°°°
"Gua... gagal lagi ya, gagal buat dapetin nilai 90 keatas." batin Ayara meremas kertas ujiannya.
Ayara Clausia, seorang siswi di SMA Alpha Centauri yang menduduki kelas XI IPA 2. Dia merupakan anak dari keluarga yang cukup terpandang.
"Hiks... Gua ga dapet nilai 100. Terus gimana dong caranya gua bertahan dimasa depan," ucap Nadya disela-sela tangisnya.
Nadya Ananda, siswi di SMA Alpha Centauri yang berada dikelas XI IPS 3. Ia merupakan teman sekelas Ayara ketika di SMP Jaya Bangsa. Ia adalah seorang anak tunggal dari keluarga Ananda.
"Sabar Nad,ini juga udah ditakdirkan sama tuhan. Mungkin suatu saat nanti lo sukses." bujuk Bella.
Bella Rossaline,siswi yang duduk sebangku dengan Nadya juga merupakan teman Ayara dari SMP.
"Aya... kira-kira nyokap bokap gua bangga kaga ya liat gue dapet nilai 93?" tanya Aulya pada teman sebangkunya dulu.
Aulya Aira, siswi SMA Alpha Centauri yang berada di kelas yang sama dengan Nadya dan Bella, yaitu kelas XI IPS 3. Ia dulu teman sebangku Araya ketika di SMP. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara.
"Semoga aja iya, yang penting jangan terlalu tinggi ekspetasinya. Yang pasti gua selalu bangga sama lo."
"Gua juga selalu bangga sama lo."
"Udah deh. Nih gue kasih tau lo pada, gua dapat nilai 87 aja udah bersyukur banget karena apa? Karena,gua ga mau terlalu ambis kalau soal nilai." Ditengah-tengah perbincangan antara Araya dengan Aulya, Aily yang duduk membelakangi Bella menyahuti.
Aily Nuraya, siswi yang paling suka memanggil Ayara dengan Ara, dia teman sebangku Alana Meyara. Aily merupakan mantan anak broken home, dan itu hanya diketahui oleh Alana dan Araya. Aily mempunyai adik laki-laki yang sekarang masih TK.
"Setiap orang beda-beda,ibaratnya lo sama adek lo, adek lo suka C sedangkan lo suka A. Jangan pernah sama-samain orang." oceh Alana yang sudah tak tahan akan sikap teman sebangkunya itu.
Alana Meyara, siswi di SMA Alpha Centauri yang berada di kelas yang sama dengan Ayara. Dia memiliki seorang adik yang kini berada dibangku SD.
°°°
"Ini ga mungkin kan? Kenapa harus gua? Why?" batin Aulya.
Ditengah malam Aulya mendengar sang ibu menangis dengan pelan. Suara itu berhasil menusuk hatinya begitu dalam.
Kalau ditanya dimana Ayahnya? Maka jawabannya saat ini ayahnya ada di Kalimantan. Ayah Aulya adalah seseorang yang bekerja di pelayaran.
Kejadian hari ini cukup membuatnya merasa gagal menjaga pemberian Tuhan terhadapnya.
°°°
"Capek... pengen tidur tapi, masa iya gua tidur sekarang. Baru jam 12 malam juga... lanjutin aja deh," batin Ayara melihat jam yang menunjukkan tengah malam.
Kemudian, Ayara mulai melanjutkan belajarnya hingga tak terasa sudah pukul 3 dini hari.
"Sialan, udah jam 3 aja padahal masih kurang 2 materi."
°°°
"Selamat hari kelulusan." teriak Ayara seraya berlari menuju kelima sahabatnya.
"Lanjut kemana cuy?" tanya Ayara.
"Kesehatan,"
"Sabilah jadi penolong malaikat kecil,"
"Pelayaran,"
"Agama pastinya,"
"Bingung antara Hukum atau Psikolog."
Ayara mengangguk.
"Lo sendiri mau kemana?" tanya Aulya.
"Gue—"
"Penerbangan pastinya." lanjut Ayara mantap.
"Yah, LDR dong kita kalo gitu." ucap Aily dengan wajah lesu.
Mereka terkekeh.
"People come and go,"
"Ly, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Mau lo nolak fakta itu, lo bakal tetep ngalamin." Lanjut Ayara.
Mereka termenung mendengar ucapan Ayara. "Gua harap kita tetep bakal bisa kumpul meskipun ngejar tujuan masing-masing. Tapi kalo sikap kita sebagian ada yang berubah maka, kita masih punya kenangan diotak kita masing-masing." Nadya berujar penuh harapan setelahnya.
Aily membuang nafas pelan. "Terkadang perilaku kitalah yang ngebuat seseorang pergi dan berubah. Baik itu sengaja ataupun nggak sengaja."
"People can change, but memory don't." timpal Ayara.
Sontak keenam remaja yang kini memakai kebaya dengan mendali kelulusan dileher mereka menggangguk setuju. Hening sejenak hingga kemudian mereka mengucapkan serentak—
"HAPPY GRADUATION DAY." teriak mereka bersama-sama.
°°°