08. Pardon

52 4 3
                                    

"Di minum dulu mas, bentar ya si Abah baru selesai wiridan" Jeka ngangguk setelahnya minum sedikit teh yang baru saja di sajikan si ibu pemilik rumah,

"Kira-kira Abah bisa nggak ya bu, ngisi pengajian khitanan anak tante saya, soalnya keluarga besar saya yang pengen denger tausiyah nya bu" bu Habibah senyum, memang nama suaminya cukup terkenal sebagai ustadz sekaligus pengisi tausyiah di daerah sini,

"Nggak tau ya dek, soalnya dari kemarin lumayan padat jadwalnya, tapi nanti kalau ada jadwal yang bentrok biasanya salah salah satunya bakal di isi sama anak ibu yang nomor 1 mas Umin namanya, atau nggak ya mas Kuncoro, kebetulan dia baru pulang dari mondok di Jawa Tengah" Jeka senyum menanggapi, kagum banget sama keluarga terhormat ini, terdengar dari cerita seperti nya anak anak Abah ustadz ini sholeh sholeh, bisa lah jadi penerus Abah ustadz nantinya,

Gubrakk,,,,

Sesuatu terdengar seperti menabrak gerbang rumah pak ustadz, spontan Jeka dan ibu pemilik rumah berlari keluar untuk melihatnya,

"ASTAGHFIRULLAHALAZIM, Icha! Ngapain kamu? Astaghfirullah benjol kan tuh kepala" Lisa terjatuh dengan jauh dari kata elegan, kaki nya di atas setang sepeda BMX yang dia dapat dari halaman rumah Jennie, yang pastinya milik Johan adeknya Jennie,

Belum lagi kerudungnya yang copot menyisakan rambutnya yang pendek di kucir dengan poni cepak di depan,

"Mas bisa bantuin anak ibu nggak? " Jeka ngangguk lagi meskipun dia kaget banget, karena tau yang jatoh nabrak pager ini siapa, nggak nyangka dia anaknya Abah ustadz yang terkenal itu?

MasyaAllah, sungguh karunia yang lengkap, di samping anak anak Abah ustadz yang lain sholeh sholeh dan kalem, si anak bungsu ternyata terkenal suka bikin ulah, lengkap sudah,

"Sepeda Johan nggak ada rem nya umi, pantesan Icha bawa, dia diem aja, bocah bangor emang,,, loh?" Lisa kucek kucek mata setelah tau yang nolongin dia itu siapa?

'ini kan, calon imam gue? kok disini? '

"Dia Mas Jeka mau ada kepentingan sama Abah, keponakannya mau khitanan, udah sana kamu masuk mandi, udah magrib bukannya pulang, malah kelayapan, rasain benjol! "

'nice, good bye image kalem gue di depan mas crush'

"Icha, tunggu apalagi udah sana buruan mandi, maghrib juga sebelum isya nih" Lisa berjalan lesu ke dalam rumah, bisa-bisa nya di rumah ada gebetan tapi dia merusak image nya sendiri dengan sepeda BMX milik Johan,

"Ayo, duduk lagi Mas Jeka, maaf ya anak ibu yang satu itu emang agak beda" beda banget malahan, kaya bukan anak Abah ustadz,

"Iya bu, kebetulan itu temen satu sekolah saya, cuma beda jurusan"

"Oh, gitu jadi kamu sekolah di Nusantara juga to, ngomong ngomong Lisa kalau di sekolah gimana? Apa nakal juga kaya tadi gitu? " bu Habibah nanya karena penasaran karena dulu beliau pernah nanya sama Jennie, Jisoo, Rose tapi mereka jawabnya pada beda beda, ada yang bilang Lisa baik, ada yang bilang kadang-kadang baik, ada juga yang bilang jadi langganan hukuman ketua OSIS, jadi ibu bingung mau percaya yang mana,

"Ya, nggak separah ini tadi sih bu, tapi kadang bisa berguna juga" oups, Jeka menutup mulut, apaan kadang berguna? Artinya dia nggak guna guna banget gitu?,

Masa iya dia ngejelekin anaknya di depan ibunya sendiri, yang ada kena amuk donk dia,

"Heheh, emang gitu sih anaknya, dari kecil udah paling nyleneh, ibarat Rose, Jisoo, mainnya boneka, dia main nya bola, nggak heran sih kan dia satu-satunya anak cewek, jadi pergaulan ikut abangnya gitu, meskipun dari kecil sama Jisoo, Jennie, Rose"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PLEASE, NOTICE ME!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang