Di lorong yang kini mulai ramai, Ayara, Aily dan Alana berlarian karena lupa kalau hari ini jadwal mereka melaksanakan piket.
Napas mereka terdengar tersegal-segal karena berlari dari parkiran menuju kelas mereka.
Semua ini adalah sebab perbuatan mereka sendiri. Tadi, mereka terus menerus bercanda hingga lupa waktu.
"Syukur ga telat. Gua kira gak sempet karena mepet banget waktunya." ucap Alana.
Didepan pintu kelas tersebut, ketiga remaja itu membungkuk sembari menghirup udara dalam - dalam untuk mengisi paru-parunya yang terasa kosong.
"Buruan piket woi. Nanti waktunya Bu Cansia. Lo tau kan gimana sikap Bu Cansia?" perintah Aldaga,ketua kelas mereka.
"Bentar..dulu..nyet. Gua masih... masih ngos...ngosan ini," ucap Aily terbata-bata.
Aldaga berdecak. Tidak bisakah seorang Aily Nuraya tak mengganti nama orang seenaknya?
"Yok! Buru piket! Bentar lagi udah mau masuk," sahut Ayara yang sudah dapat menetralkan nafasnya.
"Mana nanti upacara lagi." lanjut Aily malas.
Semua murid yang ada dikelas itu hanya diam. Yah, sudah tidak heran lagi dengan kelakuan mereka bertiga.
Sikap mereka yang kompak dan solidaritas tinggi sangat membuat orang yang tak menyukai mereka ingin memisahkan.
Sungguh kalau boleh bilang, mereka iri dengan persahabatan ketiganya. Belum lagi kalau mereka bereenam kumpul. Huh, membuat iri saja.
°°°
Sementara dilorong khusus anak IPS ketiga remaja yang berinisial A, B, dan N itu terlihat berjalan dengan santai. Suasana lorong pun cukup ramai. Ramai sekali bahkan.
Setelah menyusuri lorong yang lumayan panjang, ketiga cewek itu sudah sampai dikelasnya. XI IPS 3.
Disana suasananya tak jauh berbeda dengan lorong. Ramai. Kata itu yang mendefinisikan kelas mereka.
Namun disini ramai perihal tugas dadakan kemarin malam. Sungguh membuat mood mereka semakin memburuk saja.
Sekarang hari Senin, nanti upacara dan belum lagi tugas kemarin malam. Huh, melelahkan sekali. Kalau diberi keberanian setinggi langit pasti semua murid XI IPS 3 akan protes dadakan.
Kelas XI IPS 3 ini memiliki keunikan sendiri, yaitu di jendela belakang kelas yang berhadapan langsung dengan lapangan basket.
Yah memang kelas XI di SMA ALCEN ini berada di lantai ke tiga. Sehingga pemandangan dari lantai itu tak main-main keindahannya.
Dibagian jendela belakang kelas itu, terdapat tali gelang yang di ikat disekeliling besi jendela.
Cukup unik sebenarnya pemikiran salah seorang kakak kelas mereka dulu. Bisa-bisanya mengajak satu kelas untuk mengikat tali gelang disana dengan alibi untuk kenang-kenangan.
"Gua masih heran deh. Kok bisa ya wali kelasnya kakak kelas kita ngizinin. Kan udah jelas-jelas ga masuk akal kalau dipikir-pikir." kata Aulya.
Kedua gadis yang duduk didepan yaitu Bella dan Nadya pun membalikkan badan menghadap kebelakang. Lebih tepatnya ke temannya.
"Kamu nanyeak?" bukannya menjawab, Bella malah mengucapkan kata dengan nada menyebalkan.
Hal itu berhasil membuat raut wajah Aulya yang tadinya heran, kini berubah menjadi datar.
"Kok lo nanya ke kita yang udah jelas-jelas gak tau apa-apa." sahut Nadya ngegas.
Dia masih dendam dengan Aulya karena kejadian diparkiran tadi pagi.