°°°
Brakk
Dukk
Keempat remaja itu sama-sama meringis kala pantatnya menghantam lantai kasar.
“Lo?” ucap Aily.
Siapa sangka yang bertabrakan adalah Aily, Ayara, Aldaga, dan seseorang yang tak dikenal dua gadis itu.
“Sakit anjir!” umpat Ayara. Sepertinya gadis itu masih emosi karena kejadian dijalan tadi.
“Mangkanya jalan pake mata.” dengus Aldaga sembari membantu temannya bangun.
“Salah, jalan itu pake kaki. Lo jalan pake mata yang ada mata lo copot.” balas Aily.
“Ga gitu juga teorinya.”
“Lah kata lo jalan pake mata, gimana sih?”
“Maksud gua itu jalan liat-liat jalan.”
Aldaga dan Aily terus adu bacot, sementara Ayara dan teman Aldaga hanya diam ditempatnya sembari menatap lempeng kedua orang didepannya.
Jangan lupakan buku yang ada pada dekapan mereka masing-masing. Tentu dengan ketebalan yang berbeda-beda.
“Lo berdua kalo masih ribut gua seret juga sekarang.” peringat Ayara.
“Dia duluan yang mulai.” bela Aily.
“Apaan? Orang lo yang nabrak gua.” Aldaga tak mau kalah.
Ayara jenuh, benar-benar jenuh. Akhirnya dia menyeret Aily kekasir untuk membayar. Kalau bukan dia yang memisahkan lalu siapa? Teman Aldaga? Tak mungkin.
Ayara dan Aily berjalan duluan kekasir sedangkan Aldaga dan temannya dibelakangnya.
Saat ini mereka berempat sudah keluar dari gramedia dan berjalan beriringan di mall dengan Ayara dan Aily didepan sedangkan dibelakang ada Aldaga dan temannya.
“Lo mau kemana, Ra?” tanya Aldaga. Kenapa tidak bertanya pada Aily? Karena yang ada malah akan ribut kembali.
“Gua mau ke toko alat lukis dulu.” jawab Ayara.
“Kebetulan dong. Temen gua juga mau kesana. Oh iya kenalin, ini Alfarezin Devano, lo bisa panggil dia Farez.” Aldaga memperkenalkan sahabatnya.
“Hm.” gumam kedua gadis itu setengah minat.
“Lo udah beli kamusnya belum, Ra?” tanya Aldaga tiba-tiba.
Ayara mengernyit kan dahi. “Kamus apa?” sepertinya gadis itu lupa.
“Kamus Matematika yang dibilang Pak Raden.” sekedar informasi, Pak Raden adalah guru yang bertugas mengajar di ekstrakurikuler Matematika.
“Mampus, gua lupa! Lo berdua sih ribut melulu, gua jadi lupa gini.” kesal Ayara.
“Yaudah balik lagi sono.” gurau Aldaga.
“Matamu!”
“Toxic.” ucap Farez yang sedari tadi mendengar Ayara berkata kasar.
“Masa iya balik lagi sih, Ra?” ujar Aily lempeng.
“Lo disitu aja, gua mau balik ke Gramedia bentar.” suruh Ayara sembari menunjuk salah satu Restoran.
Ayara langsung berbalik arah melewati mereka. “Gua nyusul.” pamit Farez mengikuti Ayara.
Sontak Aldaga dan Aily mengernyitkan dahi. Lah! Kenapa Farez yang mengusul? Kan harusnya Aily lah.
“Temen lo ngapain nyusul?”
“Mana gua tau, gua aja yang temenan dari orok juga heran.”
“Yaudah lah kita ke Resto yang di tunjuk Ayara tadi, keburu ngamuk nanti dia.” ajak Aldaga.