2. opera sabun

269 48 17
                                    

"Yah! Kim Hyunae!!"

Rasanya ia mau ambil langkah seribu tiap dengar suara melengking yang hampir serupa dengan suara penggaris yang digesekkan pada permukaan papan tulis tersebut. Spesifiknya, Hyunae ingin kabur tiap kali jalannya bersinggungan dengan Liu Yangyang. Namun, hal tersebut adalah suatu kemustahilan, Liu Yangyang adalah seorang pengadu dan ia sedang tidak ingin diadukan pada ibunya.

"Kalau kamu mau curhat menyoal si cantik-mirip-bunga-rafflesia yang kamu temui di klub Teater, aku masih nggak mau dengar," tolak Hyunae segera, mengingat topik tersebut telah terputar sesedikitnya lima kali dalam minggu ini.

"Bukan itu, bodoh! Kamu nih yang bikin masalah!" Kepalan tangan Yangyang telah bersiap menjitaknya sebelum Hyunae dengan sigap mengeluarkan ponselnya untuk merekam. (Yangyang masih takut jika diadukan ke Maminya). "Katanya kamu bikin Senior-Senior tersinggung ya di rapat kemarin? Aish, cewek ini! Seenggaknya kalau nggak ada aku duduk manis yang rapi aja dong!"

Hyunae sudah ingin mengelak, tapi lebih ingin untuk protes karena sepertinya kehadiran Yangyang pun tidak akan memberi dampak yang signifikan. "Aku nggak ngerasa ada kalimat yang menyinggung tuh? Aku bicara dengan sopan, selayaknya berargumen."

"Itu standar kamu dalam bicara baik-baik? Aih, naik darah aku jadinya." Yangyang, dengan raut dramatis, mulai memijat pelipisnya. "Tetap aja, cara bicara kamu itu seolah-olah merendahkan pemikiran Senior Jungwoo. Kamu nggak tahu ya seremnya ospek dari Senior Jungwoo?"

"Liu Yangyang, ayolah." Yangyang sontak terdiam mendengar nada serius yang keluar dari mulut si gadis. "Cara bicaraku ya mengikuti lawan bicara. Dan menurut aku, cara bicara kami setara. That's why I said mirroring how your conversation partner speaks are important. Dalam hal kayak gini, kamu nggak bisa nuduh cara bicara aku merendahkan tanpa bilang si Senior juga bicara dengan intonasi merendahkan, dong?"

"Itulah kelirunya kamu, Hyun." Yangyang menghela napas. "Kamu tahu mimik wajah dan cara bicara itu penting, 'kan. Di hidup ini, menjadi benar aja nggak cukup, Hyun. Kamu juga perlu membaur dan bersosialisasi. Try to bend your thoughts to fit in with others', jangan berusaha memegang milik kamu aja. Orang lain juga punya pemikiran masing-masing, even if they're not the same as you, even if it is, by your point of view, slightly wrong.

It's important to try to get along with others, don't just stand by your ground."

Perkataan tersebut kontan membuat Hyunae terhenyak. Setidaksukanya ia dengan cara Yangyang menegurnya, ia harus akui poinnya benar.

"Oke, aku salah." Dan alasan mengapa Yangyang tak pernah ragu menegur Hyunae adalah karena si gadis tak pernah memaksakan pendapatnya jika ia merasa salah.

Simple banget, pikir Yangyang. Kalau orang benar, maka orang itu benar. Kalau dia salah, maka dia salah. Hyunae sangat mudah ditebak atas caranya menilai seseorang dengan sangat sederhana.

"Tapi Na Jaemin ngebela aku tuh? Kamu udah dengar?" Hyunae menelengkan kepalanya, tangannya memainkan tali ransel yang ia bawa. "Temanmu ini memang salah, tapi paling nggak primadonanya Fakultas Ekonomi ada di pihak yang sama dengan aku, think of it as damage control."

"Na Jaemin terlalu baik. Kalau aku jadi dia sih, kubiarin aja kamu digoreng jadi ikan pepes sama Senior-Senior itu." Yangyang mendengus. "Kamu harus terima kasih sama dia, katanya angkatan kita sering selamat karena para Senior itu lunak sama dia, dia kayaknya sering nongkrong-nongkrong sama banyak Senior? Teman-temannya bukan main, kamu tahu. Kayaknya satu kampus kenal dia deh, koneksinya seluas telapak kakiku." Hyunae spontan melirik sinis kaki Yangyang, hm.

"By the way, kamu enggak jatuh hati, 'kan, karena dibela Na Jaemin?" Yangyang mengernyitkan dahi, tatapannya penuh curiga seolah tengah memandang kriminal. "Kamu lemah sama orang-orang berkarisma ... heh, kubilangin, JANGAN! Nanti kamu patah hati sendirian!"

Mr. Perfect (Liar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang