Pemahkotaan, bagian 1

190 20 1
                                    

...
Ingat, jika aku mati besok
Matilah denganku juga
Mari kita sempurnakan konsep mate, Mate-ku
...

Pusat kota
Earl's Court, London
Pertengahan Januari, 2020

Suasana kota yang ramai dan orang-orang yang terlihat berdesak-desakan untuk menaiki transportasi umum merupakan hal yang membuat Eric menghembuskan napasnya berat. Hari ini hari Senin, pagi hari pula. Waktu-waktu produktif bagi orang-orang yang ingin menuju tempat tujuannya. Entah sudah berapa kali Eric menghembuskan napasnya berat, kerumunan orang-orang di sekelilingnya terasa sangat mencekik untuknya. Bagaimana tidak? Ia tidak bisa berjalan. Ia hanya terombang-ambing terbawa kerumunan orang-orang yang berdesakan. Sungguh pagi yang buruk untuk mengawali hari.

Eric melawan arus, ia berada dalam posisi terburu-buru saat ini. Apabila kedatangannya terlambat, dan keterlambatannya tidak bisa ditoleransi oleh dosennya, maka sudah habis kesempatannya untuk tetap berada dalam kelasnya hari ini. Apa ada orang saat ini yang percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil? Itu bohong! Kebohongan besar! Nyatanya usahanya untuk melawan arus dari kerumunan orang-orang ini sia-sia. Ia tiba-tiba saja terbawa ke area paling belakang. Ya, kasarnya itu memang spot favoritnya. Siapa tahu jika keberuntungan membawanya ke sini. Begitu kereta yang ia tunggu datang, tanpa pikir lama, Eric langsung menaiki keretanya. Meski harus dengan berdesakan dengan orang-orang lagi.

Suara dering telepon yang berasal dari handphone-nya membuat beberapa orang melirik ke arahnya. Hal itu seketika langsung membuat Eric segera untuk mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Hey, Ric! Udah di kereta belum? Mr. Smith majuin jamnya, nih!" suara dari seberang telepon terdengar tergesa membuat hembusan napasnya tidak beraturan.

Mendengar kabar mengejutkan itu, Eric reflek melihat jam yang berada di tangannya, terlihat jam menunjukkan pukul delapan lebih dua puluh menit. Eric menahan napas. Kelas Mr. Smith dimulai pukul sembilan tepat, apabila Mr. Smith memilih untuk memajukan jam, maka itu tidak kurang dari 30 menit lebih awal dari jam sebelumnya. Jadi, Eric hanya punya waktu sepuluh menit untuk sampai kampusnya? Omong kosong apa ini?

Eric menelan ludahnya kasar. "Sunwoo, ini infonya valid enggak? Aku baru aja masuk kereta, for God's sake," jawabnya dengan nada gelisah.

"Tidak bisa ditolong, Ric. Mr. Smith udah datang."

"Bilang ini bohong! Damn, I woke up early today, I swear," Eric memaki kesal. Tubuhnya lemas seketika. Penampakan kelulusannya begitu kabur dari pandangannya saat ini. Demi majalah dewasa yang ia baca hari ini, ia harus bagaimana untuk lulus di kelas Mr. Smith?

Sunwoo yang berada di seberang telepon ikut berdecak, turut kesal akan kesialan yang menimpa temannya. "Ya, kau tau sendiri kan malam ini pemahkotaannya. Pastinya semua orang meluangkan waktunya untuk datang ke upacara pemahkotaan malam ini."

"Ya, tapi 'kan masih malam nanti? Kenapa Mr. Smith memajukan kelas paginya sampai 40 menit? Kuulangi ya kelas pagi!" Eric bersungut kesal.

Memang pemahkotaan itu sendiri acara paling sakral, meskipun telah gagal sebanyak tiga kali berturut-turut karena Alpha-nya tidak bisa menemukan matenya. Namun, tidak masuk akal apabila kelas paginya dimajukan sampai 40 menit hanya untuk menghadiri acara yang dilaksanakan pada malam hari. Itu sangat tidak profesional menurut Eric.

"You know exactly the rules, right? Sekarang pokoknya sampai dulu di kampus, Ric. Telat yang penting masuk," Sunwoo berbisik dari ujung telepon. Mungkin Mr. Smith memang benar telah sampai di kelas dan membuatnya harus berbisik atau entah apa itu Eric tidak ingin tahu.

Eric mendengus kesal kemudian mematikan telepon mereka secara sepihak. Entahlah. Kadang Eric merasa terkutuk, menjadi orang paling tidak beruntung di dunia yang menjengkelkan ini. Bayangkan saja hari ini ia bangun pagi dengan segala persiapan dan harapan jika ia tidak akan telat untuk pergi kuliah. Berdesakan dengan orang-orang, alpha, beta, atau omega lainnya, dengan feromon mereka yang secara tidak sengaja keluar karena emosi mereka yang tidak dapat ditahan. Namun, pada akhirnya tetap terlambat karena Mr. Smith tiba-tiba memajukan jamnya. Sungguh dunia yang sangat indah dan adil.

ALPHA'S MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang