

"Apa yang terjadi? K-kau berdarah"

"Sakit...." Ia segera membopong Beomgyu untuk duduk di kursi pelanggan. Ia tidak bisa membawa nya kerumah sakit, karna itu terlalu jauh dan tidak memiliki kendaran. Ia keluar dari tempat itu untuk mencari Taxi yang ada di sekitarnya, dan ternyata tidak ada sama sekali.

"Bagiamana bisa tidak ada Taxi disini" ia kembali masuk seraya membalik papan dipintu menjadi tutup dan melihat kedua pria tadi mendekati Beomgyu.

"Hey? Kau tak apa? Apa pembunuh itu yang melukaimu?" Ia kembali teringat tentang berita pembunuhan tadi pagi. Ia mengambil kain di meja kasir untuk menahan darah yang keluar dari perut Beomgyu.

"Akh..."

"B-bersabarlah, aku akan memanggil ambulan. Jaemin, tolong panggilkan ambulan" Pria itu alias Jaemin, mengangguk gugup dan mengambil ponselnya untuk menelfon.

ILLE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang