Pemahkotaan, bagian 2

137 19 4
                                    

...
Jika logika tak bisa membunuhmu
Apakah itu rasa yang bisa menewaskanmu?
...

Lunar Pack's Mansion
Earl's Court, London
Pertengahan Januari, 2020

Jika bersembunyi merupakan hal yang paling kau sukai di dunia, maka demi seluruh hidupnya yang tidak berarti ini, Juyeon rela menyerahkannya sebagai timbal balik agar ia bertemu dengan matenya. Karena sungguh sangat menyusahkan apabila orang yang lebih lemah darinya justru membuatnya semakin merasa payah hanya dengan menyembunyikan diri. Tiga tahun. Tiga tahun ia dipermainkan dan dipermalukan dengan cara yang sama. Mate bodohnya itu tidak tahu dengan siapa ia bermain-main.

Mate. Mate. Mate.

Kata paling menyebalkan yang selalu keluar dari mulut ayahnya setiap hari itu kian menyiksanya. Apalagi penobatan tinggal di depan mata, namun sama seperti tiga tahun sebelumnya, matenya tidak pernah menampakkan diri. Juyeon muak dengan persyaratan konyol seperti menemukan mate dan mating sebelum menjadi pemimpin pack selanjutnya. Baginya itu justru merumitkan semua orang. Tidak hanya dia yang sedang dibicarakan, namun orang tuanya hingga packnya kini menjadi bahan perbincangan di seluruh Amerika. Entah apa yang dipikirkan orang-orang bodoh itu tentangnya. Salahkan mate bodohnya yang malah bermain petak umpet layaknya anak kecil.

Mate? Entahlah. Juyeon tidak pernah mempercayai hal konyol seperti mate hadir dalam kehidupannya. Alasan klasik jika mereka akan mati apabila tidak segera bertemu matenya dan mating, terdengar seperti cerita dongeng untuknya. Memang benar jika mereka memiliki identitas yang berbeda. Alpha, beta, omega. Namun konyol apabila mereka harus mating dengan seseorang yang katanya sudah ditakdirkan Moon Goddes untuk setiap orang. Baginya, mate adalah mereka yang ia ketahui dengan baik identitasnya, orangnya, keluarganya, dan juga yang ia cintai lebih dari dirinya sendiri.

Pemikirannya logis, jelas, dan terstruktur. Persetan dengan apa yang orang katakan tentangnya. Juyeon hanya mencoba menjadi logis, sistematis, dan rasional. Apabila menurutnya itu tidak sejalan dengan logikanya, maka itu salah. Hal yang sama berlaku untuk konsep mate dan mating itu sendiri yang tidak sejalan dengan logikanya.

Namun, sialnya persyaratan untuk menjadi pemimpin pack ini harus menemukan mate dan mating. Yang mana itu tidak sejalan dengan logikanya, sehingga Juyeon cukup frustasi dengan omelan orang tuanya yang menyuruhnya untuk menurunkan sedikit egonya untuk mempercayai adanya mate, agar matenya bisa cepat muncul dan penobatan pun selesai dilakukan. Namun, jika ia tidak percaya dengan adanya mate, bagaimana caranya ia harus mempercayai itu? Dengan membohongi dirinya sendiri?

Perdebatan dengan pikirannya tiba-tiba dibuyarkan oleh sebuah ketukan di pintu. Ruangannya yang tampak lengang dengan dirinya sebagai satu-satunya makhluk hidup di dalamnya terdistrak oleh suara ketukan pintu yang cukup membuatnya sedikit terkejut.

"Tuan, sudah waktunya," suara dari balik pintu bersuara disertai ketukan pelan.

Juyeon menghembuskan napasnya berat, ia lalu lantas bangkit dari tempatnya duduk dan mengambil tas punggung yang berada di atas meja. Sebenarnya, ia hari ini harus mengambil hari libur untuk penobatannya pada malam nanti, karena persiapan yang harus benar-benar matang. Akan tetapi, untuk saat ini Juyeon merasa jika lebih baik ia masuk kelas daripada melihat ayahnya yang siap dengan petuah-petuahnya yang cukup untuk ia dengar beberapa tahun ini. Urusan belakang apabila ia kena marah untuk hal ini.

Pintu yang menjadi sekat ia buka, terlihat salah satu guard-nya telah menunggunya dengan sabar. Begitu Juyeon membuka pintu, membuat sang guard menepi agar tidak menghalangi jalan.

"Kau ingat jika ini rahasia, bukan?" tanyanya dengan berjalan mendahului guardnya.

Melihat tuannya berjalan membuat sang guard ikut berjalan di belakangnya. Sang guard menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaannya tuannya. "Ingat, Tuan."

ALPHA'S MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang